Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Setelah Kyoto, King dkk diuji lagi

Pertahankan gelar juara piala dunia ii di kyoto. dengan persiapan sebulan setelah kena skors 3 bulan. dua turnamen internasional menunggu bagi liem dan verawaty cs.

2 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIEM Swie King masih tanpa tanding. Tanpa kehilangan satu set pun dari lawan, ia mempertahankan gelar, dalam turnamen bulutangkis Piala Dunia II di Kyoto pekan lalu. Selama 2« tahun terakhir, ia memang tak pernah terkalahkan, walau oleh kampiun RRC sekalipun. Ia menjuarai turnamen All England 2 kali berturut-turut (1978 dan 1979) dan Asian Games VIII di Bangkok (1978). Tapi penampilannya di Kyoto itu bukan tanpa cela. Waktu menghadapi finalis Masao Tsuchida dari Jepang, ia beberapa kali mati langkah. Reaksinya tampak lamban. Juga belum cermat ia di depan jaring. "Kondisi saya belum top," kata King yang mempersiapkan diri cuma sebulan. Prestasi tim Indonesia di Kyoto hanya dari regu putra. Pasangan Christian Hadinata/Ade Chandra juga mempertahankan gelar. Dari tim putri, kecuali pasangan Verawaty Wiharjo/Imelda Wiguna yang sampai di final, gagal semua. Pelatih Tahir Jide menilai sistem latihan mereka kurang efektif. Ia tak memerinci penilaiannya. Tapi umumnya putri Indonesia dibanding lawan dari Jepang atau Eropa masih kurang alot. Gonta-ganti pasangan di Kyoto agaknya juga kelihatan cukup merepotkan tim putri Indonesia. Misalnya, Ruth Damayanti yang dipasang dengan Tjan So Gwan ternyata tak ampuh untuk turnamen besar. Sebelumnya Ruth bermain dengan Theresia Widyastuti, dan Tjan So Gwan bersama Ivanna. Menurut pelatih Minarni, "penceraian" ini terjadi karena Widyastuti memang tak terpilih. Sedang Ivanna tak ingin program 'khusus'nya di pelatnas terganggu. Ivanna, juara SEA Games X (1979), tampak ingin mengulangi kebolehannya sebagai pemain tunggal. Verawaty? Di lapangan, ia masih sukar ditebak. Ia bisa seperti orang kesetanan melayani lawan yang tangguh. Tapi juga mudah ia terbawa arus bila ketemu yang lemah. Ia bersama Imelda menghadapi finalis Atsuko Tokuda/Yoshiko Yonekura dari Jepang. Mereka melayani permainan cepat lawan, dan akhirnya keteter sendiri. Tak Ada Persoalan Indonesia, pemegang supremasi dunia versi International Badminton Federation (IBF), akan diuji kembali. Ada turnamen segera menghadang dwilomba Indonesia-RRC di Singapura (22 dan 23 Februari), turnamen All England di London (pertengahan Maret), dan Kejuaraan Dunia II di Jakarta (Mei). "Kalau kita turun dengan full team, RRC bisa kita kalahkan lagi," ramal Titus Kurniadi dari PBSI. Ia memperkirakan dalam dwilomba yang memakai sistem Piala Thomas (9 partai) itu Indonesla akan menang minimal dengan angka 5. RRC waktu Asian Games VIII dikalahkan Indonesia 4-1 dari 5 partai. Tim inti yang dimaksud Titus terdiri dari Liem Swie King, juntjun, Johan Wahyudi, Christian, Ade Chandra, dan satu lagi bisa Hastomo Arbi atau Heryanto Saputra. Dua kejuaraan lainnya, khusus untuk anggota IBF, tampak tak ada persoalan bagi Indonesia. Di All England, rasanya tak akan sukar bagi King maupun 2 pasangan ganda Tjuntjun/Johan Wahyudi serta Christian/Ade Chandra untuk menjinakkan lawan. Saingannya cuma Flemming Delf baik secara sendirian maupun berpasangan dengan Steen Skovgard -- keduanya dari Denmark. "Titik lemah kita saat ini adalah di bagian putri," kata Ketua Komtek PBSI Jakarta, Syamsul Alam. Dari All England lalu satu-satunya gelar yang lepas dari tim Indonesia adalah tunggal putri. Dalam Kejuaraan Dunia II, turnamen resmi IBF sebagai lanjutan yang di Malmoe 1977, peluang Indonesia diperhitungkan akan sama seperti menghadapi All England. Dengan catatan King bisa menemui bentuk terbaiknya kembali. Kelihatan hal itu tak terlalu sulit buat dia. "Bulutangkis adalah segalanya buat saya," katanya seusai menjalankan skorsing PBSI selama 3 bulan, gara-gara datang terlambat waktu pertandingan SEA Games X: Dan ia membuktikan tekat itu di Kyoto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus