Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Bagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, musim kompetisi 2018 merupakan tahun yang penuh prestasi. Pasangan ganda putra terbaik dunia ini merengkuh sembilan gelar juara pada tahun lalu. Penampilan konsisten di setiap turnamen yang mereka ikuti membuat lawan tak berkutik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari sembilan gelar juara, delapan di antaranya datang dari berbagai kejuaraan bulu tangkis di bawah naungan Badminton World Federation (BWF). Satu gelar lainnya merupakan sumbangan medali emas bagi kontingen Indonesia dalam pentas Asian Games 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan sederet prestasi tersebut, BWF memberi keduanya penghargaan sebagai Pemain Ganda Putra Terbaik 2018. Untuk tahun ini, Kevin/Marcus masih menjadi andalan Indonesia untuk membawa pulang berbagai gelar dari kejuaraan resmi BWF. Lantas, gelar juara apa yang menjadi obsesi pasangan berjulukan The Minion ini pada 2019?
"Tahun depan, tentu mau gelar juara dunia dan juara lagi di World Tour Finals," kata Marcus. Sedangkan untuk jumlah gelar juara, "Kalau tidak bisa lebih, setidaknya menyamai hasil tahun ini (2018)," kata Marcus, seperti dikutip dari website resmi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Marcus/Kevin gagal mempertahankan gelar juara dalam BWF World Tour Finals 2018. Ganda putra nomor satu Indonesia ini mundur pada fase grup karena Marcus mengalami cedera leher. Keputusan mundur tersebut diambil Marcus/Kevin sebelum menjalani laga penyisihan grup terakhir dengan melawan duet Cina, Han Chengkai/Zhou Haodong.
Kesuksesan pada tahun lalu juga diraih tunggal putra Jonatan Christie. Walau tak secemerlang penampilan Kevin/Marcus, Jonatan mampu membuat publik pencinta bulu tangkis di Tanah Air terpesona, terutama saat ia tampil dalam arena Asian Games 2018.
Jonatan secara mengejutkan berhasil merebut medali emas setelah mengalahkan pemain Taiwan, Chou Tien Chen. Tak hanya itu, pemain yang akrab disapa Jojo ini berhasil merebut perhatian publik dengan selebrasi buka bajunya di hadapan para penonton di Istora Senayan, Jakarta.
Kesuksesan para pemain Indonesia meraih gelar juara di pelbagai turnamen internasional tak lepas dari strategi Pengurus Pusat PBSI dalam melakukan pembinaan, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
Tahun lalu, PBSI mengumpulkan para atlet nasional di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Cipayung, Jakarta. Mayoritas atlet yang bergabung masih terdiri atas para pemain utama pada tahun sebelumnya. Total penghuni pelatnas mencapai 104 atlet.
PBSI membagi mereka ke dalam dua kelas, yakni pemain utama dan pratama dengan tiga jenis status. Status pertama adalah sudah mendapatkan surat keputusan, di mana seluruh biaya latihan dan pertandingan selama setahun ditanggung PBSI. Lalu status pemantauan enam bulan. Biaya latihan dan pertandingan atlet dengan status ini dibiayai pengurus, serta dievaluasi selama satu semester.
Ketiga ialah status magang, yang seluruh biaya latihannya dibiayai PBSI. Adapun pemberangkatan ke pertandingan ditanggung klub. Klub-klub bulu tangkis dari Pulau Jawa, seperti PB Djarum, PB Jaya Raya, dan PB Exist, tercatat mendominasi pengiriman atlet.
Hasilnya, tim beregu putra menjadi juara dalam turnamen Badminton Asia Team Championships di Kedah, Malaysia. Jonatan dan kawan-kawan membawa pulang medali emas setelah mengalahkan tim Cina di final dengan skor 3-1. Poin Indonesia diberikan Jonatan dan dua dari ganda putra, yakni Mohammad Ahsan/Angga Pratama serta Hendra Setiawan/Rian Agung Saputro.
Sementara itu, tim beregu putri harus puas membawa pulang medali perunggu. Tampil di semifinal melawan Jepang, Indonesia menyerah 3-0. Kendati gagal melaju ke partai puncak, Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan tetap berhak mendapatkan medali perunggu. ADITYA BUDIMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo