Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI sayap kiri, Nusyirwan membawa bola yang kemudian
diumpankannya ke depan gawang Thailand. Penyerang tengah
kesebelasan pelajar Indonesia, Budi Tanoto menendang, dan "gerr"
menggema dari 30.000 penonton di Stadion Utama Senayan. Sayang
bola melejit ke samping atas kiper Kitti Suwanmad.
Peluang Indonesia yang gagal di menit pertama final Turnamen
Sepakbola Pelajar Asia X itu (29 Juni) membuat juara bertahan
dari Kerajaan Siam itu bangkit. Limabelas menit kemudian
bobollah gawang Indonesia yang dijaga Tan Tio Ping, disusul gol
kedua 6 menit kemudian. Pertandingan 2 x 40 menit Senin malam
itu akhirnya dimenangkan Thailand dengan 4 gol tanpa balas.
"Thailand unggul segala-galanya. Ya teknik, ya stamina, ya
semangat juangnya, ya pertahanannya, ya penyerangnya," komentar
pelatih Omo Suratma (46 tahun. Penampilan anak-anak Indonesia
yang telah diasuhnya selama 2 tahun itu tampaknya memang telah
mencapai puncaknya pada pertandingan sehari sebelumnya di semi
final -- melawan Malaysia.
"Pemerintah tidak mengizinkan pelajar-pelajar itu masuk
training centre lebih dari 2 minggu," kata Nordin bin A. Wahab,
manajer tim Malaysia. Toh kesebelasannya cukup ulet
mengakibatkan tim pelajar dari sekolah Ragunan dan Salatiga itu
berjuang mati-matian, khususnya Otang Aling, untuk bisa menang
3-2-.
Kesebelasan Thailand sendiri, menurut coach Wiwit Thisopha (34
tahun), baru mulai dibina sebagai tim 6 bulan sebelum ke
Jakarta. "Pemain-pemain tahun lalu sudah masuk ke tim nasional.
Saya terpaksa mencari bibit baru," kata bekas pemain nasional
Thailand itu. Bibit baru itu dicari mereka lewar berbagai
kompetisi sepakbola pelajar di Thailand.
Kesebelasan Thailand ini semula dibentuk dari 500 pelajar yang
dicalonkan berbagai provinsi. Lewat tes fisik di laboratorium
Departemen Pendidikan Jasmani, dipilih 200 pelajar. Setelah
digembleng 3 bulan, diseleksi lagi 50 pemain yang menonjol.
Akhirnya sebulan sebelum ke Jakarta terbentuk tim yang terdiri
dari 20 pemain terbaik.
"Umumnya mereka murid sekolah pendidikan jasmani," kata Manajer
Prida Rodphothong, pejabat tinggi Departemen Pendidikan Jasmani
Thailand. Kesebelasan ini sempat diuji melawan tim nasional A
Thailand (cuma kalah 0-1). Bahkan kesebelasan Angkatan
Bersenjata Thailand yang pernah dikirim ke Turnamen Marah Halim
(Medan, April 1981) ditahan seri 0-0 oleh pelajar-pelajar ini.
Kesebelasan Indonesia dibentuk dari hasil tim pencari bakat PSSI
pada Kejuaraan Pelajar Nasional (POPSI 1979. Anggotanya juga
telah menempuh macam-macam tes, antara lain fisik dan psikotes.
Indonesia baru 2 kali mengikuti kejuaraan semacam ini. Hasilnya
sebagai finalis sudah cukup memuaskan bagi project officer M.F.
Siregar MSc, Direktur Keolahragaan Ditjen PLSPO. "Target kita
hanya lolos ke semi final," katanya. Pertama kali ikut tahun
lalu di Bangkok, Indonesia gugur di babak penyisihan.
Ada pendapat bahwa Indonesia tahun ini lolos ke semi final
karena kebetulan ditempatkan pada pool yang relatif lemah
bersama India dan Brunai, sedang Jepang batal datang. Sedangkan
di pool kedua ditempatkan Thailand dan Korea (dua finalis 1980),
bersama Malaysia dan Singapura.
Manajer Malaysia menilai turnamen ini bermutu baik meskipun
hanya 7 negara (tahun lalu 9 negara) pesertanya. "Indonesia
cukup maju. Hanya India yang buruk," kata Nordin bin A. Wahab.
Seorang pemain India mengaku ia dan rekan-rekannya baru
dipelatnaskan 5 hari sebelum berangkat, bahkan ada pemain yang
dua hari terlambat ke pelatnas.
Thailand, yang tahun ini jadi juara ke-6 kalinya, akan
menyelenggarakan kejuaraan berikut (April 1982), di sekitar
hari-hari HUT ke-200 kota Bangkok. Tuan rumah itu berniat
mengundang 16 negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo