Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

WHO Rilis Pedoman Kualitas Udara Baru, Perubahan pada 6 Polutan Klasik

Setiap tahun, WHO mencatat, ada tujuh juta kematian dini karena kualitas udara buruk. Risiko kesehatan polusi udara sudah setara merokok tembakau.

24 September 2021 | 05.00 WIB

Foto kombo warga menggunakan masker saat berjalan di jalur pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis, 11 Juli 2019. Organisasi lingkungan Greenpeace menyatakan kualitas udara Jakarta saat ini terpantau sangat tidak sehat dengan angka 165 AQI atau Indeks Kualitas Udara. ANTARA/Aprillio Akbar
Perbesar
Foto kombo warga menggunakan masker saat berjalan di jalur pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis, 11 Juli 2019. Organisasi lingkungan Greenpeace menyatakan kualitas udara Jakarta saat ini terpantau sangat tidak sehat dengan angka 165 AQI atau Indeks Kualitas Udara. ANTARA/Aprillio Akbar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis Pedoman Kualitas Udara Global (AQG) yang baru pada Rabu 22 September 2021. Pedoman terbaru ini merekomendasikan tingkat kualitas udara baru dengan mengurangi tingkat polutan udara utama, yang beberapa di antaranya juga berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan di WHO, menjelaskan bahwa mematuhi pedoman yang baru dapat menyelamatkan jutaan nyawa. “Setiap tahun, paparan polusi udara diperkirakan menyebabkan 7 juta kematian dini dan mengakibatkan hilangnya jutaan tahun kehidupan yang lebih sehat,” katanya dalam keterangan tertulis yang dibagikan WHO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Neira menyebut polusi udara telah selama ini menjadi pembunuh senyap. Sejak pedoman terakhir pada 2005, WHO mendapati terjadi peningkatan nyata atas bukti-bukti yang menunjukkan bagaimana polusi udara mempengaruhi berbagai aspek kesehatan.

Pada anak-anak, dapat mencakup penurunan pertumbuhan dan fungsi paru-paru, infeksi pernapasan, dan asma yang memburuk. Pada orang dewasa, penyakit jantung iskemik dan stroke adalah penyebab paling umum kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara di luar ruangan. Tidak hanya itu, berbagai bukti juga telah muncul tentang efek lain seperti diabetes dan kondisi neurodegeneratif.

“Ini menempatkan beban penyakit yang disebabkan oleh polusi udara setara dengan risiko kesehatan global utama lainnya seperti pola makan yang tidak sehat dan merokok tembakau,” kata Neira lagi.

Pedoman baru WHO merekomendasikan perubahan tingkat kualitas udara untuk 6 polutan klasik, di mana bukti telah menunjukkan efek kesehatan paling tinggi dari paparan polutan-polutan ini. Keenamnya adalah partikulat atau debu halus (PM), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2) dan karbon monoksida (CO).

Pedoman kualitas udara WHO terbaru semakin tinggi (angka semakin kecil) dari 15 tahun lalu. Untuk PM2,5 misalnya. Jika dalam standar yang dibuat pada 2005 lalu menetapkan nilai ambang batas pajanan tahunan sebesar 10 mikogram per meter kubik, kini menjadi 5 saja. Untuk hariannya juga ditinggikan standarnya dari 25 menjadi kurang dari 15 mikrogram per meter kubik.

Parameter polutan NO2 juga sama. Nilai ambang batas paparan aman tahunan ditinggikan dari semula 40 menjadi 10 mikrogram per meter kubik. Kalau di pedoman lama tak menetapkan angka ambang batas pajanan harian, kini ditetapkan sebesar 25 mikogram per meter kubik.

Risiko kesehatan yang terkait dengan partikel yang berdiameter sama atau lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikron (masing-masing PM10 dan PM2,5) memiliki relevansi kesehatan tertentu pada masyarakat. Baik PM2,5 dan PM10 mampu menembus ke dalam paru-paru tetapi PM2,5 dapat lebih jauh lagi yakni memasuki aliran darah, yang terutama mengakibatkan dampak pada kardiovaskuler dan pernapasan, serta mempengaruhi organ lain.

Debu halus PM10 da PM2,5 biasanya dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar di berbagai sektor, termasuk transportasi, energi, rumah tangga, industri, dan dari pertanian. Pada 2013, polusi udara luar ruang dan partikulat diklasifikasikan sebagai karsinogenik oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) WHO.

“Polusi udara merupakan ancaman bagi kesehatan di semua negara, tetapi paling parah menyerang orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dia menegaskan, Pedoman Kualitas Udara Baru WHO berbasis alat bukti dan praktik untuk meningkatkan kualitas udara di mana semua kehidupan bergantung. “Saya mendesak semua negara dan semua yang berjuang untuk melindungi lingkungan kita untuk menggunakannya guna mengurangi penderitaan dan menyelamatkan nyawa,” katanya menambahkan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus