Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

olahraga

Acub Dan X

Seseorang melapor kepada Acub Zainal akan adanya penyuapan di perkesa 78. Penyuapnya ditahan polisi, kalau terbukti menerima suap, seumur hidup tidak boleh bermain. (or)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU pagi, akhir Juni lalu, Acub Zainal kedatangan tamu. Ia sebetulnya agak enggan untuk menerima orang hari itu. Lagi pula tamu itu tak dikenalnya. Siapa dia? Lelaki itu baiklah kita sebut X. Ialah yang mengirim surat kepada Acub tentang adanya ketidakberesan di kalangan pemain Perkesa 78. "Saya melaporkan adanya penyuapan ini, karena saya simpati kepada Pak Acub," cerita X kepada TEMPO, minggu lalu. "Ia adalah orang yang bertekad memberantas penyogokan terhadap pemain bola," X mengaku bahwa ia tak pernah mengenal Acub sebelumnya. Acub, sekalipun naik pitam setelah mendengar cerita X, tak begitu saja percaya ocehan tamunya. Untuk membuktikan kebenaran adanya penyogokan ketika timnya melawan Cahaya Kita, ia lalu mengirim orang suruhannya mengikuti X ke tempat pelaku penyogokan. "Betul, pak. Ia telah memberikan uang Rp 1« juta kepada Jafeth Sibi," lapor suruhannya. "Saya percaya laporan itu," ucap Acub. JSG, ditahan di Kodak VII Metro Jaya, tak membantah tuduhan yang diimpahkan padanya. Juga mengenai jumlah uangnya. Ia ditangkap, minggu lalu, berdasarkan permintaan Acub. "Kalau tidak ingat bahwa saya ini anggota ABRI, jenderal lagi, mungkin tukang suap itu sudah saya gebuk duluan," ujar Acub. X ternyata tak hanya menyatakan tahu tentang adanya penyogokan. Ia juga mengaku tahu cara dan di mana permainan diatur. Menurut X, sebelum transaksi sogok dilakukan, terlebih dahulu penyuap mengajak 'mangsa'nya untuk makan-makan di restoran. Setelah itu, baru niatnya dikemukakan, dan sekaligus diatur bagaimana cara menyampaikan uang. Dalam kasus Perkesa 78, katanya, uang suap diserahkan di Hotel Sintera, jam 2.00 subuh. "Seingat saya, waktunya sehari setelah pertandingan," kata X. Dari X juga terungkap sepak terjang penyuap di perkumpulan lain. Betulkah? "Kita juga dengar suara-suara itu," kata pimpinan BBSA Tama, Josef Lukito. "Malah, kita pernah terima telepon dari seorang penonton." Ia membenarkan di klubnya sedang diadakan penelitian. Tidakkah terulangnya skandal sogok ini dikarenakan dalam kasus Merdeka Games 1978 PSSI memberikan hukuman ringan bagi penerima? Sutjipto Suntoro, bekas pemain nasional, menilai demikian. Setelah kasus suap di tubuh tim nasional 1961 terbongkar, dan pemainnya dihukum berat, kejadian baru berulang 17 musim kemudian. "Lha, sekarang belum sampai 1 tahun sudah timbul lagi," kata Sutjipto. Mereka yang terlibat kasus Merdeka Games 1978, antara lain kiper Ronny Pasla, memang hanya menjalani skorsing kurang dari 1 tahun. Bagaimana nantinya dengan Jafeth Sibi? "Kalau terbukti benar menerima suap, ia akan dihukum seumur hidup tidak boleh bermain bola," kata Uteh Riza Yahya, Humas PSSI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus