SOEKENDRO yang diorbitkan oleh , Persatuan Sepakbola Mahasiswa
ke kursi Ketua Umum Persija dalam rapat tahunan anggota,
Nopember 1975 silam tampak tak putus dirundung cobaan. Begitu ia
mulai memangku jabatan, kepemimpinannya segera diuji oleh
berbagai tantangan. Diawali dengan terhentinya putaran roda
kompetisi pada kwartal pertama kepengurusannya yang diakibatkan
oleh faktor alam -- hujan lebat turun sepanjang akhir tahun,
hingga menyebabkan lapangan utama stadion Menteng rusak berat
dan tak dapat dipergunakan untuk pertandingan. Ujian berikutnya
tiba dengan pengunduran diri beberapa anggota pengurus teras:
Dick Latumahina, Ketua: Sukarman Dipo Pemimpin Kompetisi II dan
Sahala Siregar, Ketua Panitia Lapangan.
Dirongrong
Mengatur jalannya organisasi dengan tenaga pembantu yang
terbatas, agak merepotkan Soekendro, memang. Apalagi kondisi
persepakbolaan di Jakarta tengah menghadapi berbagai tantangan
kemajuan. Lahirnya bond Persija TimurUtara, Persija
Selatan-Barat, Persatuan Sepakbola Antar Perusahaan Jakarta
(Persapja), munculnya gagasan sepakbola profesional, semua itu
tak kurang meminta jawaban yang cepat dan tepat dari pengurus.
Tapi apa lacur, di saat Soekendro bersama pengurus lain sedang
mencari jawaban terhadap tantangan yang tumbuh, kepemimpinannya
segera dirongrong oleh sebagian klub yang memang sudah
menunjukkan sikap antipati dari awal pengorbitannya. Dan puncak
dari pertentangan sikap itu meledak ketika Soekendro atas nama
Persija menyatakan tuntutan Kongres Luar Biasa terhadap PSSI.
Sikap pro dan kontra terhadap kebijaksaulaan yang diambil
Soekendro dengan cepat melahirkan pendemisioneran
kepemimpinannya -- sekalipun masa kepengurusannya baru berjalan
1 tahun kurang 8 hari dari jangka 2 tahun yang ditetapkan.
"Mengingat pekerjaan dan tugas kami (dalam rapat Soekendro
menyebutkan bahwa ia kini diserahi tugas memimpin 38 perusahaan)
yang banyak meminta tenaga dan waktu, sehingga untuk memimpin
Persija tidak terdapat tempo terluang sebanyak yang diperlukan.
Maka dengan segala kerendahan hati dan rasa tulus ikhlas kami
mengundurkan diri dari jabatan ketua Umum Persija", tutur
Soekendro di depan rapat anggota, Senin 1 Nopember lampau.
Pernyataan pengunduran diri Soekendro -- sekalipun itu memang
dikehendaki oleh sebagian klub -- tak urung mendapat kecaman
pedaS. Dalam pandangan umum rapat tahunan Persija, Minggu 14
Nopember lalu, Ketua PS Mahasiswa, Baron Harahap tak urung
menyebut Soekendro sebagai Ketua Umum Persija kurang
berdedikasi. Lantas kini siapakah calon pengganti yang dinilai
cukup berdedikasi? PS Mahasiswa cukup mafhum dengan tuntutan
itu. Mereka segera memajukan nama yang cukup tenar dan nampaknya
pun disegani:Wakil Gubernur DKI Jakarta, Urip Widodo. Seperti
juga dengan Soekendro, calon pengganti tak kurang diorbitkan
lewat PS Mahasiswa. Melalui SK tertanggal 13 Nopember 1976 --
sehari sebelum pemilihan -- yang ditanda tangani oleh Baron
Harahap, Wagub Urip Widodo diangkat sebagai Pelindung klub PS
Mahasiswa.
Dan sidang memang seolah menanti kehadiran Urip Widodo dalam
tubuh Persija. Dari 9 calon untuk formaturschaap 3 orang, Urip
Widodo segera menempati urutan teratas dalam pemilihan. Ia
meraih 63 suara dukungan dari 225 jumlah suara yang masuk. Di
bawahnya menyusul SK Wibowo (Setia) dan Jilis Taher SH
(Hercules) masing-masing dengan 37 suara dan 34 suara. Adakah
trio formatur ini akan berhasil menampilkan suatu kepengurusan
yang kompak dan didukung penuh oleh klub? Itulah masalahnya
kini. Sebab di luar calon formatur yang 3 orang itu, tak kurang
ada nama-nama tenar dalam sepakbola yang tersisih dalam potensi
dukungan yang cukup lumayan. Mereka adalah Erwin Baharuddin
(Jakarta Putera) 24 suara, Soeparjo Pontjowinoto (Angkasa) 20
suara, Acub Zaenal (Perkesa) 20 suara, dan Bob Hippy (Maluku) 12
suara. Memasukkan nama mereka ke dalam kepengurusan bukannya tak
punya risiko pula. Hubungan harmonis dengan PSSI seperti yang
disarankan Baron Harahap mungkin akan "terganggu". Mengingat
mereka adalah tokoh-tokoh yang kurang berkiblat kepada
kepengurusan PSSI di bawah Bardosono sekarang.
Tidak memasukkan mereka, kesulitannya bukan tak muncul pula.
Dukungan penuh dari klub sukar untuk didapatkan. Sebab mereka
adalah tokoh dari klub berprestasi. Mungkinkah Urip Widodo
menurut kedua formatur lain telah disepakati untuk jadi Ketua
Umum Persija -- mampu mengatasi friksi yang bakal timbul dari
dilema yang dihadapi? "Saya percaya Pak Urip akan berhasil
mengatasi semua itu", komentar Soekendro. Sejalan dengan fikiran
Soekendro sebuah sumber lain yang tak mau disebut nama
mengatakan kepada TEM PO bahwa nama-nama seperti Soeparjo, Acub
Zaenal, dan dr. Suhantoro (Jayakarta) hampir dapat dipastikan
akan duduk dalam kepengurusan di bawah Urip Widodo. Susunan ini
sudah barang tentu mendapat tentangan keras dari pihak dua
formatur lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini