Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

<font size=2 color=#FF0000>Slovenia</font><br />Berkat Ramuan DJ Amatir

Tanpa bintang dan pelatih berpengalaman, Slovenia lolos ke Afrika Selatan dengan rekor kebobolan yang minim. Kuncinya, mengubah tradisi pertahanan.

28 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SLOVENIA
Merdeka: 1991
Jumlah penduduk: 2.053.355 jiwa
Luas Negara: 20.273 kilometer persegi
Organisasi: Football Association of Slovenia
Keikutsertaan: sekali (2002)
Peringkat FIFA: ke-33 (November 2009)

Serahkan keping-keping CD musik, dengan riang dia akan menyegarkan suasana lewat keterampilan tangan memainkan cakram untuk merangkai lagu-lagu. Berikan sekumpulan pemain berstandar biasa-biasa saja, dengan senang hati dia akan membentuk satu kesebelasan dengan kualitas mengejutkan. Sebab, dia adalah Matjaz Kek.

Pria berusia 48 tahun ini seorang disc jockey (DJ) amatir. Profesi utamanya di lapangan hijau. Sejak diangkat menjadi pelatih nasional senior Slovenia, Januari 2007, untuk sementara Kek tidak nge-DJ di bar di kotanya, Maribor. Balasannya luar biasa: Slovenia lolos ke putaran final Piala Dunia Afrika Selatan 2010 setelah menyingkirkan Republik Cek, Polandia, dan Irlandia di putaran grup dan Rusia di babak playoff.

”Akhir yang bahagia seperti dongeng di film Hollywood,” ungkap Kek setelah timnya memastikan meraih tiket ke Afrika Selatan. ”Para pemain kami menjadi (tokoh) manusia abadi.”

Pada laga pertama babak playoff­ meng­hadapi tuan rumah, Rusia, di Moskow, 14 November, Slovenia hampir mati karena ketinggalan 0-2. Gol dari gelandang Zlatko Dedik, yang tercipta ketika pertandingan cuma tersisa dua menit, mengembalikan nyawa tim dengan warna kebesaran putih-putih itu. Inilah gol kunci. Kedudukan akhir 2-1 untuk Rusia.

Empat hari kemudian, petinggi kedua negara menandatangani kesepakatan pembangunan pipa yang mengalirkan gas Rusia melewati wilayah Slovenia. ”Saya ingin kesepakatan ini ditandatangani secepatnya sebelum hubungan kedua negara memburuk gara-gara kemenangan tim kami,” kata Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, bercanda.

Laga kedua playoff berlangsung pada sore hari setelah acara penandatangan­an pipa gas. Putin tak hadir di lapang­an. Yang menonton secara langsung ke Maribor adalah Dmitry Medvedev. Presiden Rusia ini akhirnya tertunduk di kursinya, mendapati timnya kalah 0-1. Dengan agregat 2-2, Slovenia lolos karena unggul gol tandang—gol di kandang lawan.

Zlatko Dedik menjadi pahlawan Slovenia di Maribor. Penyerang yang merumput di Liga Jerman bersama klub Bochum ini mencetak gol semata wayang satu menit sebelum jeda. ”Kami layak menang karena bermain dengan penuh keberanian,” kata kapten tim, Robert Koren.

Perdana Menteri Slovenia Borut Pahor langsung nyelonong ke ruang ganti pemain begitu pertandingan berakhir. Sesuai dengan janjinya, Pahor membersihkan sepatu para pemain karena melangkah ke Afrika Selatan. ”Karena terbatasnya waktu, terus terang, tak semua sepatu saya bersihkan,” kata Pahor geli.

Keriuhan di seantero negeri pun langsung meledak. Slovenia baru merdeka pada 1991 dan cuma memiliki penduduk sekitar dua juta jiwa—kurang dari seperempat jumlah penghuni Jakarta. Mereka melaju dengan gagah, mengalahkan Rusia, negara dengan penduduk lebih dari 140 juta jiwa.

Hari-hari setelah kemenangan, kaus bertulisan ”I feel South Africa” laris manis dibeli warga di pasar-pasar. Kalimatnya merupakan pelesetan dari slogan pariwisata, ”I feel Slovenia”. ”Kami sekarang tak takut kepada siapa pun,” kata stopper Bostjan Cesar, salah satu tokoh kunci di lini pertahanan.

Ini untuk kedua kalinya negara pe­cahan Yugoslavia itu berhasil menembus putaran final dunia. Peluang pertama terjadi pada Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002. Di kejuaraan besar lain, Euro 2000, mereka juga lolos. Tapi hasil pada kedua turnamen itu, Slovenia gagal keluar dari babak grup. Pada Korea-Jepang mereka bahkan tak meraih satu poin pun.

”Tapi kami berbeda dengan tim di masa lalu, kami sekarang tak memiliki pemain bintang,” kata top scorer Slovenia selama kualifikasi, lima gol, Milivoje Novakovic. Pada 1990-an sampai awal 2000-an Slovenia masih memiliki seorang Zlatko Zahovic, playmaker jempolan yang malang melintang di Liga Portugal dan Spanyol. ”Kami tak memiliki pemimpin dominan di lapangan meski biasanya para pemain mendiskusikan masalah dengan kami berdua, saya dan Milivoje,” ungkap kapten tim, Robert Koren.

Kelemahan itu diubah menjadi kekuatan oleh Kek. ”Disiplin, kesabaran, dan permainan tim, itulah kuncinya,” katanya. ”Itulah ideologi kami.” Kek meracik pemain muda dan senior dengan tulang punggung trio Samir Handanovic (kiper klub Udinese, Italia), Koren (gelandang West Bromwich Albion, Inggris), dan Novakovic (penyerang FC Koeln, Jerman). Pemain yang lain kebanyakan juga berasal dari klub-klub luar Slovenia.

Matjaz Kek namanya, Kekec pang­gilannya. Julukan itu awalnya berkonotasi negatif karena berarti si penipu. Kek mantan stopper yang tak terlalu cemerlang, cuma pernah sekali memperkuat tim nasional. Setelah gantung sepatu, dia melatih mantan klubnya, Maribor (2000-2006), sebelum menangani tim nasional U-15 dan U-16 lantas ke tim nasional senior.

Beban berat bergelantungan di pundak Kek saat pertama kali ditunjuk sebagai pelatih nasional. Soalnya, pelatih yang dia gantikan adalah Brane Oblak, pelatih sepuh, 62 tahun, dan idola nasional. Oblak adalah mantan pemain dengan talenta terbesar yang pernah dilahirkan Slovenia. Dampaknya, Kek kerap diperbandingkan dengan Oblak. Setelah Slovenia cuma menempati peringkat keenam pada kualifikasi Euro 2008, ejekan ”kekec” melekat pada Kek.

Sentuhan ajaib baru dia tunjukkan pada kualifikasi Piala Dunia. Caranya sederhana, dia mengubah pola tradisi 3-4-1-2 menjadi 4-4-2 dengan pertahanan empat berjajar. Ajaib, Slovenia menjelma menjadi tim dengan pertahanan superkukuh. Dari sepuluh kali laga di putaran kualifikasi Grup 3, tim asuhan Kek cuma kebobolan empat gol. Catatan ini hanya bisa disaingi Belanda, yang kebobolan dua gol di Grup 9. Namun Belanda cuma melakoni delapan laga.

Slovenia, runner-up klasemen, berhasil mengatasi Republik Cek dan Polandia, yang sebelumnya lebih difavo­ritkan sebagai jawara Grup 3. Slovenia cuma kalah dua poin oleh pemimpin klasemen grup, Slovakia. Hasil itulah yang membuat Slovenia beroleh ti­ket playoff menghadapi Rusia.

”Kekec” negatif berubah menjadi positif. Kekec berkonotasi baik merujuk pada tokoh film yang tenar pada 1950-an. Si tokoh adalah seorang bocah pe­riang yang gemar ngibul. Namun suatu saat dia berhasil memojokkan gerombolan penjahat dengan memanfaatkan pertolongan sekawanan burung hantu yang dia tipu.

Nah, ”kawanan burung hantu” Kek akan berbaris ke Afrika Selatan . Mereka bisa saja memojokkan Inggris, mematuk Amerika Serikat, dan mencabik Aljazair yang menjadi rival-rival di Grup C. Bila sukses, Kek mungkin sedikit punya waktu santai untuk nge-DJ lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus