Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Omicron, varian baru virus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), yang ditemukan pertama kali di Afrika Selatan diketahui memiliki gejala yang berbeda. Dokter asal Afrika Selatan menjelaskan, gejala yang ditemukan pada sejumlah pasien yang terjangkit varian Omicron lebih ringan dari varian lainnya namun tampak tak biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Salah satu klaim yang diperiksa adalah berbagai narasi terkait varian Omicron dari Covid-19.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
______________________________________________________________________
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
Gejala Omicron yang Ringan, tapi Tak Biasa
Varian baru virus corona bernama B.1.1.529 atau Omicron, menjadi kekhawatiran baru bagi dunia. Strain yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan (Afsel) ini diklasifikasikan sebagai “variant of concern” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Artinya, varian ini lebih menular, lebih ganas, atau lebih terampil menghindari tindakan kesehatan masyarakat, vaksin dan terapi. Sebab varian tersebut mengandung 30 mutasi pada spike protein, yaitu sebentuk paku yang memungkinkan virus menerobos ke dalam sel.
“Berdasarkan bukti yang disajikan, hasilnya mengindikasikan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi Covid-19, TAG-VE (Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution) telah menyarankan kepada WHO bahwa varian ini harus ditetapkan sebagai VOC. Dan WHO telah menetapkan B.1.1.529 ke dalam VOC dengan nama Omicron,” seperti dikutip dari keterangan resmi WHO.
Ilustrasi Omicron. REUTERS
Kini penyebaran varian Omicron terus meluas hingga di banyak negara Asia, termasuk Singapura dan Malaysia yang dekat dengan Indonesia.
Menurut dokter di Afrika Selatan—yang pertama memberi tahu pihak berwenang tentang pasien yang terpapar varian Omicron—dr. Angelique Coetzee, gejala varian baru virus corona itu ringan namun tidak biasa. Para pasien biasanya merasa kelelahan berat hingga denyut nadi kencang, tetapi tidak mengalami kehilangan penciuman atau indera perasa. “Gejala mereka sangat berbeda dan sangat ringan dari yang pernah saya tangani sebelumnya,” kata dokter umum yang sudah 33 tahun memimpin Asosiasi Medis Afrika Selatan.
Selain rasa lelah yang luar biasa, pasien juga cenderung mengalami nyeri otot ringan, "tenggorokan gatal", dan batuk kering. Tapi, ia khawatir, jika varian baru menyerang orangtua dengan penyakit penyerta, seperti diabetes atau jantung, penanganannya jauh lebih sulit. “Yang harus dikhawatirkan sekarang adalah ketika orang yang lebih tua dan tidak divaksinasi terinfeksi dengan varian baru, dan jika mereka tidak divaksinasi, kita akan melihat banyak orang dengan penyakit yang parah,” ujarnya kepada AFP.
David Ho, profesor mikrobiologi dan imunologi di Universitas Columbia di New York, percaya, varian Omicron akan menunjukkan tingkat resistensi yang substansial. Tingkat resistensi itu berdasarkan lokasi mutasi pada lonjakan protein virus. “Antibodi vaksin menyasar tiga wilayah pada lonjakan virus corona, dan Omicron memiliki mutasi di ketiga wilayah tersebut,” kata Ho kepada Reuters.
Mengantisipasi penyebaran varian Omicron, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan saran teknis untuk 194 negara anggotanya. Isinya, mendesak untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi dan untuk membuat rencana mitigasi. “Omicron memiliki jumlah lonjakan mutasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, beberapa di antaranya mengkhawatirkan dampak potensialnya pada lintasan pandemi,” kata WHO, seperti dikutip Reuters. “Risiko global secara keseluruhan terkait dengan ‘variant of concern’ Omicron juga dinilai sangat tinggi,” sebut WHO.
WHO juga masih mengkaji dampak potensial dari varian Omicron, termasuk efektivitas vaksin. Masih belum diketahui bagaimana efektivitas vaksin dalam melawan Omicron, namun WHO menegaskan bahwa vaksin tetap penting untuk mencegah penyakit memburuk dan kematian.
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
WhatsApp akan menambahkan fungsionalitas baru ke fitur pesan yang menghilang, yang memungkinkan pengguna mengatur pesan dalam obrolan untuk dihapus secara otomatis setelah jangka waktu tertentu. Kabar tersebut diumumkan langsung oleh CEO Meta—induk perusahaan—Mark Zuckerberg melalui akun Facebook miliknya.
Ilustrasi pengguna WhatsApp. Reuters/Dado Ruvic
iPhone milik sembilan orang staf Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang bekerja di atau dengan Uganda disusupi spyware Pegasus. Ada yang menyebut sampai 11 orang yang menjadi korban spyware buatan NSO Group dari Israel itu. Belum jelas pelakunya tapi NSO menegaskan hanya menjual software ke lembaga pemerintahan yang disetujui Tel Aviv.
Google meminta penggunanya waspada karena peretas bisa menyusup ke akun Google Cloud untuk menambang Cryptocurrency. Raksasa internet itu mengatakan pelaku terkadang mengunduh perangkat lunak cryptocurrency mining hanya dalam 22 detik setelah membahayakan akun cloud. Google menemukan bahwa dari 50 instance Google Cloud yang baru-baru ini disusupi, 86 persen digunakan untuk tujuan penambangan cryptocurrency.
Facebook memperluas definisi “akun berisiko tinggi” yang akan memerlukan penggunaan otentikasi dua faktor untuk masuk, dalam sebuah langkah yang mencerminkan tren yang lebih luas di seluruh platform teknologi besar. Pengguna yang ditandai memiliki akun berisiko tinggi akan diingatkan secara berkala untuk mengaktifkan autentikasi dua faktor. Langkah ini menambah spekulasi bahwa rencana akhir Facebook yang mewajibkan otentikasi dua faktor untuk semua penggunanya saat transisi ke fase “Meta”.
Bos Instagram, Adam Mosseri, melalui website resminya mengumumkan akan meluncurkan fitur kontrol orang tua baru di platformnya pada Maret 2022. Dalam unggahan itu dijelaskan bahwa Instagram akan mengizinkan orang tua dan wali untuk melihat berapa banyak waktu yang dihabiskan anak remaja mereka di platformnya. Fitur kontrol itu akan diumumkan sebagai paket fitur baru yang dirancang untuk membuat platform menjadi tempat yang lebih aman, terutama bagi pengguna remaja.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial didominasi dengan klaim-klaim seputar erupsi gunung Semeru. Klaim-klaim ini beredar setelah gunung Semeru dikabarkan aktif beraktivitas sejak 4 Desember 2021. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Video yang Diklaim Erupsi Gunung Semeru
- Keliru, Video Kawah Gunung Semeru Mengeluarkan Lava Disertai Suara Meraung
- Sesat, Foto yang Dikaitkan dengan Jenazah Rumini yang Tewas Berpelukan saat Rrupsi Gunung Semeru
- Menyesatkan, Video Meletusnya Gunung Semeru Pada 4 Desember 2021
- Keliru, Video Keluarnya Lava dari Gunung Semeru
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: