Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MINSK - Hampir setengah dari tempat duduk di stadion itu diisi penonton. Laga yang menarik, memang. Sabtu lalu, dua klub asal ibu kota itu, yakni FC Minsk dan Dinamo Minsk, bertarung dalam laga pekan kedua Liga Primer Belarus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim tuan rumah akhirnya unggul 3-2 dalam pertandingan yang digelar di stadion berkapasitas 6.000 tempat duduk itu. Pendukung kedua tim larut dalam keseruan laga itu. Sampai-sampai mereka yang duduk di belakang gawang pun membuka baju.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jelas ini pemandangan yang aneh di tengah-tengah planet ini yang sedang dicengkeram pandemi virus corona alias Covid-19. Di saat berbagai belahan dunia sepi, di sana masih terdengar ingar-bingar di stadion.
Bersama Nikaragua, Belarus-negara pecahan Uni Soviet-bagi masih menggelar liga sepak bola. Bahkan, untuk musim tahun ini, pertandingan dimulai sejak dua pekan lalu.
Pandemi Covid-19 bukanlah halangan bagi mereka. Ketua Federasi Sepak Bola Belarus, Vladimir Bazanov, seperti dikutip situs web resmi federasi, menyatakan jumlah mereka yang terinfeksi virus corona-sebanyak 51 kasus tanpa korban tewas-bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk menghentikan kompetisi.
"Untuk alasan apa sehingga kami tidak memulai liga? Apakah negara kami berada dalam keadaan darurat? Tidak ada situasi kritis di sini. Jadi, kami memutuskan untuk memulai liga tepat pada waktunya, hari ini," kata Bazanov, dua pekan lalu.
Sesuai dengan janji, liga pun berputar. Menariknya, seluruh liga digelar di stadion terbuka atau ditonton langsung oleh para pendukung masing-masing klub.
"Beberapa laga di liga-liga di Eropa digelar tanpa penonton. Tapi, pada saat yang sama, para penonton berkumpul di sekitar stadion. Rasanya tidak masuk akal untuk menutup pintu masuk," katanya. Bazanov menyatakan akan menonton laga-laga di liga Belarus.
Nekat, tentu saja. Tapi untuk apa mereka tetap menggelar liga di sana? Apakah negara ini benar-benar hebat dalam soal sepak bola? Tidak juga.
Di antara anggota UEFA, saat ini Belarus berada di peringkat ke-32 dari 56 negara. Posisinya diapit oleh Liechtenstein dan Israel.
Adapun di tingkat dunia, berdasarkan peringkat FIFA terakhir, mereka berada di posisi ke-87. Posisinya ada di bawah Haiti (Amerika Utara) dan Zambia (Afrika).
Catatan prestasi terbagus mereka terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 2002. Saat itu mereka berada di posisi ketiga untuk kualifikasi zona Eropa. Tapi mereka gagal untuk tampil di babak play-off.
Presiden Aleksandr Lukashenko adalah sebab utamanya. Pria yang berkuasa sejak 1994 itu menyebut bahwa wabah Covid-19 hanyalah psikosis-ketakutan yang disebabkan oleh adanya gangguan hubungan dengan realitas.
"Saat ini dunia mulai gila. Adalah tindakan bodoh menutup batas negara. Kepanikan lebih berbahaya ketimbang virus itu sendiri," katanya.
Selain itu, untuk mengusir kepanikan, dia menganjurkan setiap orang untuk mengkonsumsi vodka 40-50 gram setiap hari dan pergi ke banya (sauna gaya Rusia) dua atau tiga kali sepekan. "Setelah itu, tetap beraktivitas seperti biasa. Kerja keras akan menyembuhkan apa pun," katanya.
Menurut media di Inggris, kehidupan di negeri itu masih seperti biasa. Mal-mal buka dan transportasi massal juga tak dibatasi. Di lapangan pun seperti itu. Biasa saja.
"Tak ada kepanikan di dalam tim. Tapi tentu kami mendengar dan melihat apa yang terjadi di luar sana," kata pemain klub Isloch, Sandro Tsveiba. "Di lapangan tak banyak berubah. Tapi kami tak lagi bersalaman."
Saat ini belum ada tanggapan dari UEFA tentang kondisi sepak bola di negeri itu. Tapi, yang jelas, para pelaku sepak bola di negeri itu gembira.
Sebabnya, pertandingan disiarkan langsung lewat Internet dan disaksikan di beberapa negara. Termasuk di antaranya Ukraina dan Rusia, yang secara resmi membeli hak siar laga itu. Mereka tahu Liga Primer di Belarus menjadi hiburan ketika liga-liga lainnya semaput.
Para pemain pun senang karena hal itu berarti pemasukan bagi mereka. "Tapi kesehatan kami dan keluarga di atas segalanya," kata Tsveiba. ESPN | REUTERS | THE24.IE | IRFAN BUDIMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo