Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SINGAPURA yang berpenduduk 2,4 juta ternyata tidak hanya pasar
barang-barang konsumsi. Negara itu juga menghasilkan Fandi
Ahmad, seorang pemain bola yang pintar, sehingga klub Ayax
Amsterdam dari Belanda terpikat untuk mengontraknya.
Jangankan ditawari kontrak, dicoba untuk berrnain dalam klub
terkenal dari Eropah itu, sudah merupakan sebuah mimpi buat
seorang pemain. Termasuk Fandi. Selama 3 minggu, sejak
pertengahan Juli yang lalu, anak Melayu dari Singapura itu sudah
menjalani percobaan dengan menurunkannya dalam beberapa
pertandingan Ayax melawan klub-klub profesional dan amatir di
Belanda. Termasuk juga dalam pertandingan persahabatan Ayax
melawan 2 buah tim Jerman, Austria Wein dan Eintracht Brunswick.
Fandi yang berusia 20 tahun dengan wajah kekanak-kanakan itu
ternyata lulus dan bisa diterima. "Fandi lulus secara gemilang
dan ini membuat saya sangat gembira. Terbukti saya tidak
melebih-lebihkan kemampuannya," kata Japp Reinders pencari bibit
dan orang yang membujuk Ayax supaya memberikan kesempatan pada
Fandi untuk menjalani tes.
Reinders yang mengamati pemain nasional Singapura itu selama
setahun, menyebutkan Fandi "punya keistimewaan dan bisa menjadi
Johan Cruyff baru."
Ada hal lain yang membuat penemu pemain Singapura itu gembira.
"Para pemain Ayax ternyata telah menyambut Fandi secara
simpatik. Mereka bahkan menemaninya ketika Fandi sudah mulai
tidak betah tinggal di negeri orang dan hampir hilang nafsu
makannya," kata Reinders. Tadinya Reinders khawatir, para pemain
Ayax yang umumnya warga negara Belanda, akan melihat Fandi
sebagai saingannya.
Keputusan pimpinan Ayax untuk menawarkan kontrak kepada Fandi
diambil 29 Juli. Tetapi apakah dia akan menerima tawaran itu ?
"Ini pertanyaan yang sulit," katanya kepada wartawan di Belanda.
"Pertama-tama saya harus mempelajari kontrak itu. Tetapi yang
jelas saya tidak akan menandatanganinya di sini. Saya ingin
pulang dan mendiskusikannya dengan orang-tua saya dan beberapa
orang lagi. Saya memerlukan waktu untuk mempertimbangkannya."
Buat Fandi menerima atau menolak kontrak itu merupakan keputusan
paling penting dalam hidupnya. Dia, katanya, tak mau melakukan
sesuatu yang akhirnya nanti akan mempersulit dirinya.
Menurut peraturan di Singapura, dengan usianya sekarang, Fandi
memang masih membutuhkan izin dari orangtuanya untuk
menandatangani kontrak yang ditawarkan Ayax tadi. "Kalau
orangtuanya setuju membubuhkan tandatangannya, dan Fandi sendiri
ingin main di Ayax, maka salah seorang anggota pengurus kami
secara pribadi akan menjemput Fandi," ucap Reinders yang
mengantar Fandi ke lapangan terbang Schiphol, Amsterdam.
Sampai akhir. pekan kemarin, nasib Fandi Ahmad dan tawaran Ayax
itu belum menentu juga. Tawaran itu sendiri memang tidak punya
batas waktu. Tetapi pihak Ayax senang kalau keputusan Fandi
diambil selekasnya supaya namanya bisa didaftarkan untuk
memperkuat Ayax dalam kompetisi antar-klub Eropa yang akan
berlangsung 15 September. Sebab nama-nama pemain sudah harus
masuk pertengahan Agustus ini.
Pertemuan yang berlangsung antara pengurus Persatuan Sepakbola
Singapura dengan wakil Ayax Guus van Bladel serta ayah Fandi,
Ahmad Wartam dan pamannya Ismail, tanggal 5 Agustus, juga belum
mengeluarkan keputusan pasti. Teo Chong Tee, "Syarnubi Said"-nya
Singapura menganggap tawaran Ayax belum jelas benar. "Kami perlu
mengetahui lebih banyak mengenai pajak pendapatan di Belanda.
Kami dengar pajak di sana lebih tinggi dari di Singapura,"
katanya.
Chong Tee juga meminta kejelasan mengenai masalah asuransi,
sekolah dan perumahan untuk Fandi. Dan bagaimana kalau Fandi
rindu kampung, siapa yang membayar ongkos pesawat. Apakah dia
tidak boleh main untuk pertandingan penting di Singapura. "Kami
tidak dalam posisi menentukan. Kami hanya bisa membantu
pihak-pihak yang terlibat untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai tawaran itu," katanya.
Menurut Guus van Bladel tawaran Ayax itu memberi peluang Fandi
untuk memilih apakah dia mau dibayar dengan jumlah pasti untuk
setahun atau berdasarkan bonus, dengan gaji tetap yang lebih
kecil. "Ayax sudah menasihati Fandi agar menerima gaji tetap
saja. Karena kalau berdasarkan bonus menang atau draw akan
membuatnya terlalu tertekan," kata orang Belanda itu.
Andaikata dia segera menerima kontrak yang 3 tahun itu, dia baru
diizinkan ikut dalam kompetisi setelah Badan Pengawasan
Perburuhan setempat menyetujui Fandi bekerja di Negeri Belanda.
Tapi agaknya, pejabat urusan perburuhan di Belanda, Joop Vander
Klink ingin melihat Fandi bisa memperkuat tim Ayax dalam Turne
707 yang dimulai tanggal 13 dan 15 Agustus ini. "Semua
surat-surat keterangan tentang Fandi, akan segera kami
perhatikan. Pemain tersebut bukan berasal dari salah satu negara
MEE. Tetapi publikasi tentang diri pemain mendapat pujian itu
telah mendorong kami untuk cepat menyelesaikan perizinan bagi
dirinya. " Ayax bertanding melawan Kesebelasan Tottenham Hotspur
(Inggris) pukul 21.00 waktu setempat pada tanggal 13 Agustus
1982 di Stadion Olympic Amsterdam.
Wakil Ayax itu tidak mau menyebutkan berapa gaji Fandi. Tetapi
sebuah sumber memperkirakan sekitar Sing.$ 60.000 (lebih kurang
Rp 18 juta) pertahun. Satu jumlah yang juga pernah ditawarkan
klub Niac Mitra dari Surabaya kepada pemain itu.
Kalau Fandi Ahmad menerima tawaran Ayax tadi, dia merupakan
pemain Asia Tenggara pertama yang dapat kesempatan menunjukkan
kebolehannya dalam turnamen sepakbola yang keras di Eropa.
Indonesia sendiri baru menghasilkan Iswadi Idris yang pernah
dikontrak di Australia tahun 1975. Sedangkan Risdianto, Abdul
Kadir, Hartono dan Jefri Pranata main di Hongkong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo