Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menggarak Khomeini Di Medan

Tim Iran yang mengikuti turnamen marah halim di medan berusaha mengkampanyekan khomeini, waktu berdefile pada pembukaan turnamen di stadion teladan medan mereka membentangkan pamlet bergambar khomeini

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH di sini tidak ada muslim?" Seorang pemain sepakbola dan melontarkan pertanyaan bernada soal SARA (Suku, Agama, Ras dan Aliran) itu di Hotel Danau Toba, Medan. Ketika itu pihak berwajib melarang para pemain Iran menempeli dinding hotel dengan gambar-gambar pemimpin revolusi Ayatullah Khomeini. Usaha mengampanyekan Khomeini, dan mungkin juga revolusi Iran, tampaknya sudah dipersiapkan dengan rapi sebelum mereka bertolak dari Teheran. Buktinya, begitu mendarat di bandar udara Polonia (29 April), mereka langsung mengumandangkan lagu Kbomeini al Imam, serta mengacungkan tanda V (simbol kemenangan) dengan jari. Waktu itu orang tak peduli. Masyarakat baru terkesima sewaktu tim Iran ini berdefile pada pembukaan turnamen Piala Marah Halim ke-9 di Stadion Teladan keesokan petangnya. Di depan 40.000 pengunjung yang memadati stadion mereka membentangkan pamflet bergambar Khomeini. Dan mereka berusaha membagi-bagikannya kepada massa. Ada apa? "Kami tidak bermaksud jelek," kata pelatih Iran Mahmoud Sutiie kepada wartawan TEMPO, Zakaria M. Passe. "Gambar Imam Khomeini kami bawa dengan tujuan untuk membangkitkan semangat kami dan memperkenalkannya di sini." Sebagian pamflet itu disita oleh petugas keamanan, dan kini berada di kantor polisi Medan. Larangan alat negara, maupun penyitaan pamflet itu, ternyata tidak membuat rombongan tim Iran jera. Sewaktu mengunjungi daerah pertokoan di Kampung Keling, dekat kantor Kodak II Sumatera Utara, mereka kembali menggemakan Kbomeini al Imam. Sekali-sekali mereka meneriakkan "Allahu Akbar, Allahu Akbar." Banyak orang khawatir kalau terjadi insiden dan buru-buru menyingkir. Sehari setelah di Kampung Keling, sasaran kampanye mereka beralih ke Masjid Agung yang terletak di samping kantor Gubernur. Para jamaah tampak tersentak melihat mereka datang dengan teriakan Allahu Akbar sambil mengacung-acungkan gambar Khomeini. Ketika itu muazin sedang melafazkan azan kedua. Di dalam masjid mereka duduk memencar dan bersalaman dengan para jamaah lain. Kontingen Iran, terdiri dari 18 pemain dan 3 ofisial, bersikap terlalu demonstratif hingga mereka terpaksa diawasi ketat. Lima petugas berpakaian preman membayangi mereka ke mana saja. Bahkan ke WC pun mereka dibuntuti. Selain itu mereka juga dikenakan ketentuan khusus. "Kami dilarang bicara dengan wartawan," kata seorang pemain Iran. Sejauh ini baru ketua Panitia Pelaksana Piala Marah Halim, Kamaruddin Panggabean, yang berurusan dengan Laksusda. Ia dimintai keterangan mengenai perilaku tim yang diundangnya. Penggabean mengaku ia terbengong-bengong melihat kelihaian- kontingen Iran memanfaatkan situasi di Stadion Teladan. "Kami kebobolan," kata Zainuddin Jakfar, komisaris Yayasan Piala Marah Halim. "Padahal, sebelumnya, tas-tas mereka sudah diteliti." Kasus 4 hari (29 April s/d 2 Mei) kampanye Khomeini di Medan telah dilaporkan Panggabean kepada Kedutaan-besar Iran di Jakarta. Dalam kawatnya ia minta agar anak-anak Iran itu 'dipringatkan' supaya tidak bertingkah yang aneh-aneh. Tim Iran ini semula diundang panitia untuk menyemarakkan mutu Piala Marah Halim. Mengingat Iran adalah salah satu dari 16 finalis Piala Dunia 1978 di Argentina. Ternyata yang datang itu cuma tim 'B'. Dalam pertandingan pertama melawan Birma pekan lalu Iran kalah 2-0. "Habis mereka sibuk berpolitik bukan bermain bola," kata Panggabean. Turnamen Piala Marah Halim, kali ini, diikuti oleh 11 kesebelasan - 4 dari dalam negeri dan 7 dari luar. Tapi di mata penonton mereka ternyata mendapat tempat tersendiri. Maklun, ini adalah kali pertama tim Iran hadir. Kendati kalah, ada juga penonton yang melemparkan telur rebus kepada mereka. Dan mereka memakannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus