Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan adanya hujan intensitas tinggi bahkan hujan ekstrem, yaitu lebih dari 100 milimeter, berpotensi terjadi di Pulau Jawa pada dasarian atau sepuluh hari pertama Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini hingga 10 Februari mendatang, daerah paling rawan banjir terjadi di sepanjang pesisir utara atau pantura Jawa. "Tapi juga berpotensi meluas ke daratan bagian tengah. Jadi efeknya adalah dapat memperparah banjir, meluas," kata Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin, Rabu 7 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Erma, pola temporal hujan berintesitas tinggi hingga ekstrem itu seperti hujan diurnal biasa yang dimulai dari sore hari tapi cenderung persisten atau bertahan hingga malam hari. Selain itu, pola spasialnya juga marak oleh pembentukan squall line atau garis badai petir yang menimbulkan hujan ekstrem disertai angin kencang dan petir. "Ini terjadi pada daerah konvergensi misalnya di Gresik, Sidoarjo, Bangkalan sebagai pusat hujan badai di Jawa Timur," ujar Erma.
Di wilayah Jawa Tengah potensi hujan deras hingga ekstrem cenderung merata dan meluas. Namun intensitas tertinggi terjadi di sepanjang jalur pesisir utara. "Khusus wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, polanya selalu dimulai dari hujan pagi di Banten dan sore di Bogor yang ujungnya menuju Jakarta pada sore hingga malam," tambah Erma.
Menurut Erma, potensi hujan intensitas tinggi bahkan ekstrem hingga 10 Februari 2024 itu karena pengaruh monsun Asia yang diperkuat oleh dua faktor. Pertama, pemanasan suhu permukaan di Laut Jawa yang mengkonsentrasikan kelembapan tinggi. Ini menciptakan daerah konvergensi di selatan ekuator yang berhadapan dengan Laut Jawa, seperti Jawa, Sumatra bagian selatan, dan Kalimantan bagian selatan.
Faktor kedua adalah aktivitas penjalaran gelombang atmosfer ekuatorial Rossby yang kuat dari timur ke barat. Gelombang Rossby, kata Erma, berperan menambah kelembaban yang tinggi dari Samudra Pasifik menuju wilayah konvergensi di Laut Jawa. Kedua faktor tersebut telah menciptakan aktivitas awan dan hujan secara persisten sehingga energi konvektif yang membentuk awan dan hujan selalu tersedia dalam jumlah berlipat-lipat karena mengalami multiplikasi energi. "Inilah yang dapat memicu hujan ekstrem dengan ambang batas terendah yaitu 109 milimeter per hari untuk kawasan Jabodetabek pada saat El Niño seperti saat ini," tambahnya.
ANWAR SISWADI