Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KLUB Warna Agung -- yang semula diunggulkan -- dalam putaran
pertama kompetisi Galatama menempati tangga keempat setelah 13
kali bertanding. Ketika itu bandar suap menggerayanginya. Dan
tiga pemain intinya -- Robby Binur, Marsely Tambayong dan Endang
Tirtana -- dinyatakan diskors selama satu sampai dua tahun.
Kini, sekalipun tanpa tiga pemain andalan, Warna Agung tampak
semakin mantap dan mungkin jadi juara. Posisinya awal pekan ini,
setelah memainkan 7 pertandingan lanjutan, membayangi kedudukan
Jayakarta. Buat sementara, Warna Agung mengantungi 30 angka
kemenangan -- ketinggalan 2 saja dari Jayakarta, juara putaran
pertama dan masih tetap teratas, dalam 20 pertandingan Warna
Agung terakhir ini, menurut penyerang tengah Risdianto, lebih
meningkatkan porsi latihan. "Apalagi dengan hadirnya pelatih
baru, Harry Tjong pembinaan pemain terasa lebih terarah,"
katanya. Tjong, bekas kiper Persebaya, bond Surabaya, bergabung
dengan Warna Agung mulai Januari.
Sekretaris Warna Agung, Eric Daryanto, mengatakan boss Benny
Mulyono menambah tenaga pelatih agar lebih bisa membimbing
pemain senior yang terkenal sebagai artis bola, seperti
Risdianto dan Ronny Pattinasarany. Artis bola biasanya rada
sulit diatur, tambahnya.
Di Warna Agung juga bercokol pelatih tenar drg. Endang Witarsa,
Idih Hadian, Frans Jo dan Wimpie. "Kami berusaha saling
mengisi," kata Jo.
Porsi latihan mereka tidak berubah. Tiap minggu tetap 8 kali
dengan tempo 1« sampai 2 jam per laihan. Perubahan cuma terletak
pada penekanan bentuk latihan. "Jika dulu lebih dititik-beratkan
pada penggarapan fisik, sekarang pada masalah teknis dan
kemulusan kerjasama tim, " ujar Jo.
Pelatih ini membanggakan anak asuhannya yang makin percaya pada
diri sendiri, sedang pemain junior mulai matang. "Pada putaran
pertama dulu, para pemain masih ragu-ragu apakah Galatama bisa
menjamin hidup mereka lebih baik," tambahnya.
Kapten kesebelasan ini, Pattinasarany, berpendapat permainan
timnya "biasa-biasa saja," walaupun tanpa Tambayong dan Binur.
Kerjasama dengan pemain muda, katanya, tidak sulit.
Tapi Risdianto berpendapat lain. "Rata-rata, pemain muda kurang
pakai ini," katanya sambil menempelkan telunjuknya di kepala.
Maksudnya, kurang pakai otak.
Mengenai penghasilan pemain Warna Agung, "tetap seperti dulu,"
kata Daryanto. "Mereka itu 'kan karyawan perusahaan."
Tambayong pernah mengungkapkan bahwa gajinya sekitar Rp 85.000
per bulan. Dan para pemain memperoleh bonus. Misalnya, waktu
Warna Agung menjadi tuan rumah dan mendapat keuntungan Rp 2
juta, uang itu dibagi rata pada pemain.
Warna Agung diketahui banyak mengeluarkan uang untuk pembinaan.
Tiap bulan sekitar Rp 7 juta. Menurut Daryanto, pengeluaran itu
tak tertutup oleh pendapatan dari pertandingan. Namun klub ini
berharap, suatu saat nanti, bisa mempromosikan produksi
perusahaan mereka. "Anda tahu bahwa Warna Agung itu sebenarnya
nama perusahaan cat," kata Daryanto. Kesulitannya selama ini
ialah PSSI belum punya peraturan yang mengizinkan para pemain
digunakan sebagai alat promosi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo