Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SINGAPURA - Kiki Bertens merebut kemenangan pertamanya di turnamen WTA Finals pada Senin malam lalu. Petenis Belanda itu membuat kejutan setelah mengalahkan petenis nomor dua dunia dan juara Wimbledon, Angelique Kerber, dalam pertandingan dengan sistem round robin di Grup Merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petenis peringkat kesembilan dunia itu bisa tampil dalam turnamen yang hanya diikuti delapan petenis papan atas dunia setelah Simona Halep, peringkat pertama dunia, mundur karena cedera punggung. Bertens menggantikan Halep hanya selang satu hari menjelang turnamen ini digelar pada Ahad lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bertens sebenarnya canggung dalam penampilan perdananya menghadapi Kerber. Ia benar-benar bermain buruk pada set pertama dalam pertandingan yang digelar di Stadion Indoor Singapura. Dia baru terlihat bermain lepas pada set kedua, lalu berhasil membalikkan keadaan dengan menguasai permainan dan merebut dua set berikutnya dengan hasil 1-6, 6-3, 6-4.
“Saya pikir kemenangan ini patut saya banggakan,” kata Bertens, yang menyelesaikan pertandingan selama dua jam. “Saya mengubah permainan dan lebih agresif, sedikit keluar dari zona nyaman saya dan akhirnya mendapatkan kemenangan.”
Bertens mengakui bahwa kemampuannya untuk bangkit dalam kariernya di tenis tak lepas dari peran pelatihnya dulu, Raemon Sluiter. Tahun lalu, Bertens bertanding di Singapura untuk nomor ganda berpasangan dengan Johanna Larsson. Saat itu Sluiter mengingatkan bahwa dia harus punya komitmen 100 persen untuk tenis jika ingin terus maju.
Ucapan Sluiter itu rupanya mengena di hati Bertens sehingga masih diingatnya sampai kemarin. Dia pun berkomitmen hingga musim ini telah memetik hasilnya dengan mencapai peringkat 10 besar dunia. “Kini saya akan melakukan segalanya untuk menang di sini, dan itulah yang akan saya lakukan untuk pertandingan berikutnya.”
Sebaliknya, Kerber sepertinya tidak dalam kondisi mental yang baik saat datang ke Singapura. Pemenang Grand Slam tiga kali itu baru saja berpisah dengan pelatihnya, Wim Fissette, hanya lima hari menjelang turnamen. Akhirnya, Kerber pun berangkat ke Singapura tanpa pelatih.
Padahal, Fissette, yang mulai bekerja sama pada akhir tahun lalu, sukses mengantarkan Kerber meraih gelar juara Wimbledon dengan mengalahkan Serena Williams di babak final. Meski sukses, agen Kerber mengatakan ada perbedaan pendapat mengenai rencana masa depan. “Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Wim Fissette atas komitmen profesionalnya,” kata agen Kerber.
Wim Fissette mulai menangani Kerber pada November tahun lalu. Dia menjadi pengganti pelatih sebelumnya, Torben Beltz, yang mengantarkan Kerber memenangi gelar Grand Slam di Australia Terbuka, Amerika Serikat Terbuka, dan menjadi peringkat pertama dunia.
Di turnamen ini, Kerber mengatakan terus mencoba mendorong diri sendiri sampai batas tertentu dan mengambil semua energi yang tersisa untuk setiap pertandingan. Meski hanya menang satu pertandingan, menurut Kerber, dia masih punya peluang lolos ke semifinal. “Jadi Anda harus berfokus pada setiap permainan dan mengaturnya karena itu bisa menjadi penting di akhir grup.”
Dalam pertandingan lainnya di Grup Merah, pemain unggulan kelima, Sloane Stephens, dari Amerika Serikat mengalahkan unggulan ketiga, Naomi Osaka, dari Jepang, dengan skor 7-5, 4- 6, 6-1. Stephens butuh 2 jam 22 menit untuk menaklukkan perlawanan satu-satunya petenis Asia ini.
“Saya pikir saya memainkan pertandingan yang sangat bagus,” kata Stephens. “Saya bermain solid dari awal sampai akhir. Menghadapi pemain yang memiliki keyakinan selalu menjadi pekerjaan berat, tapi saya terus berusaha.”
Sementara itu, Osaka mengatakan akan belajar dari kekalahan ini. Menurut dia, turnamen ini istimewa karena tetap punya peluang untuk lolos ke babak semifinal, meskipun pernah menelan kekalahan. “Semua lawan adalah pemain terbaik di dunia. Semoga bisa bermain lebih baik di pertandingan berikutnya.” TENNISWOLRDUSA | GUARDIAN | WTAFINALS | NUR HARYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo