Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANAK-anak panah dari busur delapan pemanah di grup pertama melesat cepat menuju sasaran sejauh sekitar 150 meter di Lapangan Komite Olahraga Nasional Indonesia Jawa Timur, Surabaya, Rabu pekan lalu. Sejurus kemudian, kelompok kedua yang juga terdiri atas delapan pemanah bersiap menembakkan anak panah mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat rekan-rekannya di grup kedua membidik, para pemanah kelompok pertama mundur, lalu mengamati hasil tembakan busurnya melalui teropong. Sebagian tampak puas, lainnya terlihat kecewa karena hasil bidikan tak sesuai dengan harapan. Siklus membidik dan menembakkan anak panah pun berulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinar matahari yang menyengat di arena latihan tak membuat semangat para atlet mengendur. "Kami berlatih keras pagi dan sore tiap hari," kata salah seorang pelatih pemusatan pelatihan nasional panahan, Syafrudin Mawi.
Sejak awal Juli lalu, tim panahan untuk Asian Games 2018 itu menjalani persiapan akhir mereka di Surabaya. Arena panahan yang biasa mereka pakai untuk berlatih di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, ditutup. Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (Inasgoc) tengah menyiapkan dan memasang fasilitas tambahan di arena panahan Senayan yang akan menjadi lokasi pertandingan di Asian Games XVIII.
Tim Indonesia rupanya tak ambil pusing meski harus pergi dari arena panahan Senayan yang memiliki fasilitas baru tersebut. Menurut Syafrudin, arena latihan di Surabaya tak kalah bagus. Para atlet juga mendapat dukungan penuh dari Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). "Peralatan dan fasilitas di sini cukup menunjang," ujar Syafrudin.
Tim panahan Indonesia menurunkan 16 atlet di Asian Games, yang kembali digelar di Indonesia setelah perhelatan perdana 56 tahun lalu. "Kami ditargetkan menyumbangkan medali emas," kata Syafrudin.
Prestasi para atlet panahan Indonesia di tingkat dunia tergolong seret meski cabang olahraga ini sudah lama dikenal di Tanah Air. Pertandingan panahan bahkan sudah digelar dalam Pekan Olahraga Nasional perdana pada 1948. Saat itu panahan belum memiliki induk organisasi. Kejuaraan nasional panahan pertama baru digelar pada 1959, enam tahun setelah Perpani terbentuk. Pada tahun itu juga Indonesia bergabung dengan Federasi Panahan Internasional.
Atlet panahan Indonesia merebut perhatian publik dunia pada Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan. Saat itu, tim panahan yang terdiri atas Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani merebut medali perak setelah mengalahkan wakil Amerika Serikat. Inilah cabang olahraga pertama yang mampu menyumbangkan medali untuk Indonesia di Olimpiade.
Selama mengikuti Asian Games, tim panahan Indonesia baru mengumpulkan dua medali perak dan satu perunggu. Terakhir kalinya tim panahan Indonesia membawa pulang medali di ajang ini adalah pada Asian Games 1994 di Jepang.
Lilies Handayani yakin para atlet panahan bisa mewujudkan target meraih minimal satu medali emas di Asian Games. Menurut dia, kemampuan para pemanah sudah lebih baik. Lawan terberat masih para atlet Korea Selatan. "Tinggal percaya dirinya ditingkatkan saat bertanding," ujarnya, akhir Juli lalu.
Duet atlet Riau Ega Agata-Diananda Choirunisa menjadi tumpuan di nomor recurve beregu campuran. Ini adalah nomor yang baru dipertandingkan di Asian Games. Saat ini, tim recurve beregu campuran Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia. Hasil statistik individual juga menunjukkan peluang kemenangan Ega dan Diananda di atas 50 persen.
Ega bahkan pernah mengalahkan pemanah nomor satu dunia asal Korea Selatan, Kim Woo-jin, di Olimpiade 2016. Woo-jin saat itu adalah pemegang rekor dunia di kategori 70 meter dengan 700 poin. Ega, menempati peringkat ke-33, tidak masuk daftar pemanah favorit juara di Olimpiade. Toh, dia justru berhasil menyingkirkan Woo-jin di babak 16 besar.
Tahun lalu, dalam SEA Games di Malaysia, Ega-Diananda meraih medali emas di nomor recurve beregu campuran. Diananda bahkan menambah medali emas di nomor recurve perorangan putri. Dua medali emas lainnya diraih oleh Prima Wisnu dan Sri Ranti di nomor compound perorangan. Hasil ini melampaui target awal tim panahan yang hanya dibebani merebut dua medali emas.
Persiapan tim panahan untuk Asian Games sempat terganjal akibat dana latihan dari pemerintah tersendat. Awalnya mereka mengajukan kebutuhan dana Rp 8,3 miliar untuk 16 atlet, 4 pelatih, manajer, dan 7 anggota tim pendukung. Sebelum dana cair, seluruh biaya dan honor tim ditanggung oleh Pengurus Besar Perpani. Bahkan ada juga atlet yang memakai uang sakunya untuk membeli busur dan anak panah demi kelancaran berlatih.
Hal itu tak mengurangi semangat para atlet untuk berlatih. Mereka bahkan tetap turun dalam ajang uji coba Asian Games, Januari lalu. Dalam turnamen pemanasan itu, tim panahan Indonesia mendapatkan satu medali emas, tiga medali perak, dan dua perunggu.
Masalah busur dan anak panah lawas juga sempat menjadi ganjalan para atlet. Dengan peralatan jadul, urusan menembak sasaran menjadi lebih sulit. Kondisi ini pernah dialami oleh sejumlah atlet panahan kategori compound saat mengikuti Kejuaraan Asia di Thailand, awal Maret lalu. Dalam kompetisi itu, tim Indonesia meraih satu medali perak dan empat medali perunggu.
Menurut pelatih kepala pelatnas panahan Denny Trisyanto, kemampuan para atlet berkembang dengan dukungan fasilitas memadai serta menjalani latihan intensif dan turnamen internasional. Sepanjang tahun ini, para atlet panahan telah menjalani ajang uji coba dan sejumlah turnamen internasional.
Duet Ega-Diananda menyumbangkan satu medali perunggu dalam kejuaraan dunia di Shanghai, Cina, pada April lalu. Dalam turnamen itu, Korea Selatan menjadi juara umum dengan membawa pulang tiga medali emas dan dua keping perak. Sedangkan tuan rumah Cina hanya mampu mendapatkan satu medali perunggu.
Tim Indonesia pulang dengan tangan kosong dari kejuaraan dunia di Turki pada Juni lalu. Meski demikian, Denny optimistis tim panahan bisa mewujudkan tugas meraih setidaknya satu medali emas. Menurut dia, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang adalah negara yang harus diwaspadai. Ketiganya bahkan mencapai babak final dalam kejuaraan dunia di Turki. Di level Asian Games, Korea Selatan yang terbaik karena mengoleksi 38 medali emas.
Menurut Denny, tim panahan memperbanyak simulasi pertandingan dalam latihan mereka agar lebih siap. "Lawannya bagus, tapi desain untuk meraih medali dan progres itu berbeda," kata Denny.
Gabriel Wahyu Titiyoga, Kukuh S. Wibowo (Surabaya)
Kiprah Di Asian Games
Sejak berpartisipasi dalam Asian Games perdana pada 1951, Indonesia menjadi satu dari tujuh negara yang selalu hadir dalam turnamen itu. Enam negara lain adalah India, Jepang, Filipina, Sri Lanka, Singapura, dan Thailand. Keaktifan Indonesia itu tak berbanding lurus dengan perkembangan prestasi. Panahan termasuk cabang olahraga yang "kering" medali.
Bangkok 1978
Perunggu
Recurve beregu putra (Adang Adjidji, Siddak Jubadjati, Donald Pandiangan)
New Delhi 1982
Perak
Recurve beregu putra (Tatang Ferry Budiman, Donald Pandiangan, Suradi Rukimin)
Hiroshima 1994
Perak
Recurve beregu putri (Dahliana, Rusena Gelanteh, Purnama Pandiangan)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo