IR. H.M. Said, Ketua Pengda PBSI Kalsel sampai lupa sejak kapan
resminya ia menjadi Ketua PBSI di bumi Lambung Mangkurat sana.
Sebabnya bukan lantaran ia kelewat sibuk di kantor Gubernur
sebagai pejabat penting. Tapi sebegitu jauh, "di daerah ini
tidak ada orang yang mau jadi Ketua dan juga pengurus,"
kilahnya. Itulah sebabnya, "seperti halnya di.Pusat," katanya.
"tokoh yang muncul dari priode ke priode selalu yang itu ke itu
saja." Buktinya? "Lihatlah Pak Dirman," sahutnya santai. Entah
apa sebabnya. Namun baik Haji Said maupun Sekretaris sama-sama
cenderung menduga pangkal kegersangan agaknya lantaran cabang
olahraga ini tidak komersiel. Tidak seperti Sepakbola misalnya.
Nah, gara-gara kegersangan ini, jangan coba-coba menilik
bagaimana keuangan PBSI Kalsel selama ini. Soalnya siapa tahu
barangkali Pengda Kalsel main "pungli"? Wah, "jangankan pungli,
malah uang saya yang sering keluar kok," kata Haji Said yang
kenyataan memang termasuk orang yang berduit di Banjarmasin.
Tapi walau begitu, jangan anggap enteng dunia perbulutangkisan
di sini. Prestasi para olahragawan di sini boleh dibilang
alhamdulillah. Di samping sering juga mengadakan kejuaraan
terbuka baik senior maupun junior se-Kalsel, Rudy Hartono
sendiri sudah 3 kali datang ke sini. Yang terakhir tanggal 29
September kemarin, disponsori oleh Vespa dan Eveready. Rudy
Hartono cs bahkan sempat mengadakan semacam penataran kilat:
coaching clinic di Gelanggang Remaja.
Pada babak kwalifikasi PON IX beberapa waktu yang lalu, Kalsel
resmi keluar sebagai juara rayon Kalimantan. Kalbar, Kalteng dan
Kaltim secara mutlak disisihkan oleh Kalsel. Artinya, menurut
peraturan PB PON, berdasarkan kemenangan pada babak kwalifikasi
itu, regu bulutangkis Kalsel ini semustinya berhak bertarung di
arena PON. Namun kenyataannya tidak dikirim. Apa sebab?
Alasannya begini.
Jelas Kalah
Yang pertama, seperti biasa, soal dana yang tidak ada. Yang
kedua berbau pesimis, bahwa walau bagaimana pun tidak ada
harapan lolos dari pemain-pemain Jakarta khususnya dan Jawa
umumnya. Artinya tidak bakalan keluar sebagai juara. Kesimpulan
KONI Kalsel, seperti yang dikatakan ir. Said kepada Sjachran R
dari TEMPO, kalau toh dikirim juga, kecuali menimba pengalaman
maka akan sia-sia saja: jelas kalah !
Alasan di atas seluruhnya bersumber dari KONI yang secara umum
bisa diterima oleh Pengda PBSI Kalsel. Walau begitu tak urung
perasaan lain menyelinap juga. Kami, "kecewa sih kecewa karena
tidak dikirim itu, tapi apa mau dikatakan," kata seorang
pengurus lainnya. Dan yang lebih kasihan justru para olahragawan
yang menang pada babak kwalifikasi itu sendiri. Bahkan dari
mulut mereka sendiri terlontar semacam pertanyaan, "apa artinya
babak kwalifikasi PON IX, kalau hasilnya toh tidak dikirim.
Padahal yang menyelenggarakan babak kwalifikasi itu juga menelan
biaya tidak sedikit?" kata mereka. Terus terang mereka memang
kecewa. Ketika perihal ini dikemukakan pada H. Said, sang Ketua
ini hanya bisa bergumam "ya, mudahmudahan saja pada masa-masa
yang akan datang hal semacam ini tidak terulang lagi," katanya
pelan.
Tentang kunjungan Rudy Hartono, Lim Swie King, Tjuntjun, Johan
Wahyudi, Christian dan Ade Chandra, di samping kepentingan
sponsor, Rudy punyamissi mencari pemain-pemain berbakat serta
ceramah perbulutangkisan sambil melatih dirinya sendiri untuk
menghadapi kejuaraan All England nanti. Dan dari PBSI sendiri
ada hajat untuk menggalakkan kembali cabang olahraga ini yang
menurut pengamatan sementara pengurus akhir-akhir ini rada
melempem. Yang lebih penting, agaknya, "kita ingin
memperkenalkan sistim perbulutangkisan modern," ujar DRN
Sayangbati Ketua komisi tehnik PBSI Kalsel. Apa itu? "Kalau dulu
kita selalu bermain di lapangan terbuka, terutama di
daerah-daerah, kini kita coba di dalam gedung," kata Haji Said.
Oh, begitu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini