Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tottenham Hotspurs tiba-tiba loyo tahun ini. Kesebelasan London Utara pada awal musim 2007-2008 ini terpuruk sampai peringkat ke-18. Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, Spurs mampu bertahan di lima besar Liga Primer Inggris. Martin Jol, sang pelatih yang telah menukangi Spurs sejak 2004 ini, akhirnya dipecat pada Oktober 2007.
Juande Ramos pun didatangkan dari Spanyol. Pelatih Sevilla ini diharapkan bisa mendongkrak kinerja Spurs. Para pemilik Spurs menginginkan klubnya bisa nangkring di peringkat keempat, sehingga bisa bertarung di Liga Champions. Melihat posisi Spurs di bibir degradasi, target yang dibebankan ke pundak Ramos tak ubahnya sebuah mission impossible. Walau begitu, pelatih terbaik ketiga dunia pada 2007 ini tak gentar.
Hanya saja, yang dijumpainya di White Hart Lane, markas Spurs, membuatnya geleng-geleng kepala. Ia menyaksikan betapa lambannya gerakan para pemain Spurs, baik ketika berlatih maupun bertanding. Pelatih berusia 53 tahun ini merasa para pemain tersebut terlalu berat membawa tubuh mereka. Jika dijumlahkan, kelebihan berat badan semua pemain Spurs mencapai sekitar 100 kilogram.
Ramos pun langsung mengajak Manuel Alvarez dan Antonio Escribano, pelatih kebugaran dan ahli nutrisi, mitra kerjanya di Sevilla. Duet Alvarez dan Escribano telah berhasil menjaga para pemain klub Spanyol itu tetap slim and shapy. Mereka pun bergerak cepat. ”Pemain sepak bola seperti mobil Formula 1. Anda tidak mungkin mengisinya dengan bensin biasa,” kata Escribano.
Memangnya ”bensin” seperti apa yang selama ini mengisi perut para pemain Tottenham? Ini yang gawat. Kantin klub selama bertahun-tahun menyajikan makanan manis seperti beraneka macam kue, mufin, permen, saus-saus manis. Yang menjadi favorit para pemain adalah keik cokelat berlumur saus cokelat. Alvarez langsung memotret kudapan para pemain itu. ”Saya takut dianggap mengada-ada bila bercerita tentang makanan mereka.”
Seperti Alvarez, Ramos melihat pola makan para pemain Spurs aneh dan keliru. Padahal, Ramos percaya bahwa kunci kesuksesan sebuah tim adalah jadwal latihan dan pola makanan. Mereka berlatih dengan perut masih penuh makanan. Itu karena mereka makan satu atau dua jam sebelum berlatih. ”Gila! Bagaimana mereka bisa berlatih dan bergerak dengan leluasa?”
Inilah saatnya melakukan perubahan drastis. Berkaca pada pengalamannya saat di Sevilla, Ramos membuat jadwal latihan lebih ketat. Para pemain dilarang mengisi perut, meski cuman cemilan, menjelang latihan sore hari. Paling tidak, harus ada jeda cukup lama antara waktu makan dan latihan.
Lalu, dia merevisi total pola makan para pemainnya. Yang manis-manis jelas dikurangi drastis. Pemain lebih banyak diberi sayur dan buah-buahan serta ikan. Cemilan berupa cokelat batangan, seperti Snickers, lenyap dari kantin klub. Begitu juga dengan minuman bersoda. Minuman beralkohol pun dibatasi ketat. Yang bebas ditenggak hanya air putih.
Eh, benar saja. Trio Ramos, Alvarez, dan Escribano berhasil menurunkan bobot keseluruhan pemain, sehingga total kelebihannya kini sudah tinggal 50 kilogram. Perut-perut datar, six-pack, juga mulai kelihatan. Tom Huddlestone, Didier Zokora, Jermaine Anthony Jenas, para pemain tengah Tottenham, terbukti lebih lincah setelah program latihan dan diet ketat. Kiper Paul Robinson pun tampak lebih langsing dan fit. ”Pokoknya, aku tak boleh makan saus manis lagi,” kata Huddlestone.
Prestasi Tottenham pun perlahan kembali bersinar. Pada semifinal Carling Cup, Tottenham menaklukkan Arsenal 5-1. Itu merupakan kemenangan pertama Spurs atas Arsenal sejak 1999. Di final, Spurs menekuk Chelsea 2-1 di Wembley, Februari lalu. Klub asuhan Ramos pun merebut piala pertama sejak 1999. Kini, Spurs juga sudah naik ke peringkat ke-11.
Ramos pun kini bisa meyakinkan para pendukung Spurs yang memprotesnya gara-gara ia menjual Jermain Defoe. Ikon Spurs ini dijual ke Portsmouth pada masa transfer tengah musim (transfer window) Januari lalu. Para suporter menolak keinginan Ramos karena Defoe merupakan salah satu pencetak gol terbanyak Spurs. Sejak bergabung pada Januari 2004, Defoe telah mencetak 43 gol dari 139 penampilan. Namun, Ramos yakin bahwa dengan pemain yang fit ia tak membutuhkan lagi kehadiran Defoe.
Tidak hanya di Tottenham. Persoalan diet ternyata kerap menjadi problem bagi klub Inggris, bahkan untuk tim nasional negeri itu. Agak aneh memang. Di negara yang sepak bola menjadi ”dewa” dan ajang kompetisi ketat para pemainnya, pola makanan di klub-klub Inggris ternyata masih payah. Kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun.
Arsene Wenger ketika pertama kali datang ke Highbury, markas Arsenal, pada 1996, juga terkejut melihat pola makan para pemain yang amat tidak sehat. ”Orang Inggris terlalu banyak makan gula dan sangat sedikit makan sayuran,” kata manajer yang pernah menangani klub di Jepang selama dua tahun.
Pengalamannya di Negeri Sakura telah mengajarkan pada Wenger secara tegas soal urusan makanan atlet. ”Pokoknya, sebelum bertanding, tidak boleh seorang pemain pun makan steak. Begitu juga dengan keripik,” katanya. Gula, daging merah, keripik, makanan kering adalah makanan yang terlarang. Dia menyuruh pemainnya menyantap sayuran, ikan, ayam, dan minum air putih sebanyak-banyaknya.
Air putih memang wajib, sampai masing-masing diberikan ”kartu pipis” untuk mengukur tingkat dari hidrasi para pemainnya. Dari situ kelihatan, berapa banyak sebenarnya air yang ditenggak para pemainnya. Hasilnya nyata. Di bawahnya, Arsenal menikmati masa-masa kejayaan. Kini, tetangga Spurs itu menjadi penghuni puncak klasemen sementara Liga Inggris. Dia pun diakui sebagai salah satu manajer terbaik dunia.
Lain lagi dengan gaya Sir Alex Ferguson. Manajer Manchester United ini lebih fleksibel dalam aturan diet. Bagi pria asal Skotlandia ini, makan dan minum yang banyak bukan masalah asalkan bisa membuang kalori minimal 40 menit sehari. Ferguson yakin, dengan resepnya itu, badan akan terasa fit dan tidak berat saat diajak berlari.
Ya, aturan makan untuk pemain memang merupakan pilihan. Lagi pula, aturan Ramos juga tidak selalu ketat. ”Para pemain tetap boleh makan dan minum di saat-saat khusus,” katanya. Misalnya, waktu mereka merayakan kemenangan merebut Piala Carling. ”Bukan hanya pemain yang berpesta. Saya pun juga minum sepuas-puasnya. Kemenangan ini perlu dirayakan,” katanya.
Pesta-pesta macam inilah yang kini diburu Ramos dan timnya. Bila ingin makan kenyang tanpa aturan ketat, hanya ada satu syarat: di lapangan mereka harus berjaya. Yang konkret, Tottenham harus bisa tampil di Piala Champion tahun depan. Caranya adalah segera masuk ke peringkat empat musim ini.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo