Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Ciamis - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mendata 157 rumah rusak terdampak puting beliung yang terjadi pada Senin lalu. Sebagian rumah tersebut, yang dinilai terdampak parah, diaku sudah mendapatkan penanganan perbaikan dan bantuan logistik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terdampak di lima kecamatan dengan jumlah total terdampak 157 rumah," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Ciamis, Memet Hikmat, saat dihubungi di Ciamis, Rabu 28 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menuturkan bencana amuk angin itu menerjang lima kecamatan yakni Kecamatan Purwadadi, Rancah, Ciamis, Sadananya, dan Cikoneng di Kabupaten Ciamis. Selain merusak bangunan rumah warga, puting beliung itu juga menumbangkan dan membuat patah sejumlah pohon.
"Dari 157 rumah yang tertimpa pohon dan membutuhkan penanganan, sebanyak 26 rumah selesai ditangani," kata Memet.
Sebanyak 131 rumah warga lainnya, kata Memet, tidak dilakukan penanganan perbaikan karena dinilai kondisinya tidak parah. "Hanya beberapa genting dan asbes yang lepas, tidak tertimpa pohon," katanya.
Tetap Waspada Puting Beliung Maret-April
Pada Selasa, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat di Tanah Air agar tetap mewaspadai terjadinya puting beliung pada Maret hingga April nanti. Dia merujuk periode itu sebagai pancaroba.
"Angin tidak harus memutar, tetapi angin kencang pun juga bisa terjadi,” kata Dwikorita usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta.
Saat itu dia menjelaskan kalau puting beliung seperti yang terjadi di Rancekek, Kabupaten Bandung, dan sekitarnya pada 21 Februari lalu bisa saja kembali terjadi di wilayah lain Indonesia, dengan kecepatan yang meningkat dan durasi lebih lama.
Puting beliung di Rancaekek disebut sebagian kalangan sebagai tornado pertama di Indonesia karena kekuatan dan skala kerusakan yang disebabkannya. BMKG tak sependapat dengan menyatakan kecepatan angin saat itu 65 kilometer per jam.
"Kalau tornado itu kecepatan minimum 100 kilometer per jam. Namun tidak menutup kemungkinan bisa meningkat ya. Cuma Alhamdulillah kemarin sudah berhenti 4 menit ya,” kata Dwikorita.
Pilihan Editor: Pasangan Suami-Istri Ini Dikukuhkan Jadi Guru Besar Bareng