Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Newsletter

CekFakta #232 Berpikir Kontrafaktual agar Tak Terjerumus pada Hoaks

berpikir kontrafaktual bisa membantu kita mencegah paparan hoaks.

3 November 2023 | 18.58 WIB

Ilustrasi berpikir/menimbang. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi berpikir/menimbang. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pernahkah Anda berandai-andai jika sesuatu terjadi sebaliknya, melalui berpikir kontrafaktual? Pemikiran kontrafaktual (counterfactual thinking)—atau mempertimbangkan soal “bagaimana jika” tentang masa lalu—bisa membawa dampak emosional yang positif dan negatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sisi lain, berpikir kontrafaktual bisa membantu kita mencegah paparan hoaks. Bagaimana caranya?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (47)
Berpikir Kontrafaktual agar Tak Terjerumus pada Hoaks

Pemikiran kontrafaktual atau counterfactual thinking membuat seseorang berpikir tentang masa lalu yang mungkin saja berbeda, atau masa kini mungkin saja berbeda. Sebab secara harfiah, kontrafaktual berarti berlawanan dengan fakta. 

Dilansir PsychologyToday, pemikiran ini biasanya dipicu oleh peristiwa negatif yang merintangi tujuan dan keinginan kita. Alhasil, bisa memicu berbagai efek pada emosi, keyakinan, dan perilaku. Mengingat bahwa peristiwa negatif bisa membawa keburukan, dapat membantu kita menumbuhkan rasa syukur, mengatur emosi, dan membangun kekuatan. Namun pemikiran kontrafaktual yang bersifat “melihat ke atas”, misalnya gagal mencapai tujuan hidup, dapat memicu penyesalan.

Nah, berpikir kontrafaktual memang pernah menjadi salah satu faktor psikososial yang menyebabkan seseorang cenderung bertahan untuk mempercayai kabar bohong. Bahkan setelah informasi baru dan bukti faktual yang membongkar kepalsuan sudah disodorkan.

Dengan menggunakan strategi ini, para penganut teori konspirasi dan hoaks dapat secara efektif menjauhkan keyakinan mereka dari kenyataan, mempertahankan pendapat mereka, dan bahkan membenarkan perilaku berikutnya. Misalnya, menyebarkan hoaks yang dia dapat kepada orang lain.

Namun, sebuah studi tahun 2023 menyebutkan bahwa pemikiran kontrafaktual juga dapat berfungsi sebagai strategi pencegahan atau prebunking untuk membuat seseorang lebih berhati-hati terhadap berita yang menarik tapi meragukan.

Intervensi prebunking berbasis kontrafaktual dapat mendorong kita untuk secara kritis menilai informasi terlepas dari status kebenarannya. Sehingga, kita diberi jeda untuk merenungkan bahwa sebuah konten berita palsu hanyalah alternatif dari sebuah kenyataan. 

Para peneliti bahkan menunjukkan bahwa prebunking kontrafaktual dapat memberikan pendekatan tidak langsung untuk melawan informasi yang salah yang mungkin berguna bagi individu yang tidak mempan terhadap strategi membongkar hoaks secara frontal. Terutama orang-orang yang menjadi target hoaks memiliki motif eksistensial dan sosial, selain motif epistemik. 

Sebab, jika menyentuh motif-motif tersebut, seseorang bisa menunjukkan resistensi alias penolakan yang cukup besar ketika ada yang mencoba untuk menyangkal atau mengoreksi informasinya yang salah. Alih-alih secara langsung menjejalkan kebenaran, akurasi, dan keandalan konten misinformasi, intervensi kontrafaktual membingkai konten tersebut sebagai hipotesis yang bisa dipertimbangkan secara bebas sebelum sampai pada kesimpulan yang pasti. 

Artinya, pendekatan berpikir kontrafaktual ini bisa jadi semacam jalan tengah yang mencegah orang-orang di sekitar kita yang cenderung percaya teori konspirasi. Syukur-syukur jika bisa mengubah pikiran mereka.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Warga Bahrain Melemparkan Bom Molotov ke Kedutaan Besar Israel?

Video berdurasi 1 menit 15 detik disebarkan di Facebook [arsip] dengan klaim warga Bahrain melempar Kedutaan Besar Israel dengan bom molotov. Video juga mengklaim bahwa sekelompok orang menggunakan bom molotov menyerang sebuah bangunan hingga terbakar. Di Facebook, video itu diunggah pada 22 Oktober 2023 dengan keterangan: Warga Bahrain melempar Kedutaan Israel di Bahrain dengan bom molotov dan mencoba membakarnya. Aksi itu diklaim sebagai respon bom yang jatuh di Rumah Sakit dan pabrik roti Gaza oleh serangan Israel.  

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tim Cek Fakta Tempo melakukan verifikasi klaim di atas dengan menggunakan tool InVid dan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, video tersebut bukanlah penyerangan kantor Kedutaan Israel di Bahrain, melainkan serangan terhadap sebuah kantor polisi di Pulau Sitra, Bahrain, pada 2012.  

Waktunya Trivia!

Benarkah Menara Masjid Al Aqsa Tetap Utuh Meski Ditembaki Israel?

Sebuah akun Facebook [Arsip] membagikan video dengan narasi masjid Al Aqsa tetap utuh meski ditembaki oleh tentara Israel. Video tersebut diberi judul ‘Kuasa ilahi menara masjidil Aqsa ditembaki Israel namun menara itu Masih tetap berdiri kokoh walaupun Israel menggunakan rudal’. 

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Artika Rachmi Farmita

Artika Rachmi Farmita

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus