Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UNTUK mengikuti Kejuaraan Atletik Terbuka Singapura pada tanggal
1 - 3 September yang baru lalu, pimpinan PASI (Persatuan Atletik
Se-Indonesia) telah menyertai 9 orang wartawan Ibukota dalam
timnya. Termasuk wartawan TEMPO, Lukman Setiawan., yang
menurunkan laporan berikut:
DUNIA atletik nasional pernah anjlog ke lantai terendah. Itu
terjadi pada SEA Games IX Kuala Lumpur, Nopember tahun lalu.
Tapi tampaknya peristiwa itu justru merangsang suatu
kebangkitan. Bulan Juli lalu bertepatan dengan Kongres PASI dan
Kejuaraan Nasional 1978, tak kurang dari Presiden Suharto
sendiri memberikan sambutan tertulisnya pada keluarga besar
PASI. "Campur tangan" Kepala Negara itu tampaknya menggugah juga
keluarga besar PASI.
Tak ayal momentum itu disambut Kongres dengan meremajakan
susunan Pengurus PASI periode 1978 - 1982 di bawah Ketua Umum
Sayidiman Suryohadiprojo. Dan seorang tokoh belakanglayar, Bob
Hasan, yang sebelumnya menduduki jabatan Ketua V, kini
ditampilkan ke depan sebagai Ketua Pembinaan organisasi. Juga
bekas pelari sprint nasional Jootje Gosal diberi kepercayaan
mengepalai Komisi Teknik.
Dalam suasana pembaruan ini para atlit PASI mempersiapkan diri
ke Kejuaraan Terbuka Singapura. Tanpa target-target-an tapi
dengan harapan, "moga-moga dapat memecahkan rekor nasional" --
seperti ucap Ketua Umum Sayidiman dalam jamuan perpisahan.
Keberangkatan tim luar biasa. Terdiri dari 29 atlit (13 puteri,
16 putera), 9 ofisial dan 9 wartawan. "Tak pernah dalam sejarah,
PASI mengirim rombongan demikian besar," kata sementara kalangan
olahraga. Keuangan tampaknya tak menjadi masalah. Dan langsung
ditangani Ketua Bidang Organisasi Bob Hasan. "Kali ini merupakan
kesempatan terbaik untuk mencari pengalaman di luar negeri,"
katanya, "dan Singapura tidak jauh."
Di Kota Singa itulah 6 rekor nasional tumbang, memenuhi harapan
pimpinan PASI. Jeffrey Matehelemual dalam 100 meter mencatat dua
kali 21,4 menumbangkan rekor Jootje Oroh yang telah berusia 16
tahun. Kemudian bersama Yakob Mursidi, Mohammad Harianto dan Leo
Kapisa dalam estafet 4 x 100 meter, mereka capai waktu 40,9
detik. Prestasi itu memperbaiki rekor nasional 41,0 detik yang
ditegakkan tim Jootje Oroh, Supardi, Bambang Wahyudi dan Agus
Sugiri dalam Asian Games 1966 di Bangkok.
Lalu Melly Moffu dalam lari gawang 400 meter. Santai-santai saja
pemuda 29 tahun ini memperbaiki rekor nasional 52,9 detik atas
namanya sendiri menjadi 51,9 detik. Dalam seri dia capai 52,4
detik. Sementara dalam nomor 400 meter, Mujiono meski tidak
dapat medali, memperbaiki rekor nasional ciptaan sendiri dari
47,9 detik menjadi 47,8 detik. Starlet, 16 tahun, persis
mengalami nasib seperti Mujiono. Ia berhasil memperbaiki rekor
nasional 800 meter atas nama Jeanny Sumampouw dari 2:156
menjadi 2:14,0. Tapi tanpa medali. Perbaikan rekor nasional yang
lain dibuat Starlet adalah dalam nomor 1.500 meter. Ia mencatat
waktu 4:36,4 menit yang berarti perbaikan rekor lama 4:49,1
menit atas nama Starlet sendiri bersama Lelyana Chandrawijaya.
Dalam nomor 1.500 meter patut ditampilkan Abdul Rachman Zakin.
Ia mencatat 3:59,0 menit. Ini berarti berhasil menembus dinding
4 detik, yang sejak Charanjit Singh membuat rekor nasional
3:55,1 pada tahun 1962, tak pernah disentuh atlit PASI.
Kejuaraan Terbuka Singapura 1978 menempatkan Indonesia di urutan
ke 4 di bawah Jepang, Malaysia, Inggeris dengan 5 emas, 3 perak
dan 6 perunggu. Tapi, seperti komentar ofisial Jepang dan
Inggeris bahwa standard Kejuaraan masih tergolong kelas 2.
Sehingga kemungkinan atlit Indonesia mengulangi prestasi serupa
dalam Asian Games di Bangkok pada bulan Desember ini, bukan hal
yang mudah diraba. Tapi bagaimana pun suasana segar ini pertanda
suatu awal yang baik dari Pengurus PASl yang baru, menjelang
Indonesia menjadi tuan-rumah SEA Games 1979.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo