Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEMUNGKINAN adanya wasit bertindak berat sebelah dalam memimpin
suatu pertandingan, bukan cerita baru. Tapi ketika Ketua Harian
KONI Sulawesi Selatan, H.M. Daeng Patompo mengungkapkan kembali
pengalaman daerah-daerah yang dirugikan oleh wasit di masa lalu,
keluhannya itu sempat menghebohkan Panitia PON IX dan KONI
Pusat. "Pada umumnya mereka itu merasa kalah bukan karena
permainan, melainkan lantaran wasit yang berat sebelah", cerita
Patompo kepada Ketua SIWO/PWI Pusat, Sondang Meliala di Ujung
Pandang, pertengahan April lalu. "Karena itu saya minta supaya
SIWO menyampaikannya kepada Pengurus Besar PON untuk
memperhatikannya. Agar masalah yang sensitif ini tidak terulang
lagi dalam penyelenggaraan PON IX nanti".
Meski Patompo tidak menjelaskan nama daerah dan pada cabang
olahraga apa kecurangan yang dikeluhkannya itu terjadi, tapi
pernyataannya tersebut tak urung dapat reaksi dari Ketua
Pengurus Besar PON IX, Ali Sadikin. Karena sejak PON VIII 1973
lalu, Pengurus Besar PON tidak lagi mengurusi soal perwasitan.
Wewenang tersebut telah dilimpahkan kepada KONI Pusat. Sekalipun
demikian, menurut Ali Sadikin, kecurigaan terhadap KONI Pusat
pun tidak beralasan. Ia mengatakan, bukankah wasitwasit untuk
PON IX nanti diusulkan oleh induk organisasi olahraga yang
bersangkutan?
Melata
Patompo, selaku pimpinan KONI Sulawesi Selatan, agaknya bukan
tak memahami perbaikan organisasi pertandingan sejak PON VIII
lalu. Adakah perbaikan itu sekaligus merupakan jaminan bahwa
wasit akan berlaku jujur? "Semua itu tergantung pada mentalitas
wasit yang bersangkutan", kata Wal Sekjen KONI Pusat, drs.
Harsuki MA kepada TEMPO, pekan lampau.
Itulah masalahnya, kini. KONI Pusat jauh-jauh hari telah
mengambil langkah pengamanan, dengan menatar wasit dari berbagai
cabang olahraga. Juga pada waktu PON IX nanti, mereka akan
ditempatkan di suatu perkampungan khusus yang terpisah dari
kontingen daerah masing-masing. "Pemisahan tersebut dimaksudkan
adalah untuk memurnikan tugas dan kewajiban seorang wasit yang
akan memimpin pertandingan", tambah Harsuki, sembari
menceritakan bahwa mentalitas seorang wasit yang diusulkan oleh
induk organisasi olahraga juga diteliti.
Melihat langkah pengumuman terhadap perwasitan yang diambil KONI
Pusat sudah demikian rapi. Ali Sadikin pun sampai pada
kesimpulan. "Orang yang mencurigai perwasitan dalam PON yang
akan datang, tak lain adalah untuk menghindari kemarahan
masyarakat dan pemerintah daerahnya saja", ujar Ali Sadikin.
"Lantaran mereka tidak berhasil dalam prestasi, maka dicarilah
kambing hitam yang kira-kira mungkin menopang alasan kegagalan
mereka".
Adakah kritik yang dilontarkan Patompo itu untuk pencarian
kambing hitam dari kegagalan di lapangan? Tapi mungkin Patompo
hanya ingin menyampaikan pesan, bahwa sesungguhnya wasit itu
bukan tak mungkin berbuat salah. Ia mungkin cuma kasih kritik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo