Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Zheng Qinwen Raih Emas Tenis Olimpiade Paris 2024, Jadi Tunggal Putri Cina Pertama yang Berhasil Melakukannya

Zheng Qinwen merebut medali emas tenis tunggal putri Olimpiade Paris 2024. Jadi petenis Cina pertama yang berhasil melakukannya.

4 Agustus 2024 | 09.44 WIB

Petenis Cina, Zhang Qinwen, merayakan keberhasilan meraih emas tunggal putri Olimpiade Paris 2024. REUTERS/Pilar Olivares
Perbesar
Petenis Cina, Zhang Qinwen, merayakan keberhasilan meraih emas tunggal putri Olimpiade Paris 2024. REUTERS/Pilar Olivares

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Zheng Qinwen merebut medali emas tenis tunggal putri Olimpiade Paris 2024. Ia sekaligus menorehkan sejarah karena menjadi petenis Cina pertama yang berhasil melakukannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Zheng Qinwen menjadi juara setelah mengalahkan Donna Vekic, dari Kroasia, dengan skor 6-2 6-3 dalam final yang menegangkan di Paris, Sabtu, 2 Agustus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Atlet unggulan keenam berusia 21 tahun itu mendapat dukungan antusias dari kontingen Cina yang cukup besar di dalam Lapangan Philippe Chatrier Roland Garros. Ia menanggapinya dengan penampilan yang tenang.

Vekic, yang ingin menjadi juara tunggal Olimpiade pertama Kroasia, berjuang keras untuk mencoba membalikkan keadaan tetapi gagal memanfaatkan peluangnya.

Zheng tidak berada dalam performa terbaiknya tetapi mampu meningkatkan permainannya ketika diminta untuk melewati beberapa permainan panjang untuk mendapatkan hadiah terbesar dalam kariernya.

Ia berhasil membuat sejarah buat negaranya. Satu-satunya medali emas Cina lainnya dalam tenis Olimpiade diraih pada tahun 2004 saat Li Ting dan Sun Tian-Tian memenangi ganda putri di Athena. Sedangkan penampilan tunggal terbaik sebelumnya adalah keberhasilan Li Na mencapai semi-final pada tahun 2008, meski ia gagal meraih medali.

Zheng, runner-up di Australia Terbuka tahun ini, kini tampak mampu mencapai ketinggian yang sama dengan Li Na yang mengklaim dua gelar Grand Slam selama kariernya yang gemilang.

"Perjalanan Olimpiade ini tidaklah mudah, saya telah melalui banyak pertarungan yang sulit dan beberapa pertandingan hampir membuat saya kalah," kata Zheng kepada wartawan. "Namun, ada kekuatan yang menopang saya. Saya tidak pernah menyerah."

"Suasana di final hari ini luar biasa, semua penggemar Cina berteriak memanggil saya. Dua tahun lalu, itu akan menjadi tekanan, tetapi hari ini saya tetap tenang dan mengatasinya dengan baik."

Kemenangannya melengkapi minggu yang mengesankan bagi Cina di lapangan tanah liat Paris. Wang Xinyu dan Zhang Zhizhen mengklaim medali perak di ganda campuran pada malam sebelumnya.

Zheng , yang digambarkan oleh finalis putra Novak Djokovic sebagai pemain wanita favoritnya, mengawali minggu dengan cara yang menghancurkan, mengalahkan mantan runner-up Prancis Terbuka Sara Errani 6-6 6-0.

Ia harus berjuang keras dalam pertarungan tiga set yang panjang melawan Emma Navarro dan Angelique Kerber dari Jerman sebelum menaklukkan favorit panas Iga Swiatek untuk memberi dirinya kesempatan meraih emas.

"Ketika saya menjadi juara Olimpiade, saya merasa beban berat terangkat dari pundak saya. Secara mental saya merasa jauh lebih ringan untuk melangkah maju," kata Zheng Qinwen.

"Akhirnya, saya bisa berkata kepada keluarga saya, kepada ayah saya, 'ayolah, saya baru saja membuat sejarah!'," kata Zheng dengan wajah berseri-seri .

REUTERS

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus