Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sejarah Kartika di Basket Putra

Kartika Siti Aminah mencatat sejarah sebagai pelatih perempuan pertama dalam kompetisi bola basket profesional Indonesian Basketball League. Ia belajar kepada para pelatih asing.

9 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kartika Siti Aminah mencatat sejarah sebagai pelatih perempuan pertama dalam kompetisi bola basket profesional Indonesian Basketball League.

  • Kartika belajar melatih kepada para pelatih dari Filipina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

  • Ia berharap para pemain bola basket Indonesia bisa mengimbangi para pemain dari Filipina.

MENGENAKAN kaus merah dipadu jilbab hitam, Kartika Siti Aminah memimpin tim bola basket DNA Bima Perkasa Jogja, Yogyakarta, menghadapi West Bandits Combiphar Solo, Surakarta, Jawa Tengah. Laga terakhir babak reguler Indonesian Basketball League 2022 itu berlangsung di Hall Basket Senayan, Jakarta, pada Selasa, 29 Maret lalu. Meski berulang kali terlihat memberi arahan kepada Restu Dwi Purnomo dan kawan-kawan, Kartika tak mampu menghindarkan timnya dari kekalahan.

Kompetisi bola basket Tanah Air, Indonesian Basketball League (IBL) 2022, masih bergulir sejak dimulai pada 15 Januari lalu. Sebanyak 16 tim berpartisipasi, termasuk Bima Perkasa. Meski gagal membawa timnya melaju ke babak play-off, Kartika telah mencatat sejarah sebagai pelatih kepala perempuan pertama dalam turnamen bola basket profesional terbesar di Indonesia itu.

Kartika menjalani debutnya sebagai pelatih pada Ahad, 30 Januari lalu, setelah manajemen Bima Perkasa mengakhiri kontrak dengan Dean Murray tiga hari sebelumnya. "Benar-benar enggak nyangka. Waktu itu ditelepon sama pemilik klub. Saya kira disuruh bantu-bantu seperti musim kemarin," kata Kartika kepada Tempo, Selasa, 5 April lalu.

Dalam laga debut melawan tim Prawira Bandung itu, Kartika gagal memberi kemenangan bagi Bima Perkasa. Anak-anak asuhannya takluk dengan skor 53-75. Kemenangan pertama didapatkan Kartika ketika Bima Perkasa menghadapi RANS PIK Basketball. Pertandingan yang berlangsung di C-Tra Arena Bandung pada Jumat, 1 April lalu, itu berakhir dengan skor 57-53.

Kartika bercerita, ia hanya sekali bertemu dengan pemain sebelum melakoni laga perdana. Waktu dua hari yang tersedia ia manfaatkan untuk mengevaluasi data pertandingan sebelumnya. Pengalaman Kartika sebagai asisten pelatih Bima Perkasa pada musim lalu saat tim ditangani David Singleton menjadi bekal utamanya. "Mungkin karena saya sudah kenal tim ini. Mereka juga mengerti karakter saya dan mau main seperti apa," ujarnya.

Manajer klub Bima Perkasa, Fransisca Juniati, mengatakan Kartika ditunjuk untuk memperbaiki performa tim yang anjlok di bawah kepelatihan Dean Murray. Manajemen memilih Kartika karena ia turut serta dalam kepelatihan klub Bima Perkasa pada IBL tahun lalu. "Saat itu transisi dari coach Dean," ucap Fransisca saat dihubungi, Jumat, 8 April lalu.

Pemilik klub DNA Bima Perkasa Jogja, Eddy Wibowo, menuturkan bahwa penampilan klubnya sepanjang seri pertama IBL 2022 tidak menunjukkan peningkatan level permainan tim sehingga Kartika dipilih sebagai pelatih. "Kami ingin menaikkan level tiap tahun, baik untuk individu maupun tim," tutur Eddy dikutip dari situs IBL, Kamis, 27 Januari lalu.

Sebagai pelatih perempuan, Kartika menempatkan diri layaknya koki dalam tim. Ia percaya, menurut agama Islam yang ia anut, perempuan tidak bisa memimpin laki-laki. "Makanya saya menempatkan diri seperti chef. Ini kita punya resep untuk menjaga secara profesional," katanya.

Ia menyebutkan pemain yang kena marah atau bentakan kadang bakal bermalas-malasan. Jadi Kartika mempercayakan pendekatan terhadap atlet kepada asisten pelatih Gogor Gubah Nugroho. "Kami selalu memakai pendekatan antarpribadi. Untuk peningkatan kemampuan individu juga ada asisten sendiri yang ditugasi," ujar Kartika menjelaskan strateginya dalam melatih.

Perempuan kelahiran Yogyakarta, 16 Juni 1977, ini menyukai olahraga basket sejak remaja. Sebelum mengenal basket, Kartika menyukai sepak bola dan tenis. Ia rutin menonton pertandingan dua cabang olahraga itu. Ia mulai bermain basket ketika duduk di bangku kelas I sekolah menengah pertama. "Waktu itu suka sekali lihat layup (tembakan dengan melompat ke arah ring basket). Sekali nyoba langsung bisa. Padahal belum pernah pegang bola basket," tuturnya.

Ia kemudian menjadi pebasket profesional dalam Kompetisi Bola Basket Wanita (Kobanita) bersama klub Rajawali Sakti Surabaya. Ia memiliki kenangan akan liga basket nasional itu. "Saya ingat, pada 2008 masuk final dengan kaki bengkak. Senang sekali. Sayang, setelah itu Kobanita berhenti bergulir,” ucap alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ini.

Setelah cedera mendera, Kartika memutuskan pensiun sebagai pemain pada 2008. "Lalu saya diminta seorang teman di mes menjadi pelatih di SMA adiknya," tuturnya. Karier sebagai pelatih di Sekolah Menengah Atas Frateran Surabaya itu ia lakoni selama dua tahun. Ia kemudian melatih klub basket Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada. "Setelah itu baru masuk ke Surabaya Fever, kemudian melatih tim PON Jawa Timur dan Yogyakarta," kata Kartika.

Meski tidak pernah menjalani kursus kepelatihan secara formal, Kartika banyak menimba ilmu dari pelatih asing ketika melatih Surabaya Fever. Ia belajar kepada pelatih dari Filipina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. "Pas ketemu coach Dave (David Singleton) ini seperti menemukan potongan puzzle terakhir," ucapnya.

Kartika juga mendapat momen paling berkesan dalam dunia basket ketika melatih Surabaya Fever. Tangan dingin Kartika berhasil menyulap tim yang biasa-biasa saja itu menjadi juara Women's National Basketball League pada 2012. "Dari situ bisa menunjukkan performa, prestasi. Enggak tahu kenapa saya selalu mendapat tim yang biasa-biasa seperti itu," ujar Kartika.

Sebagai pelatih, Kartika menyebutkan tantangan utamanya adalah menemukan cara terefektif untuk menyatukan visi dan misi 15 kepala dalam satu tim. Apalagi klub berlevel profesional, kata dia, punya kompleksitas yang lebih besar dan banyak kepentingan.

Ihwal impian ke depan, Kartika berharap keberadaan klub Bima Perkasa mampu mendongkrak gairah basket di Yogyakarta. Ia pun berharap makin banyak kompetisi basket di daerah tersebut. "Sedangkan harapan saya di Indonesia, tim kita bisa mengimbangi para pemain dari Filipina," tuturnya.

Dengan kegagalan Bima Perkasa lolos ke babak play-off IBL, Fransisca Juniati menyebutkan manajemen belum menentukan nasib Kartika dalam IBL musim berikutnya. "Banyak sekali ya yang harus dievaluasi musim ini. Yang pasti BPJ (Bima Perkasa Jogja) akan bangkit untuk musim depan," kata Fransisca.

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia Nirmala Dewi mengapresiasi sepak terjang Kartika yang aktif dalam dunia olahraga bola basket sejak masih muda. "Jarang sekali ada pelatih perempuan di Indonesia yang berfokus serta gigih melatih dan mendedikasikan diri di bola basket seperti coach Kartika," ujar Nirmala, Jumat, 8 April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus