Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pebulu tangkis tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo menjuarai Taiwan Open 2023.
Gelar juara pertama Chico dalam seri tur dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia 2023.
Akan menjadi andalan di turnamen Korea Open 2023, Chico bertekad menembus peringkat 10 besar dunia.
SMES sambil melompat Chico Aura Dwi Wardoyo memastikan kemenangannya atas pemain bulu tangkis tuan rumah, Su Li Yang. Pemain tunggal putra Indonesia ini pun sukses memenangi laga dengan skor 23-21 dan 21-15. Tampil di Tian-Mu Arena, University of Taipei, Chico hanya butuh waktu 52 menit untuk menjadi juara seri tur dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia atau BWF World Tour Super 300 Taiwan Open 2023 pada Ahad, 25 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah menjuarai Taiwan Open 2023, Chico, yang lahir di Jayapura pada 15 Juni 1998, bakal kembali menjadi andalan tim tunggal putra Indonesia dalam Korea Open 2023. Turnamen kategori BWF Super 500 ini akan berlangsung di Kota Yeosu, Korea Selatan, pada 18-23 Juli mendatang. Di babak 32 besar, Chico bakal menghadapi andalan Jepang, Koki Watanabe. Menurut Chico, atlet peringkat ke-38 dunia itu adalah pemain bertalenta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laga itu bakal menjadi pertemuan perdana bagi kedua pemain. Kendati peringkatnya berada 20 tingkat di bawah Chico, Watanabe menjalani musim yang cukup gemilang tahun ini. Dia berhasil menjuarai Swiss Open 2023 dengan melibas jagoan Taiwan, Chou Tien Chen, pada partai final.
Chico menyatakan bakal berfokus mempersiapkan diri agar bisa mengalahkan lawannya yang berusia 24 tahun itu. "Koki pemain bagus. Dia tahun ini sudah juara di Swiss Open. Jadi ya saya akan mencoba berfokus mempersiapkan diri dan semuanya dari awal lagi," kata Chico melalui jawaban tertulis, Rabu, 5 Juli lalu. Chico pun bertekad menembus peringkat 10 besar dunia tahun ini.
Final pertandingan antara Chico Dwi Wardoyo (biru) dan Su Li Yang dalam helatan Taipei Open 2023/Youtube BWF
Pelatih kepala tunggal putra pemusatan latihan nasional (pelatnas) bulu tangkis, Irwansyah, mengatakan Chico adalah pemain yang telah siap bersaing dengan atlet elite dunia. Ia mengatakan, secara teknik dan fisik, anak asuhannya ini dapat menjuarai turnamen level Super 500 hingga Super 1000. "Kalau dari saya, Chico ini sudah siap jadi juara dan bisa jadi pemain lapis pertama," ucap Irwansyah saat ditemui di lokasi pelatnas, Cipayung, Jakarta, Senin, 3 Juli lalu.
Pelatih 49 tahun ini mengatakan kelemahan utama yang perlu diperbaiki Chico adalah pola pikir yang belum stabil dalam setiap pertandingan. Kelemahan itu, pria yang akrab disapa Aboy ini menjelaskan, juga masih menjangkiti pemain lapis utama seperti Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Menurut dia, cara mengatasi kelemahan itu adalah mengirim Chico mengikuti turnamen Super 500, 750, dan 1000 secara berkala. "Nanti ke Korea Open dia sendirian. Supaya dia belajar bertanggung jawab, mengambil beban lebih," tuturnya.
Aboy bercerita, dalam setiap latihan, Chico menunjukkan hasil yang menjadi standar program pelatnas. Salah satu kelebihan yang mendongkrak performa Chico adalah semangat juang. "Saya juga tidak ragu akan fisiknya, jadi emang sudah siap tempur," ujarnya.
Untuk membangkitkan mental pemain itu, Aboy bersama jajaran pelatih di Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia atau PP PBSI tidak ingin mematok target berlebihan, seperti menjadi juara. Menurut dia, dukungan pelatih juga menjadi faktor utama untuk menjaga konsistensi pemain ketika mengalami kekalahan. "Kami selalu bilang, ada pelatih di belakang, kamu sudah paksakan di latihan 100 persen, sudah disiplin, kamu tinggal main aja di kejuaraan. Selalu saya ingatkan kepada mereka, kalau rezeki tidak ke mana," katanya.
Aboy mengungkapkan, pemain yang tinggal meraih satu poin untuk menjadi juara bisa saja kalah dan pemain yang hampir kalah dapat membalikkan keadaan ketika mampu mengendalikan pikiran. Pesan itu, dia menerangkan, berulang kali disampaikan agar pemain tidak merasa menanggung beban terlalu berat. "Tinggal main lepas saja pas turnamen karena kamu sudah tahu kemampuan sendiri," tuturnya.
Aboy berharap performa anak-anak asuhannya di sektor tunggal putra dapat terus stabil. Pada tahun ini, pemain tunggal putra Indonesia sudah meraih sejumlah gelar juara. “Dari Januari, Jonatan juara Indonesia Master, di final melawan Chico. Lalu Ginting juara Asia dan Singapore Open. Chico jadi juara juga. Semoga yang lain bisa menyusul," ucapnya.
Selain Chico, menurut Aboy, pemain lapis kedua yang paling potensial adalah Christian Adinata meski pemain peringkat ke-47 dunia itu kini dalam kondisi cedera. Ligamen tempurung lututnya robek. "Alhamdulillah, (kondisi Christian) bertambah baik, makin baik. Tadi juga baru konsultasi dengan Profesor Nicholas sebagai dokter tim," ujarnya.
Aboy mengatakan tidak bakal memaksakan pemulihan Christian. Menurut dia, dibutuhkan kesabaran untuk menunggu pembentukan jaringan otot yang sobek. Ia pun belum menentukan waktu kembalinya Christian ke turnamen. Tapi peluangnya tampil pada tahun ini terbuka. "Kami kontrol terus, tim dokter, fisioterapi, dan pelatih fisik. Kekuatan otot memang harus dikontrol terus. Kami enggak lelah memantau Christian," katanya.
Selain memantau pemulihan fisik, Aboy berfokus pada pemulihan psikis pemain yang dibekap cedera. Menurut dia, masalah utama ketika atlet mengalami cedera adalah trauma yang sulit hilang. "Contohnya Shesar (Shesar Hiren Rhustavito). Baru minggu lalu saya bisa mengarahkan dia untuk melupakan trauma cedera. Itu tidak gampang. Saya arahkan dia berlari sedikit di lapangan, agar dia lupa dengan traumanya," tuturnya.
Ihwal penyembuhannya, Christian menyatakan berupaya menikmati proses itu karena jalannya masih panjang. "Mungkin memang jalannya harus kayak gini. Jadi lebih dinikmati saja setiap prosesnya,” ujar Christian melalui jawaban tertulis, Rabu, 5 Juli lalu. “Waktu saya juga masih panjang, masih bisa, lah, mengejar," tuturnya.
Christian memaparkan kondisi teranyar proses pemulihannya. Dia mengatakan kaki kirinya tidak boleh ditekuk selama tiga pekan hingga satu bulan. Memasuki pekan kelima, pada pekan ini, ia mulai belajar menekuk kakinya. Ia mengakui tak mudah menekuk kaki karena posisi lututnya yang agak kaku setelah dioperasi. Belum lagi rasa sakit yang timbul saat menekuk. "Tapi mesti dipaksa, sih. Cuma, prosesnya enggak sebentar, butuh waktu agak lama," katanya.
Ia pun belum bisa memastikan lama proses penyembuhannya. "Pesan dari Bang Aboy belajar ikhlas karena mungkin memang jalannya sudah seperti ini. Jangan terlalu dipikirin supaya enggak terlalu down. Jadi lebih enjoy saja," ucap Christian.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Asa Tunggal Putra Lapis Kedua"