Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kualitas olah bola yang menawan membuat Ronaldinho mudah digemari siapa saja, termasuk fan klub lawan.
Bersama Barcelona, karier individu Ronaldinho melesat.
Namun pesta, minuman keras, dan sikap indisipliner menjadi ganjalan karier Ronaldinho.
Senyum hangat adalah bahasa universal dari kebaikan. Kalimat yang dirangkai oleh William Arthur Ward, penulis Amerika Serikat, 1921-1994, tersebut sangat pas ditempelkan pada Ronaldo de Assis Moreira alias Ronaldinho.
Legenda sepak bola asal Brasil itu memang identik dengan senyuman—sesuatu yang amat langka di tengah kerasnya aksi saling jegal di gelanggang sepak bola. Kebetulan si tukang senyum tersebut sedang mampir di Indonesia sejak Jumat pekan lalu.
Klub sepak bola Rans Nusantara menjadi inisiator kunjungan Ronaldinho. Sederet agenda padat menanti mantan bintang Barcelona dan AC Milan tersebut, dari memberikan kelas singkat bagi pemain sepak bola anak sampai mengikuti turnamen kecil-kecilan bertajuk Trofeo Ronaldinho.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai bintang utama, Ronaldinho ingin menunjukkan penampilan terbaiknya meski ia sudah pensiun dari dunia sepak bola profesional sejak Januari 2018. "Saya siap bermain dan menghibur masyarakat Indonesia," kata Ronaldinho setiba di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ronaldinho (tengah) di Jakarta, 24 Juni 2022. Tempo/Febri Angga Palguna
Namun harapan peraih Ballon d'Or pada 2005 itu meleset. Berseragam Rans Nusantara, Ronaldinho seperti tenggelam dalam laga tempo tinggi pertandingan melawan Persik Kediri. Pria berusia 42 tahun itu hanya bermain selama 30 menit. Dia menepi di laga kedua melawan Arema FC.
Beragam kekecewaan ditumpahkan fan sepak bola domestik di media sosial. Sebab, pertandingan yang digadang-gadang sebagai sepak bola hiburan malah jadi serius. Lebih kecewa lagi, Ronaldinho tak banyak memegang bola. Lima sampai enam kali saja pria kelahiran Porto Alegre, Brasil, itu memainkan si kulit bundar. Sisanya, dia cuma lari-lari di lapangan.
Dasar tukang senyum, Ronaldinho masih bisa cengengesan meski tidak mendapat banyak operan bola dari rekan setimnya. Senyuman yang mendominasi lapangan hijau Eropa pada pertengahan 2000-an itu menjadi obat kecewa para penonton di tribun dan di layar kaca.
Tepat sepekan sebelum tampil di Stadion Kanjuruhan, Malang, Ronaldinho bermain dalam laga ekshibisi di Stadion DRV PNK, kandang Inter Miami, Amerika Serikat. Pertandingan tersebut menghadirkan kombinasi pensiunan bintang dan pemain aktif.
Ronaldinho pada babak kedua saat pertandingan eksibisi The Beautiful Game di Stadion DRV PNK, Miami, Florida, Amerika Serikat, 18 Juni 2022. Reuters/Sam Navarro-USA TODAY Sports
Tim pertama dipimpin oleh Ronaldinho dengan anggota kiper legendaris Kolombia, Rene Higuita; penyerang Belanda, Patrick Kluivert; dan idola Meksiko, Rafael Marquez. Adapun deretan pemain mudanya diisi oleh Paul Pogba, Paulo Dybala, dan Vinicius Junior.
Sementara itu, tim lawan dipimpin oleh mantan bek Real Madrid dan Brasil, Roberto Carlos, dengan deretan legenda, seperti Cafu, Rivaldo, serta Carlos Valderrama. Adapun barisan pemain aktif diisi oleh bek Bayern Muenchen, Alphonso Davies; dan ujung tombak Kolombia, Radamel Falcao.
Laga berjalan atraktif sejak wasit meniup peluit. Jual-beli serangan berlangsung sengit. Babak pertama berakhir dengan skor 8-5 untuk tim Roberto Carlos. Hingga babak kedua usai, skor berubah menjadi 12-10 masih untuk kubu Roberto Carlos. Total ada 22 gol yang tersaji dalam laga hiburan tersebut.
Dalam laga itu , Ronaldinho bikin satu gol. Senyum lebar tersemat sepanjang pertandingan. Gaucho—julukan bagi Ronaldinho yang berarti koboi—menunjukkan aksi khasnya, menari saat membawa bola. Gocekan kaki ke kanan dan kiri sebelum melepas tendangan ibarat pelet mujarab untuk pencinta si kulit bundar. Tarian ini mengingatkan tentang gol indah Ronaldinho dalam laga babak 16 besar Liga Champions melawan Chelsea di Stamford Bridge, 8 Maret 2005.
Saat itu Ronaldinho masih memperkuat tim raksasa Spanyol, Barcelona. Pemain jebolan akademi Gremio tersebut menunjukkan aksi joget sebelum membobol gawang Petr Cech. Tiga bek Si Biru—John Terry, Ricardo Carvalho, dan Paulo Ferreira—seperti tersihir serta jadi patung melihat Ronaldinho beraksi menghunjamkan bola ke gawang Cech dari luar kotak penalti.
Senyum lebar dipamerkan Ronaldinho setelah mencetak gol indah. Pendukung Chelsea pun memuji aksi tersebut. Sejumlah media Spanyol menyebutkan senyuman Ronaldinho memang membuai penonton, tapi bisa mengintimidasi sekaligus mematikan lawan.
Bersama Barcelona, pesona Ronaldinho mengangkasa. Kualitas individu dan racikan tim yang mumpuni membuat penonton sangat menikmati permainan Barca. Bola seakan-akan lengket dengan kaki Ronaldinho, sementara rambut keriwilnya mengayun-ayun seiring dengan irama langkahnya. Ia juga mampu mengoper bola dengan cara di luar nalar. Selama membela klub Catalan itu, Ronaldinho meraih tiga penghargaan pemain terbaik bergengsi, yaitu dua kali sebagai pemain terbaik versi FIFA dan satu gelar Ballon d'Or.
Dihormati kawan dan lawan, Ronaldinho memiliki masalah indisipliner. Selama di Barcelona, ia kerap berpesta di klub malam. Mantan pemain Barca, Alexander Hleb, bercerita bahwa Ronaldinho pernah datang di sesi latihan pagi Blaugrana dalam keadaan sedikit mabuk.
Menurut Hleb, sikap semau gue itu menjadi alasan manajemen Barcelona menendang Ronaldinho pada akhir musim 2007/2008 meski saat itu Ronaldinho memasuki usia 28 tahun yang dianggap sebagai masa keemasan pesepak bola. Apalagi, saat itu, Barcelona berfokus menggembleng pemain-pemain mudanya, termasuk Lionel Messi. "Klub khawatir Ronaldinho memberikan pengaruh buruk kepada Lionel Messi cs," kata Hleb.
embed
Kelar bermain di Barca, Ronaldinho merapat ke tim raksasa Italia, AC Milan. Selama dua musim di Stadion San Siro, Ronaldinho mengemas 26 gol dan 29 assist. Selesai di Milan, sejatinya Ronaldinho berpeluang membuka petualangannya di Liga Primer Inggris. Usianya yang saat itu menginjak 30 tahun dinilai masih bisa bersaing dalam kompetisi domestik paling ketat se-Eropa tersebut. Namun Ronaldinho memilih pulang kampung dan membela Flamengo serta Atletico Mineiro. Alasannya, ia ingin sering berpesta dengan kawan-kawannya di Brasil.
Setelah secara resmi pensiun dari lapangan pada 2018, kehidupan Ronaldinho semakin liar. Dia pernah diterpa isu akan menikahi dua kekasihnya, Beatriz Souza dan Priscilla Coelho. Dikatakan upacara pertunangan akan berlangsung di rumah mewahnya seharga 5 juta pound sterling (Rp 91 miliar) di Rio de Janeiro.
Kabar ini menjadi kontroversi lantaran poligami adalah hal ilegal di Brasil dan pelakunya dapat dikenai hukuman penjara 6 tahun. Dengan santai, Ronaldinho membantah. "Itu kebohongan terbesar," kata dia saat itu. Uniknya, ibu Ronaldinho, Maria Aldenice dos Santos, malah bercerita bahwa anaknya punya kamar tidur khusus untuk Priscilla dan Beatriz. Bahkan Ronaldinho disebut memberikan jatah uang yang adil untuk keduanya.
Masih pada 2018, Ronaldinho juga dikabarkan terpuruk karena krisis keuangan. Jaksa menggerebek rumahnya untuk mengamankan aset, termasuk koleksi mobilnya dan lukisan-lukisan mahal. Sebulan sebelum penggerebekan, petugas menyita paspor Ronaldinho dan diketahui bahwa ia hanya memiliki 5 pound sterling atau sekitar Rp 91 ribu di rekeningnya serta tidak mampu melunasi utang sebesar 1,75 juta pound sterling atau sekitar Rp 32 miliar. Walhasil, dua mobil mewah sampai lukisan mewah Ronaldinho diambil untuk menutup utang.
Ronaldinho malah pernah masuk bui selama 5 bulan. Dia terjerat perkara pemalsuan paspor saat berkunjung ke Paraguay pada 2020. Para narapidana senang bukan main Ronaldinho bergabung dengan mereka di kurungan besi dan tembok. Di waktu luang pun, Ronaldinho bermain sepak bola dengan narapidana lain di dalam penjara. Blas Vera, kepala penjara, menyebutkan Ronaldinho menunjukkan kelakuan baik selama dalam penahanan. "Seperti di televisi, Ronaldinho selalu tersenyum di sini," katanya.
MARCA | GOAL | INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo