Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Tim estafet 4 x 100 meter putra tidak memasang target tinggi dalam SEA Games 2019 di Filipina, November mendatang. Penetapan target untuk catatan waktu terbaik itu dilakukan lantaran tim estafet 4 x 100 meter putra akan tampil dengan formasi baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skuad tim estafet putra tersebut terdiri atas Joko Adi Kuncoro; Eko Rimbawan; M. Bisma Diwa; serta dua atlet junior, Adit Rici Pradana dan Adit Rico Pradana. "Ya, saya kira dengan tim baru ini mudah-mudahan bisa mencatatkan waktu 39,05 detik-lah," ujar pelatih kepala pemusatan latihan nasional atletik, Eni Nuraeni, di Jakarta, Rabu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai salah satu cabang olahraga terukur, penetapan target tersebut cukup realistis untuk skala pesta olahraga se-Asia Tenggara. Hal itu melihat hasil dalam SEA Games 2017 Malaysia, ketika tim estafet putra juga mencatatkan waktu 39,05 detik dan membawa pulang medali perak setelah dikalahkan oleh Thailand.
Namun target tersebut jelas masih jauh jika dibandingkan dengan catatan waktu yang diperoleh oleh tim estafet Asian Games 2018, yang ketika itu diperkuat oleh Fadlin, Bayu Kertanegara, Eko Rimbawan, dan Lalu Muhammad Zohri. Mereka berhasil finis di posisi kedua sekaligus meraih medali perak setelah membukukan waktu 38,77 detik. Sementara itu, hingga saat ini, catatan terbaik tim estafet untuk SEA Games masih mencapai 39,80 detik.
Eni berharap dua atlet junior, Rico dan Rici, dapat tampil maksimal di tim estafet. Sebab, SEA Games merupakan laga internasional kedua bagi atlet kembar ini. "Kami tim pelatih selalu memberi masukan supaya mereka tidak tertekan. Para senior juga merangkul mereka," kata Eni.
Saat ini timnas atletik sudah mulai berfokus pada tahap prakompetisi. Semua atlet dituntut harus siap untuk berlomba dan mempertajam catatan mereka dalam serangkaian tes pada akhir pekan.
Selanjutnya, untuk melihat perkembangan selama latihan, tim estafet putra akan mengikuti Pekan Olahraga Pelajar Nasional pada pertengahan November mendatang.
Adapun absennya Zohri sudah disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Bob Hasan, saat menerima kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, pekan lalu. Bob Hasan memberi alasan bahwa atlet level dunia seperti Zohri tidak perlu lagi mengikuti SEA Games 2019 untuk memberikan kesempatan kepada atlet junior ikut merasakan perlombaan level internasional.
"Kasih kesempatan pada yang muda-muda, seperti Rici dan Rico, jadi atlet usia 17-18 yang kami kirim. Kami bukan soal menang atau kalah, kan ada bintang-bintang muda," dia menjelaskan dasar penentuan atlet untuk kontingen Indonesia dalam SEA Games.
Pria berusia 88 tahun ini mengatakan tidak mau lagi mengulang kesalahan masa lalu ketika atlet andalan di setiap generasi cuma satu orang. Ia mencontohkan Mardi Lestari yang pada masanya tidak mempunyai pesaing. Bahkan Suryo Agung tidak mempunyai saingan di tingkat nasional pada eranya. "Itu semua satu aja, itu enggak boleh, jadi kita mesti punya 10 Zohri, 20 Zohri, gitu lho. Jadi mesti punya puluhan, jangan cuma satu," kata dia.
Menurut Bob, kebijakannya tidak mengirimkan Zohri ke SEA Games merupakan terobosan memajukan cabang olahraga atletik. Ia mencontohkan nomor lompat galah sudah berhasil melakukan pembinaan atlet junior dengan memiliki sekitar 10 atlet potensial. "Tapi, masalahnya itu, kalau nomor galah, pesawat tidak mau bawa galahnya, jadi selalu ketinggalan galahnya, dibawa pakai pesawat lain," dia menjelaskan permasalahan di nomor lompat galah.
Adapun atlet putri lompat galah, Diva Renata Jayadi, menargetkan bisa menorehkan lompatan setinggi 4 meter dalam SEA Games 2019 mendatang di Manila. Siswa kelas III Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan ini menyebutkan, dengan target lompatan setinggi 4 meter, dia diproyeksikan bisa meraih medali perak. "Terbaik di Asia Tenggara 4,10 meter. Jadi, kalau 4 meter, bisa dapat perak," kata Diva.
Sebagai satu-satunya atlet yang mewakili Indonesia di nomor lompat galah, Diva lolos seleksi setelah memecahkan rekor di nomor lompat galah ASEAN Schools Games (ASG) 2019, dengan hasil lompatan 3,83 meter dan menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Putri mantan atlet nasional Nunung Jayadi ini berhasil menambah rekor 0,23 meter dari rekor sebelumnya setinggi 3,60 meter, yang dibukukan Jelita Nara Idea dalam ASG 2014.
Atlet lompat galah putra, Fredrick Saputra, juga tidak mau mematok target muluk-muluk dalam SEA Games 2019. Atlet berusia 23 tahun itu mengatakan masih terlalu jauh untuk bisa meraih medali emas karena bersaing dengan atlet tuan rumah Ernest John Obiena yang mempunyai rekor lompatan 5,81 meter dan Patsapong Amsam-Ang (Thailand) dengan rekor 5,55 meter.
"Target di SEA Games pecah rekor sendiri saja, pecah personal best kemarin 5,2 meter jadi di atasnya. Untuk medali untung-untungan, kalau angan-angan perunggu," kata Fredrick, yang dalam SEA Games 2017 Kuala Lumpur melakukan lompatan 4,8 meter. ANTARA | IRSYAN HASYIM | NUR HARYANTO
Atlet Atletik Patok Target Realistis
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo