Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Honda akan mengakhiri dukungannya dalam balap Formula 1 pada akhir musim depan.
Red Bull tetap berkomitmen dalam balapan F1 sampai 2025 setelah menandatangani Perjanjian Concorde.
Bos Honda, Hachigo Takahiro, menjanjikan mesin baru pada musim 2021 agar Verstappen bisa bersaing memperebutkan gelar juara dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LONDON – Hubungan Red Bull Racing dan Honda sebagai pemasok power unit atau mesin sebenarnya sedang mesra. Kerja sama mereka pada musim ini membuat Red Bull menjadi pesaing yang paling tangguh melawan tim kuat Mercedes selama balapan Formula 1 2020. Namun pengumuman Honda untuk mengakhiri peran sertanya dalam balapan F1 setelah 2021 benar-benar membuat kejutan setelah balapan Grand Prix Rusia dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya telah terbetik rumor bahwa, pada menit-menit terakhir sebelum pengumuman pada Jumat lalu, Honda sedang mencoba negosiasi untuk memasukkan pembalap F2 Jepang, Yuki Tsunoda, ke tim Alpha Tauri milik Red Bull untuk musim 2021. Meski tak ada konfirmasi atas desas-desus itu, selentingan pernyataan bahwa Tsunoda akan bergabung dengan Red Bull telah beredar di kalangan pembalap selama beberapa pekan terakhir. Artinya, jika ada asap, biasanya ada api yang membara di bawahnya.
Namun dalam pengumumannya, Honda beralasan akan mulai berfokus pada riset dan pengembangan mesin yang ramah lingkungan di masa depan. Dana ratusan miliar rupiah yang digelontorkan produsen mobil Jepang itu setiap tahun untuk mesin F1 akan dialihkan ke pengembangan mobil listrik.
Keputusan Honda yang sudah bulat itu tentunya menjadi tantangan bagi Red Bull. Apalagi Honda memasok dua tim Red Bull sekaligus--Red Bull Racing dan Alpha Tauri (sebelumnya bernama Toro Rosso). Honda juga menjadi pemasok mesin yang unggul di era V6 turbo hybrid yang dimulai pada 2014 dan bersaing dengan Mercedes.
“Meskipun kami kecewa tidak melanjutkan kemitraan kami dengan Honda, kami sangat bangga atas kesuksesan selama ini dengan lima kemenangan dan 15 podium untuk kedua tim milik Red Bull,” kata bos tim Red Bull, Christian Horner.
Ia mengatakan Red Bull tetap berkomitmen dalam balapan F1 sampai 2025 setelah menandatangani Perjanjian Concorde. Selanjutnya, menurut Horner, tim akan mengevaluasi dan berusaha menemukan solusi unit daya paling kompetitif untuk periode 2022 dan seterusnya. “Kami pernah mengalami hal ini saat berpisah dengan Renault pada 2018. Kami yakin akan menemukan solusinya,” kata Horner.
Kepergian Honda hanya akan menyisakan Mercedes, Ferrari, dan Renault sebagai pemasok mesin Formula 1. Kondisi ini akan menyulitkan Red Bull mengganti mesin, meski mendapat jaminan dari kesepakatan perubahan aturan 2017: Federasi Otomotif Internasional (FIA) dapat memaksa pabrikan mesin dengan pelanggan paling sedikit di grid--saat ini Renault--untuk memasok setidaknya tiga tim. Dengan peralihan McLaren ke mesin Mercedes pada tahun depan, Renault hanya akan memproduksi mesin untuk timnya sendiri pada 2022.
Hanya, Red Bull dan Renault yang berpisah dua tahun lalu berakhir dengan emosional. Padahal keduanya bekerja sama selama lebih dari satu dekade hingga akhir 2018. Horner kemudian memilih Honda dan Renault pada saat yang sama membajak Daniel Ricciardo untuk musim 2019.
Dalam momen yang sangat indah di film dokumenter Drive to Survive, tak lama setelah semua kontrak diumumkan, Horner dan Cyril Abiteboul, bos tim Renault, tertangkap kamera sedang saling menyindir. “Kamu membutuhkan pengemudi dan mesin,” kata Abiteboul dengan penuh kemenangan. "Ya. Apakah Anda punya uang untuk dibelanjakan untuk mesin Anda sekarang setelah Anda membelanjakan semuanya untuk pengemudi Anda?” Horner membalas. “Kami punya banyak uang,” kata Abiteboul.
Dari komunikasi itu, sulit untuk melihat apakah salah satu pria yang berseteru itu akan senang memperbarui hubungan mereka di kemudian hari. Namun Red Bull sepertinya tidak dalam posisi banyak pilihan saat ini. Sebab, Horner hampir tidak mungkin melirik ke Ferrari yang terkena klarifikasi aturan dan penyelidikan rahasia FIA soal mesinnya. Hal tersebut terbukti ketika tenaga mesin tim Scuderia itu turun drastis di seluruh balapan musim ini.
Adapun Mercedes kemungkinan besar akan menolak tawaran kerja sama lantaran bakal mempertimbangkan pembalap Red Bull, Max Verstappen, sebagai ancaman terbesar bagi ambisi mereka untuk mempertahankan dominasi pada era baru. Saat ini, Mercedes juga sudah memasok dua tim lainnya--Williams dan Racing Point—yang tahun depan berganti nama menjadi Aston Martin.
Pilihan yang masih terbuka bagi Red Bull dan bisa dicoba adalah menggandeng perusahaan baru yang berminat sebagai pemasok mesin F1. Sinyal itu sudah ada ketika bos Volkswagen, Herbert Diess-- yang juga memiliki Audi, Bentley, Bugatti, Lamborghini, Porsche, Seat, dan Skoda—telah mengisyaratkan ketertarikannya bergabung ke F1. “Kompetisi di F1 jauh lebih menarik daripada Formula E," kata Diess.
Terlepas dari sejumlah peluang Red Bull pada 2022, Honda akan mengakhiri hubungan dengan Red Bull secara manis. Bos Honda, Hachigo Takahiro, menjanjikan mesin baru pada musim 2021 agar Verstappen bisa bersaing memperebutkan gelar juara dunia.
“Kami masih memiliki musim tahun depan dan kami akan meluncurkan mesin baru, sehingga tujuan kami dengan Red Bull pada musim 2021 itu adalah gelar juara," kata Takahiro.
Bagi Verstappen--yang terikat kontrak dengan Red Bull hingga 2023--kepergian Honda tentunya juga menjadi pukulan telak. Pembalap berusia 23 tahun itu mulai diperhitungkan sebagai pesaing kuat pembalap Mercedes: Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas. Ia juga sedang menanti perubahan peraturan F1 sebagai kesempatan untuk meningkatkan tantangannya meraih gelar juara dunia pertamanya pada 2022.
PLANETF1 | THE-RACE | SPEEDWEEK | NUR HARYANTO
23
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo