Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DOHA - Atlet lompat jauh putri, Maria Natalia Londa, melakukan lompatan terakhir sejauh 6,36 meter dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Ini bukan lompatan terbaik atlet andalan Indonesia itu, namun dia bersyukur lompatannya masih stabil sampai saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan lompatan itu, Maria tak bisa menembus ke babak final pada kejuaraan tersebut. Namun ia mengatakan telah memetik banyak pengalaman dari penampilan keduanya di Kejuaraan Dunia Atletik setelah selang 12 tahun ketika dia tampil pertama kali di Kejuaraan Dunia 2007 di Osaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hasilnya ranking ke-26 dengan lompatan 6,36 m bukanlah lompatan terbaik saya. Namun pengalaman dan juga kestabilan lompatan yang masih saya capai di usia ini," demikian ia menulis di laman Instagram pribadinya, @marianatalialonda7997, Minggu lalu.
"Saya ingin mengatakan bahwa usia tidaklah menjadi penghalang seorang atlet untuk berprestasi, karena selama kita mempunyai tekad, kerja keras, dan kemauan yang kuat, itu adalah hal utama dalam meraih prestasi," demikian tulisan atlet kelahiran Denpasar itu, yang kini telah memasuki usia 29 tahun.
Catatan terbaik Maria tahun ini dalam lompat jauh adalah 6,68 meter, yang diraihnya dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Bogor, awal Agustus lalu. Ia belum terkalahkan dalam persaingan di tingkat nasional. Atlet-atlet muda belum bisa mengejar rekornya, yang rata-rata belum bisa menembus 6 meter.
Selanjutnya, Maria akan tampil di SEA Games 2019. Selain berlatih, ia masih dalam proses pemulihan dari cedera. Di SEA Games Filipina yang digelar pada November-Desember mendatang, ia berharap dapat memecahkan rekor pribadinya yang diraih dalam SEA Games 2015 di Singapura, tempat dia membukukan lompatan sejauh 6,70 meter.
Adapun dalam Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Maria, yang mencatatkan lompatan sejauh 6,36 meter, akhirnya menempati posisi ke-13 dari 15 peserta di babak kualifikasi Grup B. Dari total 31 peserta lompat jauh putri yang tergabung dalam Grup A dan Grup B, Maria berada di urutan ke-26.
Dalam Grup B babak kualifikasi, Maria langsung bersaing dengan atlet unggulan pertama asal Jerman, Malaika Mihambo, yang kemudian meraih emas. Dalam kualifikasi, Mihambo melakukan lompatan terjauh pada angka 6,98 meter. Ia disusul pelompat jauh asal Ukraina, Maryna Bekh-Romanchuk, di posisi kedua dengan lompatan 6,74 meter, sedangkan di urutan ketiga ada pelompat jauh asal Inggris, Abigail Irozuru, dengan 6,70 meter.
Atlet Jerman berusia 23 tahun itu akhirnya meraih emas dalam nomor ini dengan lompatan sejauh 7,30 meter di babak final pada Ahad malam lalu. Lompatan terakhirnya ini cukup mengejutkan, karena dia tak pernah mencapai jangkauan itu sebelumnya.
"Dalam latihan, saya tidak ingat pernah berhasil melompat seperti itu," kata Mihambo. "Hari ini saya menunjukkan bahwa saya mampu melakukan lompatan besar. Saya terbang di atas bulan."
Hasil itu membuat Mihambo menjadi satu-satunya pelompat yang mencapai lompatan lebih dari 7 meter. Ia melakukannya pada lompatan ketiga atau terakhir, setelah di pembukaan lompatannya hanya sejauh 6,52 meter dan lompatan kedua gagal.
"Itu luar biasa, saya hampir tidak bisa menyadari ini," kata Mihambo, yang menambahkan 14 sentimeter dalam lompatan terbaik sebelumnya. "Itu adalah kompetisi yang sulit, tapi saya sangat senang saya bisa melewatinya."
Mihambo akhirnya menjadi atlet putri dengan lompatan terjauh dari atlet mana pun dalam 15 tahun terakhir. Hanya Jackie Joyner-Kersee yang mampu melakukan lompatan lebih dari 7 meter sebelumnya. Joyner-Kersee melakukannya dua kali, di Kejuaraan Dunia 1987 dengan 7,36 meter dan empat tahun kemudian di Tokyo dengan lompatan 7,32 meter.
Sementara itu, dalam lomba di Doha pada Ahad lalu, Maryna Bekh-Romanchuk dari Ukraina merebut perak dengan lompatan 6,92 meter. Ia menyisihkan atlet Nigeria, Ese Brume, dengan hanya terpaut 1 sentimeter. Brume akhirnya harus puas dengan perunggu.
ANTARA | IAAF | DAILYMAIL | NUR HARYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo