Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Keajaiban dari Sang Profesor

Dengan dana cekak, Arsene Wenger bisa memberikan gelar juara bagi Arsenal.

10 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JOSE Antonio Reyes melegakan pendukungnya. Striker muda asal Spanyol ini menyelamatkan Arsenal dari kekalahan di kandang Ports-mouth, Selasa malam lalu. Dari sebuah umpan tarik Thierry Henry, pemuda yang belum genap berusia 21 tahun tersebut mencetak satu gol. Kedudukan pun berakhir imbang 1-1.

Hasil seri sudah cukup membuat Arsenal memperpanjang rekor tak terkalahkan dalam 36 pertandingan. Bila dua kali partai lagi tak kalah, The Gunners—demikian klub ini dijuluki—akan mencetak sejarah baru: juara yang tak pernah kalah dalam satu musim. Sebelumnya, pada pertandingan ke-34, mereka telah dipastikan menjadi juara Liga Inggris.

Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, 54 tahun, tersenyum optimistis. "Saya yakin para pemain akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan dua sisa pertandingan," ujar pria asal Prancis tersebut. Ia pun memuji Reyes. "Dia masih sangat muda. Kian hari Reyes akan semakin baik dan semakin baik lagi," ujarnya.

Arsenal membeli Reyes dari klub Spanyol, Sevilla, pada awal Februari lalu. Harganya cukup mahal untuk pemain seusianya, 10,5 juta pound (sekitar Rp 141,75 miliar)—angka yang menyamai pembelian Thierry Henry dari Juventus pada 1999. Bedanya, saat membeli Henry, sang pelatih banyak menuai kritik karena dianggap membeli pemain buangan. Namun Wenger, yang dijuluki "si Profesor", tidak lagi menerima omelan pendukungnya saat memboyong Reyes.

Para suporter sekarang percaya sepenuhnya pada Wenger. Sang pelatih dinilai telah berhasil membesarkan Arsenal dengan anggaran yang relatif kecil. Ini berkat kejelian dia membeli pemain. Sebagai contoh, pembelian Thierry Henry. Ketika dibeli dari Juventus sekitar Rp 141 miliar, ia berstatus pemain cadangan dan masih bau kencur. Kini, siapa yang meragukan kehebatan Henry? Bahkan ia sudah ditawar lima kali lipat oleh Roman Abramovich, pemilik klub Chelsea.

"Sang Profesor" juga amat cermat saat memboyong Nicolas Anelka beberapa tahun sebelumnya. Dibeli dengan hampir tanpa uang transfer, setelah menunjukkan ketajamannya sebagai striker, pemain ini bisa dilepas dengan harga sekitar Rp 366 miliar ke Real Madrid pada 1999.

Patrick Vieira pun dibeli dengan harga yang murah, sekitar Rp 54 miliar, pada 1996. Bandingkan dengan Rio Ferdinand, yang dibeli Manchester United dengan harga Rp 297 miliar. Tapi kini harga Vieira bisa mencapai enam kali lipat. Begitu pula bintang-bintang Arsenal lainnya seperti Robert Pires, Edu, Gilberto Silva, atau Sol Campbell. Semuanya dibeli dengan murah, tak ada yang melebihi angka 6 juta pound.

Mulai menangani Arsenal sejak 1995, Wenger memang dikenal hemat. Pada musim kompetisi 2001/2002, misalnya, ia hanya membelanjakan sekitar Rp 93 miliar untuk membeli pemain. Bandingkan dengan MU, yang menghamburkan sekitar Rp 781 miliar saat itu. Dalam dua tahun terakhir pun Arsenal juga masih lebih irit ketimbang MU, musuh bebuyutannya (lihat Perbandingan Belanja Pemain).

Mungkin pembelian Reyes tahun ini merupakan satu-satunya kemewahan bagi Arsenal. Ini karena klub tersebut amat mendambakan gelar juara. Untuk memperkuat timnya, Wenger juga memboyong kiper tua asal Borussia Dortmund, Jens Lehmann, tapi dengan harga yang tak mahal, sekitar Rp 23,4 miliar.

Adalah proyek Stadion Ashburton Grove yang membuat pihak manajemen Arsenal cenderung berhemat. Ini merupakan lapangan tua yang akan direnovasi agar suatu saat Arsenal punya stadion semegah Old Trafford milik MU. Menurut seorang direktur Arsenal, Danny Fiszman, pembangunan stadion itu akan selesai pada 2006.

Ashburton Grove berjarak sekitar 20 menit berjalan kaki dari arah stadion yang sekarang, Highbury. Sebenarnya stadion ini lebih identik sebagai "milik" klub tetangga sekaligus rival seumur hidup Arsenal, Tottenham Hotspur. Inilah yang semula membuat Wenger agak berkeberatan atas pembangunan stadion tersebut.

Hanya, bukan keberatan Wenger yang membuat rencana sempat tertunda. Soal duit yang jadi penyebabnya. Pada November tahun silam, utang Arsenal mencapai 43 juta pound, lantas membengkak menjadi sekitar 60 juta pound (sekitar Rp 930 miliar) saat Januari lalu.

Untuk mengatasinya, akhirnya Arsenal mengedarkan semacam "surat utang" kepada para pendukung fanatik. Angkanya berkisar 3.500 pound sampai 5.000 pound. Imbalannya ada diskon khusus tiket terusan bagi yang punya surat itu. Kelak, dengan besarnya kapasitas penonton pada stadion baru, diharapkan penghasilan Arsenal akan bertambah dan utang itu terbayar.

Musim lalu, pemasukan Arsenal hanya mencapai 99,87 juta pound. Dalam periode yang sama, MU jauh di atas itu, 167,83 juta pound. Salah satu faktornya adalah perbedaan kapasitas stadion. Highbury hanya bisa menampung 38 ribu penonton, sementara Old Trafford 67 ribu. Liverpool mirip Arsenal. Dengan kapasitas Stadion Anfield yang 45 ribu, Liverpool hanya dapat meraih pemasukan 99,74 juta pound. Sama seperti Arsenal, Liverpool pun berniat meluaskan kapasitas stadionnya.

Dalam rencana, pembangunan Ashburton Grove nanti bakal menelan dana tak kurang dari 357 juta pound. Inilah yang tengah dipusingkan pihak manajemen Arsenal. Sejauh ini, klub dari London Utara tersebut telah mendapat pinjaman dari konsorsium bank senilai 15 juta pound. Sisanya, 50 juta pound dari sponsor Nike, 75 juta pound dari Wilson Connolly dan Newlon Housing Trust. Sebanyak 260 juta pound pinjaman lain masih dalam taraf negosiasi dengan para debitor.

Selain mengusahakan berbagai pinjaman, Arsenal punya cara lain untuk mendapatkan dana segar. Salah satunya adalah menjual nama stadion ke perusahaan sponsor. Ini telah dilakukan oleh Bayern Muenchen, Jerman. Stadionnya kini bernama Allianz Arena. Perusahaan asuransi Allianz harus merogoh kocek 18 juta pound untuk kontrak sepuluh tahun. Contoh lain, Federal Express yang memberikan 5 juta pound per musim untuk klub American football Washington Redskin.

Dengan cara yang sama, diperkirakan Arsenal bisa meraup 30 juta-40 juta pound dari perusahaan yang mau memberi embel-embel nama di belakang Ashburton Grove. Hanya, hal ini masih ditentang para suporter. "Mereka (suporter) ingin nama stadion yang nyaman, " kata Manajer Keuangan Arsenal, Keith Edelman.

Alternatif lain? Menjual bintangnya, misalnya Henry, ke Chelsea atau Real Madrid dengan harga 50 juta pound. Tapi kali ini Wakil Presiden Arsenal, David Dein, yang berang. Alih-alih melego bintang, Dein sepertinya bakal meluluskan keinginan belanja banyak pemain untuk musim depan. Tak tanggung-tanggung, untuk mempertahankan gelar juara musim depan, telah dianggarkan dana sekitar 35 juta pound. Bintang lokal yang diincar antara lain Steven Gerrad (Liverpool) dan John Terry (Chelsea). Bahkan Michael Owen konon termasuk yang dibidik. Soal uang bisa dicari.

Dein orang yang menemukan Wenger. Kerja sama mereka terbukti sakti selama ini. Wenger mempersembahkan tiga kali gelar Liga Inggris selama tujuh tahun terakhir. Dein kini punya tawaran menakjubkan untuk Wenger. "Saya sebut Wenger seorang pembuat keajaiban, karena capaiannya memang ajaib. Karena itu, saya menawarinya jabatan pelatih seumur hidup," kata Dein. Bagaimana, "Profesor"?

Andy Marhaendra (dari berbagai sumber)


Perbandingan Belanja Pemain

2002/2003
Manchester United
Pembelian: 37,5 juta pound. (Rp 585 miliar)
Penjualan: 2 juta pound. (Rp 31,2 miliar)
Prestasi: Juara Liga Inggris

Arsenal
Pembelian: 7,1 juta pound.(Rp 110,7 miliar)
Penjualan: 4,5 juta pound.(Rp 70,2 miliar
Prestasi: Runner-up Liga Inggris

2003/2004
Manchester United
Pembelian: 39,5 juta pound. (Rp 616,2 miliar)
Penjualan: 29,7 juta pound. (Rp 463,3 miliar)
Prestasi: Peringkat 3 Liga Inggris (sementara)

Arsenal
Pembelian: 13 juta pound. (Rp 202, 8 miliar)
Penjualan: 100 ribu pound. (Rp 1,5 miliar)
Prestasi: Juara Liga Inggris

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus