Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kesempurnaan The Maroon

Qatar melaju ke final tanpa pernah kebobolan.

31 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ABU DHABI - Hujan sepatu, sandal, dan beragam benda terjadi di Stadion Mohammed bin Zayed, di ibu kota Uni Emirat Arab, kemarin. Benda-benda itu berserak di lapangan lantaran sengaja dilemparkan suporter tim tuan rumah yang tampil dalam laga semifinal Piala Asia 2019 melawan Qatar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itulah bentuk kekesalan pendukung tim nasional Uni Emirat Arab setelah dikalahkan Qatar dengan skor 0-4. Parahnya, setiap kali Qatar bikin gol, hujan aneka benda, seperti botol minuman dan wadah makanan, terjadi dari tribun ke lapangan. Bahkan gelandang Qatar, Salem Al-Hajri, sempat terbaring setelah kepalanya kena timpuk botol minuman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seketika, aksi "barbar"suporter Uni Emirat Arab viral di dunia maya. Hasilnya, cibiran dan cacian untuk fan The Falcons-julukan tim nasional UEA-ramai di berbagai media sosial. Sedangkan bagi tim nasional Qatar, serangan tersebut tak mengurangi kebahagiaan mereka lolos ke final Piala Asia 2019.

Bagi skuad The Maroon-julukan timnas Qatar-hasil ini sungguh manis lantaran inilah pertama kalinya mereka lolos ke partai puncak. Hebatnya lagi, kesuksesan Qatar menorehkan tinta sejarah di Piala Asia sebagai satu-satunya tim yang mampu sampai ke final tanpa sekali pun kebobolan alias clean sheet.

"Tidak kebobolan dalam enam laga adalah capaian luar biasa. Hal ini jadi salah satu kunci sukses kami sampai di final. Kami akan bermain lebih bagus lagi di final," kata pelatih tim Qatar, Felix Sanchez Bas.

Pelatih berusia 43 tahun itu pun merasa puas dengan perjuangan anak didikannya sampai di final. Sanchez sadar timnya sama sekali tak diperhitungkan dalam turnamen kali ini.

Faktanya memang tak ada pemain bintang yang bernaung di skuad Qatar. Namun kekompakan dan kerja keras jadi senjata rahasia mereka mampu menumbangkan tim kuat Arab Saudi di penyisihan grup dan Korea Selatan di babak delapan besar.

"Prestasi kami ini bisa jadi bukti ke tim mana pun, bahwa lewat kerja keras dan organisasi tim yang bagus, hasil bagus pun bisa diraih," kata mantan pelatih tim junior Barcelona itu.

Sanchez pun teringat dengan tantangan yang ia hadapi sejak menangani tim nasional junior hingga senior Qatar. Tantangan terbesarnya adalah kesulitan mencari pemain berkualitas karena jumlah penduduk negara tersebut teramat sedikit.

Pada 2017, populasi penduduk Qatar tercatat sebanyak 2,6 juta jiwa. Namun hanya 313 ribu warga asli Qatar. Sisanya 2,3 juta merupakan ekspatriat dan berkewarganegaraan ganda.

"Sangat sulit menemukan bakat sepak bola di negara ini. Tapi beruntung masih ada bakat menonjol yang kami temukan. Pemain kami bukan yang terbaik di dunia, tapi kami punya keunggulan, seperti cepat, gampang beradaptasi, dan efektif," kata Sanchez.

Kini Qatar bersiap menantang Jepang di partai final di Stadion Syekh Zayed, besok. Bukan main-main, Jepang adalah tim tersukses di Piala Asia dengan koleksi empat trofi juara.

Gengsi tinggi tim Samurai Biru tentu tak akan menciutkan nyali Qatar. Mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas membawa pulang trofi paling bergengsi se-Asia itu.

Lagi pula, Qatar memang layak berduel dengan Jepang di final. Selain punya modal clean sheet, pasukan Sanchez jadi tim paling tajam di Piala Asia tahun ini.

Mereka tercatat sudah mengemas 16 gol dari fase penyisihan grup sampai semifinal. Sedangkan Jepang tercatat bikin 11 gol.

Setengah gol Qatar, atau delapan gol, dibikin oleh penyerang Almoez Ali. Almoez pun kini memimpin daftar pencetak gol terbanyak sementara di kompetisi ini.

Lebih ciamik lagi, ada satu lagi pemain Qatar yang berdiri di daftar pemain penyumbang assist terbanyak, yakni Akram Afif, dengan delapan umpan. Walhasil, kombinasi Almoez dan Akram menjadi yang paling menakutkan di Piala Asia 2019.

Nama pemain berusia 22 tahun itu pun menyamai catatan manis legenda sepak bola Iran, Ali Daei, yang menjadi top scorer di Piala Asia 1996. Delapan gol Ali menjadi yang terbanyak dalam satu gelaran Piala Asia.

Kini Almoez berpeluang mematahkan rekor Ali karena dia masih punya peluang bikin gol lagi dalam laga final melawan Jepang.

Sayangnya, prestasi harum Almoez ternoda oleh tuduhan miring dari Scott McIntyre, jurnalis asal Australia. Sejumlah media luar negeri menampilkan penyelidikan yang dilakukan McIntyre tentang dugaan kecurangan Almoez dan bek Bassam Al-Rawi.

Dia menduga kedua pemain itu tak memenuhi syarat untuk membela Qatar di Piala Asia 2019.

Dia menuduh Almoez dan Bassam tak punya hubungan darah dengan keturunan Qatar.

Almoez memang lahir di Sudan, sedangkan Bassam lahir di Irak. Menurut data federasi sepak bola Qatar, Almoez dan Bassam berhak atas kewarganegaraan lantaran ibu keduanya lahir di Qatar.

McIntyre meragukan hal itu. Dia mencari sejumlah bukti yang menyimpulkan bahwa ibu Almoez adalah kelahiran Sudan, sedangkan ibu Bassam lahir di Kota Rawa, Irak.

Jika ini benar, Almoez dan Bassam melanggar peraturan asosiasi federasi sepak bola dunia atau FIFA tentang kewajiban tinggal selama lima tahun di Qatar terhitung sejak berusia 18 tahun. Sebab, saat ini Almoez berusia 22 tahun dan Bassam baru berusia 21 tahun.

Entah benar atau tidak, tetap layak menantikan duel puncak Piala Asia 2019 antara Jepang dan Qatar. Sebab, siapa pun juaranya akan mencetak rekor baru, yakni juara kelima kali untuk Jepang atau gelar juara perdana untuk kuda hitam, Qatar.

FOX SPORTS ASIA | REUTERS | GOAL | INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus