Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sylvain Guintoli membagikan kisahnya sebagai pembalap motor internasional yang pernah menaklukkan beberapa kompetisi. Itu ia ceritakan saat menghadiri acara tanya jawab yang digelar Motul Indonesia secara daring pada Rabu, 31 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Guintoli memiliki karier yang cukup baik di beberapa ajang balap motor internasional. Dirinya sempat menjuarai FIM Suberbike World Champions 2014, juara World Champions 2021, dan juara Le Mans tahun 2021 dan 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pembalap berkebangsaan Prancis tersebut memulai debut di kejuaraan 250cc MotoGP pada tahun 2002. Ia promosi ke MotoGP pada musim 2007 bersama tim Tech3 Yamaha dan menyabet gelar Rookie of the Year.
"Bersama Motul saya sudah mengikuti balapan di berbagai kompetisi. Banyak brand yang punya sejarah dan cerita dengan saya, namun Motul salah satu yang paling berkesan," ujar Guintoli dalam konferensi pers daring.
"Motul banyak terlibat dalam kesuksesan karir saya. Saya memenangkan 24 Hours of Le Mans untuk pertama kalinya tahun 2021 dan saya mengulanginya di tahun 2022," tambah mantan pembalap MotoGP tersebut.
Guintoli berhasil memenangkan ajang balap ketahanan motor FIM Endurance World Championship (EWC) 2021. Tampil bersama tim Yoshimura SERT Motul, ia mampu mengakhiri kompetisi di klasemen puncak.
Namun sepanjang musim tersebut dirinya dan rekan setimnya, Gregg Black dan Xavier Simeon, mampu memenangkan balapan sebanyak dua kali. Itu mereka dapatkan ketika tampil di 24 Hours of Le Mans dan 24 Hours of Bol d’Or, Prancis.
Pada musim 2022, Guintoli juga berhasil tampil maksimal di 24 Hours of Le Mans. Saat itu dirinya mampu mengalahkan tim juara FIM Endurance World Championship (EWC), yakni F.C.C TSR Honda France.
Prestasi tersebut membuktikan bahwa Guintolo masih cukup kompetitif meski usianya sudah menginjak kepala empat. Sylvain Guintoli pun membocorkan rahasia mengapa dirinya bisa bersaing di baris depan pada usianya yang sudah tak lagi muda.
"Setiap pembalap pasti punya beberapa tantangan, terkadang ada banyak kegagalan dan sulit untuk survive di kompetisi. Terkadang mengalami cedera dan sulit untuk kembali. Tapi selama Anda berjuang untuk tujuan Anda, semuanya mungkin,” ucap dia.
“Jika tidak mimpi besar, Anda tidak meraih capaian besar. Saya beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk mencoba banyak balapan dan masih bisa menang," tutup Guintoli.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto