Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luis Milla Aspas tak sempat mengambil bagasinya setelah turun dari pesawat di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu sore dua pekan lalu. Pelatih asal Spanyol ini langsung diboyong masuk mobil yang mengantarnya ke kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di Gran Rubina Business Park, Kuningan, Jakarta Selatan. Hanya beristirahat sebentar, Milla langsung terlibat pembahasan tawaran sebagai pelatih tim nasional Indonesia.
Pertemuan berlangsung hingga larut malam. Di hadapan para petinggi PSSI, antara lain Direktur Teknik Danurwindo, Wakil Ketua Umum Joko Driyono, dan Sekretaris Jenderal Ade Wellington, Milla membeberkan rencana kerjanya sebagai pelatih. Rupanya, PSSI tertarik pada konsep yang ia tawarkan.
Dalam dua hari berikutnya, negosiasi berlanjut. PSSI menyiapkan kontrak selama dua tahun untuk Milla. Soal berapa nilai kontraknya, tak ada yang mau bicara. Menurut Direktur Hubungan Internasional dan Media PSSI Hanif Thamrin, kontrak berbahasa Inggris dan Indonesia itu sempat diubah beberapa kali. ¡±Sekitar pukul empat sore, Milla baru tanda tangan,¡± kata Hanif kepada Tempo, Selasa pekan lalu.
Setelah itu, PSSI memperkenalkan Milla kepada publik. "Ini pekerjaan penting bagi saya," ujar Milla, 50 tahun, kepada sejumlah wartawan.
Milla adalah salah satu dari sekitar sepuluh pelatih yang disodorkan kepada Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. Seleksi dilakukan tim panel yang berisi pengurus PSSI dan sejumlah pelatih nasional. Tim itu juga menerima masukan nama dari beberapa pengamat sepak bola.
Referensi utama dalam pengajuan nama pelatih tersebut berhubungan dengan konsep dan gaya sepak bola Spanyol. PSSI memperhitungkan postur tubuh pemain Indonesia yang tak berbeda jauh dengan pemain di negeri matador itu. Perawakan pemain Indonesia yang mungil tak mendukung pola permainan counter-attack ataupun umpan-umpan panjang.
Gaya permainan yang dianggap paling cocok untuk skuad Indonesia adalah sistem penguasaan bola. Spanyol dinilai piawai memainkannya dan menjadi kiblat sistem tersebut. "Mengambil pelatih dari sana adalah opsi logis yang kita miliki," kata Hanif.
Bermodal referensi itu, pemilihan pelatih mengerucut pada dua nama: Milla dan Luis Fernandez. PSSI terus mengontak agen kedua pelatih tersebut. Bahkan tim seleksi sempat menyambangi Fernandez di Prancis untuk bernegosiasi. Mantan gelandang tim nasional Prancis yang pensiun pada 1993 ini hampir meneken kontrak dengan PSSI, tapi batal karena sejumlah kendala. Hanif tak menjelaskan lebih rinci apa kendalanya.
Milla menjadi fokus pencarian berikutnya setelah ada rekomendasi dari sebuah lembaga sepak bola di Spanyol. Lembaga ini pernah membantu pengembangan sistem pelatihan pemain muda klub Guangzhou Evergrande di Cina hingga mereka memiliki akademi besar. PSSI mendapat informasi catatan Milla dalam menangani pemain muda cukup bagus.
Milla melatih tim nasional Spanyol U-19 dan U-21 selama empat tahun. Mantan pemain Barcelona dan Real Madrid ini sukses membawa tim muda Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21 pada 2011. "Saya akan mencoba menularkan pengalaman saya untuk tim nasional Indonesia agar lebih berprestasi," ujar Milla, yang mengantongi tiga gelar La Liga Spanyol saat menjadi pemain, yakni dua kali bersama Real Madrid dan sekali dengan Barcelona.
Sejumlah pemainnya di tim U-21 bersinar di klub sepak bola papan atas Eropa, seperti kiper David de Gea dan Juan Mata, yang kini bermain di Manchester United, Thiago Alcantara dan Javi Martinez di Bayern Muenchen, serta Cesar Azpilicueta, yang menjadi andalan lini pertahanan Chelsea.
Sederet prestasi kinclong itu membuat PSSI yakin Milla bisa mengurus tim nasional senior yang terdiri atas para pemain muda berusia di bawah 23 tahun. Tugasnya memoles skuad Garuda untuk menghadapi SEA Games 2017 di Kuala Lumpur pada Agustus mendatang. Milla juga bertanggung jawab mempersiapkan tim untuk Asian Games 2018. "Targetnya juara SEA Games dan empat besar di Asian Games," kata Hanif.
Ade Wellington optimistis Milla mampu memenuhi target yang dibebankan kepadanya. Ia mengatakan PSSI menyodorkan daftar pemain yang bisa dipilih Milla. PSSI juga merencanakan pemusatan latihan di sejumlah negara, seperti Spanyol, Inggris, dan Belgia.
Penunjukan Milla sebagai pelatih jauh berbeda ketika Alfred Riedl ditawari posisi yang sama tahun lalu. Atas gagasan Edy Rahmayadi, yang kala itu masih menjadi Presiden Direktur Persatuan Sepakbola Tentara Nasional Indonesia, PSSI merekrut pelatih asal Austria itu untuk menyiapkan tim Merah Putih menghadapi Piala AFF 2016.
Pertimbangannya, Riedl berpengalaman menangani tim Indonesia di Piala AFF 2010. Ia juga dinilai tahu soal peta kekuatan lawan. Selain itu, sulit mencari pelatih lain dalam waktu yang terbatas menyusul kekisruhan di tubuh PSSI. Di luar dugaan, Riedl sanggup membawa Indonesia ke partai final Piala AFF tahun lalu, meski akhirnya menyerah kepada Thailand.
Milla punya waktu lebih panjang untuk membangun tim nasional. Ia melihat para pemain Indonesia memiliki kualitas teknik dan stamina cukup. Masalah terbesar ada pada visi bermain. Mereka, menurut Milla, tak terbiasa memikirkan langkah selanjutnya. Ini berbeda dengan pemain Spanyol, yang bahkan ketika bola belum sampai di kaki sudah tahu apa yang harus dilakukan.
Kapten Persib Bandung, Atep, berpendapat gaya permainan sepak bola Indonesia tidak terlalu berbeda dengan Spanyol. Ukuran tubuh pemain juga sebanding. Dia mendukung langkah Milla jika menerapkan gaya tiki-taka khas Spanyol, yakni umpan-umpan pendek, pergerakan dinamis, dan mempertahankan penguasaan bola. "Saya kira tak ada masalah bila Milla menerapkan tiki-taka. Pemain kita punya potensi besar untuk lebih baik," kata Atep.
Pelatih Semen Padang, Nil Maizar, mengatakan penunjukan Milla merupakan keputusan tepat. Ia yakin Milla bakal mampu meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia. "Pengalamannya sebagai pelatih bagus," kata Nil, yang siap melepas para pemainnya jika dipanggil membela tim nasional. "Empat pemain pun kami lepaskan," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Jajang Nurjaman. Pelatih Persib Bandung ini juga siap melepas para pemain mudanya jika diminta. Jajang sudah menginstruksikan para pemain tampil maksimal di Piala Presiden nanti. "Ini kesempatan membuktikan kemampuan," kata Jajang. Ia juga menilai Milla bisa membawa perubahan besar dengan menerapkan gaya sepak bola Spanyol.
Sejauh ini Milla sudah mengantongi video cuplikan pertandingan dari sekitar 50 pemain yang ditawarkan PSSI. Turnamen Piala Presiden pada 4 Februari-12 Maret mendatang menjadi kesempatan pertama Milla memantau para pemain. "Dia akan berkeliling memantau para pemain di sejumlah pertandingan," kata Bayu Teguh, asisten sekaligus penerjemah Milla.
Milla memang tak fasih berbahasa Inggris, apalagi Indonesia, tapi Bayu memastikan tak akan ada kendala bahasa. Milla pun sudah sepakat menetap di Indonesia selama melatih. "Saya pikir proses latihan akan berjalan lancar, apalagi Milla orang yang santun dan menghormati lawan bicaranya," ucap Bayu.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA | INDRA WIJAYA | ANDRI EL FARUQI | AMINUDDIN
Luis Milla Aspas
Tempat dan tanggal lahir: Teruel, Spanyol, 12 Maret 1966
Tinggi: 1,73 meter
KARIER
Pemain
Barcelona (1984-1990)
Real Madrid (1990-1997)
Valencia (1997-2001)
Tim nasional Spanyol (1989-1990)
Pelatih
Pucol, Spanyol (2006-2007)
Getafe, Spanyol (2007-2008, asisten pelatih)
Al Jazira, Uni Emirat Arab (2013)
Lugo, Spanyol (2015-2016)
Zaragoza, Spanyol (2016)
Spanyol U-19 (2008-2010)
Spanyol U-20 (2009)
Spanyol U-21 (2010-2012)
Spanyol U-23 (2012)
Indonesia (sejak Januari 2017)
PRESTASI
Pemain
Barcelona:
Piala Winners (1988-1989)
La Liga (1984-1985)
Copa del Rey (1989-1990)
Real Madrid:
La Liga (1994-1995, 1996-1997)
Copa del Rey (1992-1993)
Supercopa de Espana (1990, 1993)
Valencia:
Copa del Rey (1998-1999)
Supercopa de Espana (1999)
Piala Intertoto UEFA (1998)
Pelatih
Spanyol U-21: Piala Eropa U-21 (2011)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo