Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tim Wuko Kalah, Daerah Menuntut KLB

Tim karate indonesia ke kejuaraan dunia versi wuko gugur di babak penyisihan. kalah karena tim tersebut bukan hasil seleksi. forki daerah menuntut pb forki mengadakan pembenahan dengan kongres luar biasa. (or)

7 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM karate Indonesia ke turnamen dunia versi World Union of Karato Organization (WUKO) di Tokyo, Desember lalu dilanda peruntungan buruk. Tak ayal di semua nomor pertandingan yang diikuti (kumite dan kata) ketrampilan mereka berakhir tragis hanya di babak penyisihan. Kecuali dalam kumite beregu. Ini pun dikarenakan sistim pertandingan berubah mendadak. Menurut peraturan semula penilaian yang dipakai adalah sistim gugur. Entah bagaimana, tlba-tiba sistim yang telah disepakati itu berubah. Tim yang gugur di babak pertama diberi lagi kesempatan untuk bertarung melawan regu yang sama-sama kalah. Perubahan itu, kabarnya, karena regu Jepang sendiri mengalami kekalahan di ronde penyisihan. Sistim Comotan Bagi tim Indonesia yang sudah kesandung di kaki karateka Australia (2-3) di ronde awal, perubahan sistim itu menguntungkan? memang. Kesempatan mereka untuk maju terbuka kembali. Berhadapan dengan tim Macao, regu terlemah dari seluruh peserta, mereka mencatat kemenangan pertama dan terakhir dengan meyakinkan 4 « lawan 12. Karena setelah itu harapan mereka dipunahkan oleh regu Italia dengan angka yang sama. Merosotnya mutu tim Indonesia dalam turnamen wilayah Asia-Pasifik APUKO II di Jakarta, 2 tahun lampau kita sempat menduduki tempat terhormat di bawah Jepang) menurut Abdul Kadir, Dan III Institut Karate-do Indonesia (Inkai) yang menjadi tulang punggung regu ke Tokyo dikarenakan pemilihan anggota tim kali ini berdasarkan sistim comotan. Penilaian itu banyak benarnya. Lihatlah: di dalam tim, misalnya, tertera nama Trisetianto dari aliran Inkado. Padanal karateka ini, menurut Ketua Bidang Penlbinaan FORKI, Soritua Hutagalung SH di dalam kejuaraan ranting saja pun tak pernah menang. Sekiranya tim ke turnamen WUKO IV ini dipilih berdasarkan seleksi atau urutan juara PON IX lalu, bagaimanakah peluang Indonesia? "Saya yakin lebih baik," lanjut Kadir. "Tim Australia saja bisa menduduki urutan keempat di sana. Padahal tim ini pernah kita kalahkan dalam APUKO lalu." Pengurus Besar FORKI di bawah pimpinan drs Soemadi agaknya bukan tak tahu kelemahan itu. Dalam rapat pengurus menjelang pembentukan tim, Soritua Hutagalung sudah berulang kali memperingatkan agar regu ke Tokyo dibentuk berdasarkan prestasi Bukan berdasarkan jatah aliran. Dari FORKI Jakarta maupun Inkai teguran yang sama juga telah disampaikan. Tapi semua saran yang masuk itu ternyata tidak digublis sama sekali. Tim tetap berangkat dengan karateka 'comotan'. Kebijaksanaan yang ditempuh PB FORKI itu tak ayal menimbulkan keresahan di daerah. Dalam surat nomor 017/FORKI/XII/1977 tertanggal 20 Desember 1977 yang ditujukan kepada Ketua Umum PB FORKI, pimpinan FORKI Sumatera Barat mengatakan bahwa PB FORKI telah melanggar dan menginjak-injak konsensus Musyawarah Lembaga Aliran (MLA) dengan mengirimkan tim ke turnamen WUKO IV tanpa melalui seleksi. Dalam MLA Maret 1977 telah disepakati bahwa tim Indonesia akan dibentuk berdasarkan seleksi antar 40 karateka - 20 dari urutan PON IX dan 20 orang lagi wakil dari berbagai aliran. "Dalam hal ini FORKI daerah telah dirugikan di mana atlit-atlit daerah yang masuk ranking 20 besar PON IX tidak diikut-sertakan ke WUKO," bunyi surat FORKI Sumatera Barat yang ditandatargani oleh Letkol (Pol) M. Taher dan Jusrizal Danche - masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris. Dalam alinea lanjutan mereka menambahkan: "Kami memandang dari sudut kacamata kamj sebagai Pengurus Daerah FORKI Sumatera Barat, secara tidak langsung PB FORKI telah mengadakan perpecahan dalam tubuh FORKI sendiri." Dari pertimbangan-pertimbangan di atas mereka pun sampai pada kesimpulan: Pengurus Daerah FORKI Sumatera Barat dengan ini menuntut kepada PB FORKI untuk mengadakan secepatnya Kongres Luar Biasa. Agar kemelut yang terjadi dalam tubuh FORKI saat ini jangan sampai dimasuki oleh fihak-fihak ketiga untuk menyelesaikannya. Tuntutan Kongres Luar Biasa memang salah satu jalan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam tubuh FORKI. Adakah KLB itu akan merubah wajah Pengurus Besar FORKI? Tampaknya demikian. Beberapa nama untuk menjabat pimpinan baru (sekiranya KLB terlaksana) muncul sudah. "Orang yang tepat untuk menjadi Ketua Umum FORKl, menurut saya, adalah Mayjen Mantik," kata pimpinan Inkado, drs Baud Adikusumo kepada TMPO menjelang keberangkatannya ke WUKO, Nopember lalu. Mayjen Mantik Pangkowilhan I yang juga menjabat Ketua Umum Inkai adalah salah satu pilihan. Nama lain yangjuga disebut-sebut adalah Mayjen Norman Sasono, Pangdam V aya. Adakah penampilan pimpinan baru itu merupakan penyelesaian yang dikehendaki ke luarga besar FORKI? Entahlah. Nanti dikira wartawan campur tangan lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus