Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi hari hujan di Kota Bandung hanya sekitar 1-2 hari pada sepuluh hari atau dasarian ketiga Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara, untuk peluang hujan di Kota Bandung, menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu, antara 30-40 persen. “Curah hujan umumnya diprakirakan pada kriteria rendah hingga menengah,” kata Koordinator BMKG Jawa Barat itu lewat keterangan tertulis, Sabtu, 19 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Curah hujan yang berkisar 0-150 milimeter per dasarian itu tergolong bersifat hujan normal. Kondisi itu dapat meningkatkan peluang kejadian bencana seperti kekeringan. Prediksi kondisi serupa pada dasarian pertama September, namun dengan sifat hujan normal hingga di bawah normal. “Tren menunjukan El Nino berpeluang meningkat menjadi moderat hingga kuat pada September,” ujar Rahayu.
Sementara itu kondisi kualitas udara berdasarkan pengamatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), nilai Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung berada pada kategori Sedang (51-100). Sementara tingkat kualitas udara PM2,5 Kota Bandung berada pada level Tidak Sehat terutama bagi kelompok sensitif.
Berdasarkan rilis yang telah dikeluarkan oleh BMKG, musim kemarau pada tahun ini akan bersifat lebih kering dibandingkan kondisi klimatologisnya. Oleh karena itu wilayah Bandung Raya juga berpotensi mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Masyarakat diminta untuk mewaspadai potensi kejadian bencana hidrometeorologi, seperti kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan yang meningkat. Adanya El Nino kemungkinan membuat musim kemarau tahun 2023 ini bersifat lebih kering dari normalnya dan periode kemarau lebih lama.
Bagi masyarakat yang tinggal ataupun berkepentingan mengunjungi kawasan pesisir selatan Jawa Barat diminta untuk selalu waspada dan berhati-hati karena potensi gelombang tinggi hingga 6,0 meter masih mungkin terjadi hingga akhir bulan ini. Selain itu, perlu diwaspadai juga kejadian seperti abrasi dan kerusakan infrastruktur pantai lainnya yang disebabkan oleh gelombang tinggi dan angin kencang.
Berdasarkan analisis data sinoptik BMKG, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari selatan–barat daya dengan kecepatan berkisar 5-20 knot. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.