Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sponsornya Lesu

Akibat devaluasi rupiah terasa juga dalam grand fri ke-17. Lemahnya bantuan sponsor membuat banyak pembalap terkenal tak dapat diundang, hanya Jepang yang mau datang dengan biaya sendiri. (or)

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sirkuit Ancol, Jakarta, persaingan merek kendaraan bisa merubah suasana balapan jadi panas. Contoh: Ketika pembalap Jepang, T. Ezaki dari tim Yamaha turun di lintasan Minggu lalu, ofisial tim Honda tak dapat menahan diri. Puncak peristiwa terjadi ketika ia membelok masuk pit. Pembalap Sidarto SA dari tim Honda yang menempel ketat di belakangnya, terbawa masuk ke dalam bersama Ezaki. Ofisial tim Honda tak dapat menerima begitu saja gaya tersebut. Mereka lalu menuduh bahwa Ezaki telah menghalang-halangi lawan untuk mendahuluinya. Dan Ezaki lantas dipukul. Betulkah Ezaki telah menghalang-halangi laju lawan? "Sukar dibuktikan," jawab Ketua Harian Panitia Grand Prix, ir. Wardiman. Dari catatan waktu putaran demi putaran, Ezaki ternyata lebih unggul dari lawannya. Persaingan dalam Grand Prix ke-17 kali ini tampak tak seketat dulu. Pembalap-pembalap asing, kecuali dari Jepang, tak banyak lagi yang turun. Pembalap tamu yang diundang hanya Stuy Avant (Selandia Baru) dan Rick Perry (Australia). "Soalnya, biaya untuk mengundang mereka itu terbatas," kata Sekretaris Panitia Grand Prix, Mohtar Latif. Ia semula bahkan merencanakan mengundang bekas juara dunia, Giaco Agostini, dari Italia. Jumlah bantuan sponsor telah menurun. "Ini mungkin disebabkan Kebijaksanan 15 Nopember," katanya, menunjuk pada devaluasi rupiah. Jadi, berkurang semaraknya. Mengapa pembalap Jepang mau datang dengan biaya sendiri? "Mereka 'kan mengingat pasaran produksi motor mereka di sini," lanjut Latif. Umumnya, mereka adalah pembalap pabrik. Kehadiran mereka ternyata tak sia-sia. Tiga urutan pertama mereka kuasai. Juara adalah Hideo Kanaya dari tim Yamaha. Sementara pembalap Indonesia, Bambang Sudarsono dan Sarsito SA menempati urutan ke-4 dan ke-6.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus