Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Windy Cantika Aisah, Peraih Medali yang Didoktrin Jadi Atlet Angkat Besi

Windy Cantika Aisah kembali menunjukkan tajinya dengan prestasi terbaru di Olimpiade Tokyo 2020. Berikut soal lika-liku di dunia angkat besi.

24 Juli 2021 | 15.38 WIB

Lifter Indonesia, Windy Cantika Aisah berhasil meraih medali Perunggu dalam kelas 49 Kg Putri Grup A Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, 24 Juli 2021. REUTERS/Edgard Garrido
Perbesar
Lifter Indonesia, Windy Cantika Aisah berhasil meraih medali Perunggu dalam kelas 49 Kg Putri Grup A Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, 24 Juli 2021. REUTERS/Edgard Garrido

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -  Windy Cantika Aisah kembali menunjukkan tajinya dengan prestasi terbaru di Olimpiade Tokyo 2020. Atlet angkat besi berusia 19 tahun itu menjadi penyumbang medali pertama bagi tim Merah Putih. Turun di kelas 49 kilogram, Windy merebut medali perunggu dalam pertandingan di Tokyo International Forum, Sabtu, 24 Juli 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Windy Cantika Aisah menorehkan total angkatan 194 kilogram, dengan snatch 84 kilogram dan clean and jerk 110 kilogram. Medali emas direbut oleh lifter Cina Hou Zhihui dan perak oleh atlet India Chanu Mirabai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kiprah Windy sebagai atlet angkat besi bisa dikatakan gemilang. Meski usianya masih belasan, deretan prestasi sukses diraih dalam beberapa turnamen yang digelar sejak 2019, yang juga jadi perhitungan poin ke Olimpiade. Pada awal 2020, kepada Koran Tempo, Windy pernah bercerita tentang perkenalan, motivasi, dan cita-citanya di dunia angkat besi. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana Anda mengenal dunia angkat besi?

Kalau dari awalnya sih, dulu mamah juga atlet angkat besi dan menang di kejuaraan dunia. Saat mamah latihan, saya diajak juga. Hanya saat itu enggak dipaksa ikut latihan, hanya se-pengen-nya saja. Kalau waktunya les, ya les, kalau waktunya main ya main. Kalau saya bilang pengen latihan, ya latihan. Kalau enggak ya enggak latihan.  Waktu saya kecil, mamah masih menjadi atlet. Pas saya udah gede, dia sering melatih, sering menjadi wasit, jadi saya tertarik saja untuk ikut masuk angkat besi.

Kapan Anda mulai dipanggil masuk Pelatnas angkat besi?

Masuk sebenarnya mulai 2018. Ceritanya dulu kan ada tes untuk Olympic Youth, dan saya lolos di seleksi itu. Tapi karena enggak punya wadah kayak klub, enggak jadi berangkat. Mulai lagi akhir Februari 2019, itu mulai diberitahu lagi untuk masuk pelatnas. Mulai awal 2019 itu saya mulai ikut Kejuaran Dunia. 

Sejauh ini bagaimana respons keluarga ketika Anda memutuskan menjadi atlet angkat besi?

Orangtua semua di Bandung. Ayah memang bukan atlet, tapi yang jelas peran orangtua dan keluarga semuanya sangat mendukung dan mengizinkan saya untuk menjadi atlet. Kebetulan kakak yang pertama juga sudah menjadi wasit angkat besi, yang kedua baru jadi pelatih. Di rumah juga dijadiin tempat latihan angkat besi buat anak-anak kecil. Jadi emang saya sudah tinggal di lingkungan yang hidupnya untuk angkat besi. 

Selanjutnya soal kenikmatan di dunia angkat besi...

Kenikmatan apa yang Anda dapatkan lewat angkat besi?

Itu sih ada di dalam hati masing-masing. Angkat besi sudah ada dalam diri saya. Sudah bawaan keluarga juga mungkin. Angkat besi kan enggak sepopuler olahraga lain. Tapi memang pengen-nya saya dan dapat dukungan keluarga juga. Saya sudah didoktrin untuk jadi atlet angkat besi. 

Lifter putri Indonesia Windy Cantika Aisah melakukan angkatan snatch dalam kelas 49 Kg Putri Grup A Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang, Sabtu 24 Juli 2021. Windy Cantika berhasil mempersembahkan medali pertama bagi Indonesia yakni perunggu dengan total angkatan 194 Kg. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

 

Apa cita-cita Anda sebenarnya?
Kalau kata mamah, dari kecil cita-cita saya jadi dokter. Sekarang malah jadi atlet angkat besi, ya bagaimana lagi, jalanin aja.

Masih terbersit keinginan untuk menjadi dokter?
Kalau di keluarga bapak itu, hampir semuanya jadi dokter dan jadi bidan. Keluarga ibu yang kebagian jadi atlet. Jadi ya fokus dulu saja latihan sekarang.


Simak wawancara lengkap Windy Cantika Asiyah di Koran Tempo Edisi 11 Januari 2020.

Biodata
Windy Cantika Aisah

Lahir : Bandung, 11 Juni 2002

Orangtua :- Asep Hidayat (50 tahun)- Siti Aisyah (50 tahun)

Rekor Sepanjang 2019

- Rekor dunia remaja di Kejuaraan Asia, Cina, April 2019 dengan angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg dan total angkatan 177 kg.

- Rekor dunia Kejuaraan Dunia Remaja 2019, Fiji, Juni 2019 dengan snatch 81 kg, clean and jerk 91 kg dan total angkatan 179 kg.

- Rekor dunia Kejuaraan Dunia Junior dan Remaja 2019 di Korea Utara, Oktober 2019 dengan snatch 84 kg, clean and jerk 102 kg dan total angkatan 186 kg.

- Rekor dunia junior dalam SEA Games 2019 dengan snatch 86 kg, clean and jerk 104 kg, dengan total angkatan 190 kg.


Beberapa Prestasi Lain

- Medali emas Kejuaraan Nasional PPLP 2018

- Medali emas Kejuaraan Nasional Senior/Yunior Angkat Besi 2018

- Medali emas Kejuaraan Nasional Angkat Besi 2019

- Peringkat empat Kejuaraan Piala EGAT, Thailand, 2018

- Medali perak Kejuaraan Dunia Angkat Besi Yunior 2019 di Fiji

- Medali emas SEA Games 2019 di Manila, Filipina

- Medali emas di Kejuaraan Asia Angkat Besi Junio 2020 di Uzbekistan

- Medali emas Kejuaraan Dunia Angkat Besi Junior 2021 di Tashkent, Uzbekistan

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus