Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Disini Juga Ada Wo

Persatuan Catur Jakarta ingin membentuk pengurus baru periode 1978-1980 karena pengurus lama pimpinan Teuku Jam Mohamad Said keuangannya tidak beres. teuku jam menolak diusulkan sebagai formatur baru.(or)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESEPAKATAN peserta rapat pleno Persatuan Catur Jakarta melimpahkan tuas pembentukan pengurus baru periode 1978-1980 pada 3 formatur--Teuku Jam Mohamad Said (25 suara), Willy Silitonga (24 suara), dan H.A. Darussalam (4 suara) --ternyata belum berhasil menelorkan keinginan para pemilih tersebut. Sehingga mandat yang diperoleh ketiga formatur pada tanggal 5 Maret lalu itu terpaksa dipulangkan kembali kepada anggota. Karena batas waktu 1 minggu yang diberikan untuk penyusunan pengurus telah lewat tanpa hasil. Dalam pernyataan bersama yang disampaikan ketiga formatur itu disebutkan bahwa pengembalian mandat tersebut disebabkan tidak terdapatnya persesuaian faham di antara mereka. Sekalipun mereka tidak memperinci yang menjadi ganjalan dari ketidak-samaan pendapat itu, namun masalah utamanya tak berkisar dari figur Ketua Umum. Teuku Jam Mohamad Said, bekas Ketua Umum Percaja periode 1976-1978, menginginkan agar kursi pimpinan ini diberikan kembali pada dirinya. Sedang 2 formatur lainnya menghendaki lowongan itu diberikan pada Buce Kumayas, Ketua Klub Catur Mercury 888. Diancam Keinginan menampilkan figur baru itu, menurut Silitonga dan Darussalam,dikarenakan pengurus lama di bawah pimpinan Teuku Jam Mohamad Said telah terjerat dalam pertanggunganjawab keuangan yang tak beres. Sorotan utama ditujukan pada masalah bantuan KONI Jaya yang berkisar sekitar 3 1/2 juta rupiah yang dalam laporan pertanggunganjawab cuma tercatat 1 juta rupiah. Selain itu disinggung juga hutang-hutang untuk pelaksanaan kegiatan di luar program Percaja, seperti Turnamen Antar Master dan Pengiriman tim Percaja Selection ke Singapura, tahun lalu. Tidak terdapatnya kesatuan bahasa di antara para formatur itu, akhirnya mengundang KONI Jaya untuk memyelesaikan masalah tersebut. Di gedung catur DKI Jakarta, Minggu 26 Maret lalu 33 anggota Percaja diundang kembali untuk mencari pimpinan baru. Rapat luar biasa yang dipimpin oleh Ketua Umum KONI Jaya, Erwin Baharuddin ternyata tidak langsung menuju pemilihan. Tapi lebih dulu meminta laporan dari komisi-komisi yang ditugaskan menilai kerja kepengurusan lalu. Dari sejumlah laporan yang dibacakan, masalah komisi bidang keuangan dan komisi verifikasi telah menarik perhatian anggota. Sebab kedua laporan mengungkapkan secara jelas kekurangan pengurus lama dalam pengelolaan keuangan organisasi. Komisi bidang keuangan, misalnya, mengungkapkan sumber keuangan Percaja yang tak menentu --umumnya dana organisasi merupakan sumbangan dari donatur. Tak adanya sumber tetap itu ternyata tak membuat pengurus prihatin. Laporan mengungkapkan, pengurus tidak pernah menekan anggaran sehingga menjadikan hutang bertumpuk. Bagian angka-angka dari uang masuk dan keluar Percaja merupakan tugas komisi verifikasi. Ojak Pasaribu, Ketua Komisi Verifikasi menyatakan timnya mendapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah ini dikarenakan bendahara dalam kepengurusan lampau selalu berganti-ganti. Di samping itu, ia tak kurang mendapat ancaman lewat tilpon dalam menjalankan tugas. Ojak Pasaribu tidak menyebutkan siapa yang mengancam dia itu dan apa maunya. Namun bisa ditebak, 'pengancam' kelihatan tidak ingin masalah keuangan dibeberkan secara terperinci. Tak Seluruhnya Setuju Ojak Pasaribu ternyata tidak gentar menghadapi 'ancaman' itu. Di depan rapat ia kemukakan semua masalah keuangan yang diteliti timnya. Mulai dari belum diterimanya uang bantuan 2.000 dolar AS untuk biaya pengiriman Grand Master Result, Herman Suriadireja ke luar negeri, sampai kepada pertanggungan jawab anggaran yang diberikan KONI Jaya. Di akhir laporan ia mengatakan: "Hutang sebenarnya dari pengurus lama adalah 4.776.430 rupiah. Tapi setelah masuk hasil-hasil susulan, maka kini tinggal 357.700 rupiah yang akan dipikul oleh pengurus baru " Entahlah apa hubungannya dengan pembeberan masalah keuangan yang dikemukakan secara blak-blakan itu. Tapi ketika sidang mengusulkan nama Teuku Jam Mohamad Said dan Buce Kumayas sebagai formatur baru--sekaligus akan menjabat Ketua Umum Percaja--calon pertama langsung menyatakan keberatan. "Tugas saya sebagai pegawai pemerintah tak memungkinkan lagi diri saya untuk menjadi pimpinan Percaja," kata Teuku Jam Mohamad Said memberikan alasan penolakan. Teuku Jam Mohamad Said adalah Humas DPRD DKI Jakarta. Tinggal kini, calon tunggal Buce Kumayas. Tapi bukan berarti ia mendapat dukungan penuh, sekalipun dalam pidato kampanye ia menyatakan kesediaan memikul hutang yang dibebankan pada pengurus baru. Dalam pemungutan suara atas permintaan anggota, ia cuma mendapat 15 suara. Sisanya, 13 suara, 1 tanda tanya, 2 untuk calon yang mengundurkan diri, 1 tak menginginkan adanya Ketua Umum, dan 1 melakukan walk out karena tak setuju dengan cara pemilihan. Melihat perbandingan angka-angka pemilih itu, mungkinkah Percaja akan lebih kompak dan berbobot di bawah pimpinan Buce Kumayas? "Kenapa tidak," kata bekas formatur, Darussalam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus