Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Maria Londa Bangkit di Lompat Jangkit

Risiko tinggi cedera membuat regenerasi atlet sulit dilakukan.

9 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOGOR - Maria Natalia Londa masih terlalu digdaya bagi lawan-lawannya, baik di nomor lompat jauh maupun lompat jangkit, dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2019, di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maria meraih medali emas di nomor lompat jangkit senior dengan lompatan sejauh 13,27 meter dalam lomba hari terakhir kejurnas pada Rabu lalu. Dominasi Maria di nomor ini masih terpaut jauh dari lawan-lawannya. Ika Puspa Dewi dari Jawa Barat menempati posisi kedua dengan lompatan 12,10 meter dan Ni Luh Mitayuni asal Bali meraih posisi ketiga dengan 12,07 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam kejurnas ini, Maria kembali turun di nomor lompat jangkit sejak terakhir kali tampil dalam SEA Games 2017, di mana dia meraih medali perak. "Hasil yang lumayan untuk perdana di lompat jangkit. Saat pertama tampil, berpikir di awalan saja sih, karena lompat jangkit itu berbeda dengan lompat jauh," kata dia.

Lompat jangkit sebenarnya bukan nomor andalan Maria Londa. Atlet asal Bali ini memiliki spesialisasi di lompat jauh. "Keputusan ngambil lompat jangkit dari saya sendiri karena latihan saya di lompat jangkit menunjang saya di lompat jauh."

Maria menceritakan dirinya memiliki pengalaman buruk saat mengikuti lompat jangkit. Cedera yang ia dapat rata-rata saat turun di nomor lompat jangkit. Ia masih terus dibayang-bayangi cedera ketika turun di nomor tersebut. Meski begitu, capaiannya dalam kejurnas ini menjadi bekal untuk mengejar limit SEA Games 2019 di Manila, Filipina, untuk nomor lompat jangkit.

Rekor nasional yang bertahan hingga saat ini masih dipegang Maria dengan lompatan sejauh 14,17 meter saat dia meraih medali emas SEA Games 2013 di Myanmar. Lompatan itu juga sempat memecahkan rekor Asia Tenggara. Hanya, ia harus membayar mahal karena langsung dibekap cedera. "Karena saya lompat jauh dulu, sehari berikutnya ikut lompat jangkit, jadi langsung cedera," kata dia.

Namun Maria mencoba kembali terjun serta melawan ketakutan akan cedera agar bisa mengikuti SEA Games 2019. Kini ia makin percaya diri. Setelah bertanding, dia tidak mengalami cedera dan tidak ada keluhan apa pun karena kekuatan kakinya semakin seimbang.

"Keinginan pribadi ingin turun lagi di lompat jangkit. Semakin berani, sih," kata dia. "Kalau sebelumnya, untuk latihan aja takut, apalagi untuk tanding."

Risiko cedera tinggi, menurut Maria, membuat Indonesia sangat kesulitan menciptakan bibit muda atau meregenerasi atlet di nomor lompat jangkit. "Atlet untuk lompat jangkit di Indonesia kurang sekali. Yang ikut kejuaraan paling banyak, seperti di Kejurnas Atletik ini, cuma lima peserta," ujar Maria.

Menurut dia, atlet lompat jangkit seharusnya berfokus pada satu nomor saja dan tidak disatukan dengan nomor lain, seperti lompat jauh. Sebab, teknik yang digunakan untuk lompat jangkit sangat berbeda. Ia sendiri, yang mengikuti lomba di dua nomor tersebut, mengaku kesulitan untuk bisa tampil optimal ketika mengikuti lompat jangkit.

"Kebanyakan cedera di ligamen lutut, punggung kaki, dan engkel. Mungkin remaja agak sulit, sih, karena harus seimbang dan harus kuat kakinya. Jadi, anak-anak yang lompat jauh tidak berani di lompat jangkit," kata Maria.

Dalam Kejurnas Atletik ini, Maria juga belum terkalahkan di nomor lompat jauh. Ia mencatatkan lompatan sejauh 6,68 meter. Posisi kedua diraih atlet asal Nusa Tenggara Barat, Rohani, dengan lompatan 5,82 meter, diikuti Nica Beta Ayu dari Daerah Istimewa Yogyakarta dengan lompatan 5,54 meter.

Masalah cedera rupanya juga berisiko besar terhadap atlet yang tampil di nomor lari halang rintang. Pelari asal Jawa Timur, Atjong Tio Purwanto, finis di urutan keempat lantaran terjatuh dua kali dalam perlombaan itu.

Atjong sempat memimpin jalannya lomba di tujuh putaran menjelang akhir saat mengikuti final lari nomor halang rintang 3.000 meter senior putra. Nahas, dia terjatuh dua kali sebelum mencapai garis finis. Atjong jatuh pada rintangan gawang di 200 meter akhir, kemudian di rintangan kolam air di 100 meter. Ia akhirnya menyentuh finis dengan catatan waktu 9 menit 36,52 detik.

"Saya saja enggak sadar kalau bisa masuk finis. Sadarnya setelah mendapat pertolongan medis," ucap atlet asal Malang, Jawa Timur, itu.

Dari kejadian itu, ia mengalami cedera pada kelingking, juga memar di pipi dan bahu kanannya. "Alhamdulillah lebih baik. Tapi sekarang lukanya bengkak semua," ucap prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat itu. Atjong masih memegang rekor nasional halang rintang yang dia cetak saat bertanding dalam Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Dia mencatatkan waktu 8 menit 54,32 detik. IRYSAN HASYIM | ANTARA | NUR HARYANTO


Maria Londa Bangkit di Lompat Jangkit

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus