Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIKET Kejuaraan Dunia Sepakbola Junior memang tidak diduga. Tapi
besarnya kekalahan kesebelasan Indonesia sangat mengejutkan
pekan lalu. Dari stadion Omiya, Jepang, ia membawa pulang 16
gol. Yaitu dari tim Argentina (5-0), Polandia (6-0) dan
Yugoslavia (5-O).
Pelatih tim Argentina, Cesa Luis Menotti, mengaukan bahvva PSSI
Junior tidak memiliki irama permainan sama sekali. "Mereka
bermain dengan penuh semangat dan kecepatan tinggi dari awal
sampai akhir. Buat apa? Jika taktik itu bisa dibaca lawan,"
katanya. "Bermain bola bukanlah seperti itu."
Menotti benar, terutama ketika mereka berhadapan dengan
Argentina. 'Tembok Cina'--meminjam istilah pelatih PSSI Jr
Sucipto Suntoro -- sering dibobol oleh penyerang Diego Maradonna
atau Juan Barbas gara-gara lapisan yang dibangun poros halang
Nus Lengkoan dengan Mundari Karya, Eddy Sudarnoto maupun Didik
Darmadi tidak terjalin utuh. Bila menghadapi serangan kilat
pemain Argentina, runner up Kejuaraan. Sepakbola Junior Amerika
Latin, mereka hampir selalu gugup. Namun "pola permainan apa pun
yang dipakai PSSI Jr pasti tidak sanggup membendun arus
serangan musuh," komentar pelatih nasional, drg. Endang Witarsa.
2 « Bulan
Menghadapi Polandia, keadaan PSSI Jr tak banyak berbeda. Taktik
'angin puyuh' yang ditrapkan Sucipto ternyata loyo. "Saya
ditipu Polandia," kata Sucipto. Strategi 'angin puyuh',
menyerang dan bertahan secara total, lahir setelah Sucipto
melihat permainan Polandia melawan Yugoslavia (2-0).
Taktik 'angin puyuh' ini tak sepenuhnya gagal. Sekalipun tak
membuahkan gol, tim Indonesia masih bisa beberapa kali
merepotkan pertahanan Polandia. Waktu melawan Argentina hal itu
hampir tak terlihat. "Kalau saja David (Sulasmono) berhasil
menggetarkan gawang Polandia di menit pertama itu, saya pikir
kesudahan pertandingan akan menjadi lain," tambah Sucipto.
Dua strategi, 'tembok Cina' dan 'angin puyuh', kemudian juga tak
mampu membendung kesebelasan Yugoslavia. Menurut pelatih Wiel
Coerver dari Negeri Belanda, PSSI Junior "kurang mempergunakan
otak."
Tiga tim lawan di grup B memang telah mempersiapkan diri sejak
jauh hari. Tim Argentina bahkan pernah mengalahkan Cosmos, New
York (2-1) Pebruari lalu. Tim Indonesia "hanya dipersiapkan
dalam tempo 2 « bulan," kata bekas manajer tim PSSI Junior, R.
Sumantri. Dan, "dengan try out terbatas."
PSSI Jr, berdasarkan hasil Kejuaraan Sepakbola Junior Asia
(Oktober 1978) di Dacca, tak punya peluang sama sekali untuk
muncul di Jepang, karena menempati urutan ke-5 di bawah Korea
Selatan, Korea Utara, Irak dan Kuwait. Tapi Korea Utara
terlambat mendaftarkan diri, sedang Irak dan Kuwait menolak
gara-gara sponsor turnamen adalah perusahaan Coca Cola. Maka
pilihan jatuh pada Indonesia.
Sekalipun PSSI Jr pulang dengan 'sekarung gol' dari Jepang,
"dengan perbaikah beberapa hal, saya yakin di masa mendatang tim
ini dapat diandalkan," komentar Maulwi Saelan, manajer tim ini.
Jika begitu, tampaknya tim PSSI Junior 1979 tak akan dibubarkan,
tapi tentu diperlukan penambahan dan pengurangan beberapa
pemain.
Tim Asia lainnya, Korea Selatan dan Jepang, juga tersisih
setelah mengikuti penyisihan grup. Jepang terpilih karena
menjadi tuan rumah. Turnamen yang berakhir pekan ini diikuti
oleh 16 negara Spanyol, Aljazair, Meksiko, Jepang, Argentina,
Polandia, Yugoslavia, Indonesia, Paraguay, Portugal, Korea
Selatan, Kanada, Uruguay, Uni Soviet, Hongaria dan Guinea.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo