Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BELUM berakhir karir sepakbola bagi Ronny Pasla, 31 tahun. Kini
ia diizinkan lagi main. Dan ternyata PSSI memerlukannya. Empat
bulan lalu ia dijatuhi hukuman selama 5 tahun oleh pimpinan
PSSI, karena terlibat dalam kasus suap di Merdeka Games, Kuala
Lumpur, pertengahan 1978.
Untuk sementara, ia belum mengenakan kembali kostum kiper PSSI.
Tapi PSSI memberinya tugas melatih diperbantukan pada pelatih
nasional, Endang Witarsa -- khusus untuk menangani penjaga
gawang dalam pelatnas PSSI.
Empat bulan silam, Ronny menyangka karirnya di lapangan hijau
telah berakhir. Ia tidak diperkenankan memperkuat klub,
perserikatan, maupun kesebelasan nasional, selama menjalani masa
hukuman 5 tahun tersebut. "Rasanya waktu itu pahit sekali,"
cerita Ronny.
Dalam rapat pengurus harian PSSI, 26 Januari, dicapai kata
sepakat untuk merubah hukuman Ronny terdahulu. Masa skorsingnya
diturunkan dari 5 tahun menjadi 2 tahun dengan masa percobaan 1
tahun, berikut klausul yang memperbolehkannya untuk bermain bola
lagi di lingkungan PSSI. Hati nurani pimpinan PSSI rupanya
terganggu dengan hukuman berat yang dijatuhkannya semula.
"Perubahan hukuman itu sama sekali tak ada hubungan dengan soal
kiper untuk tim nasional ataupun kegiatan Galatama," kata
Sekretaris Umum PSSI, Hans Pandelaki. Ia membantah dugaan begitu
di luar.
"Keinginan saya untuk main lagi masih besar," pengakuan Ronny
kepada Said Muchsin dari TEMPO. "Hanya saja kondisi fisik saya
sekarang memang belum memungkinkan buat aktif." Tubuhnya memang
tampak agak gemuk dibandingkan 4 bulan lampau. Tapi dengan
pengalaman 10 tahun sebagai penjaga gawang PSSI, ia masih
dianggap terbaik di antara 4 kiper terpilih di pelatnas --
Endang Tirtana (Persija), Sudarno (Persija), Suwarto
(Persiraja). dan Taufik Lubis (PSMS). "Tenaganya masih bisa
dimanfaatkan untuk beberapa tahun lagi," ucap Pandelaki.
Pada mulanya di klub Dinamo, Medan, Ronny Pasla menjadi
terkenal. Setahun di sana, ia digaet oleh klub Bintang Utara,
sekaligus terpilih untuk memperkuat barisan PSMS. Musim
berikutnya, ia dicadangkan menjadi kiper nasional, yang waktu
itu adalah Judo Hadiyanto.
Tahun 1970, ia hijrah ke Jakarta memilih klub Maesa. Kemudian ia
rmasuk klub Indonesia Muda, dan menjadi karyawan Pertamina.
Seperti Jongbloed
Heboh kasus suap lalu tidak mempengaruhi keadaannya di kantor.
Tapi, "keluarga terpukul sekali," ujar Ronny, ayah dari 3 orang
anak. "Saya betulbetul menyesal atas keteledoran dnlu itu."
Jabatan pelatih, diterimanya dengan senang hati. Namun ia
berharap bisa memperkuat klub non-amatir Indonesia Muda, yang
memasuki Galatama. "Usia tak begitu mempengaruhi bagi seorang
kiper. Jongbloed, misalnya, masih main pada usia 37 tahun," ujar
Ronnv. ongbloed adalah kiper utama tim Piala Dunia Belanda
untuk tahun kompetisi final 1974 dan 1978. Tapi, "semua itu
tergantung pada pengurus IM."
Pimpinan PSSI dalam rapat 26 Januari itu juga meringankan
hukuman bagi Timo Kapisa, Robby Binur, Suaeb Rial, Iswadi
Idris, dan Oyong Lia. Semua ini juga terlibat kasus suap dalam
porsi yang berbeda. Untuk 3 nama pertama, keringanannya adalah
separoh dari masa hukuman dulu. Masa skorsing mereka sekarang
adalah 1 tahun dengan masa percobaan 6 bulan. Sementara Iswadi
dan Oyong dinyatakan bebas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo