Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Motor

Cara Pasar Klitikan Yogya Hilangkan Image Jual Barang Curian

Sujamta, pemilik lapak onderdil motor Jaguar Motor memberikan 3 trik memilih barang bukan curian.

27 Januari 2018 | 16.45 WIB

Sujamta, pemilik lapak Jaguar Motor melayani konsumen yang sedang mencari onderdil Jap Style yang sedang tren di Pasar Klitikan Yogyakarta, Sabtu 27 Januari 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Sujamta, pemilik lapak Jaguar Motor melayani konsumen yang sedang mencari onderdil Jap Style yang sedang tren di Pasar Klitikan Yogyakarta, Sabtu 27 Januari 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Era akhir tahun 1990 hingga tahun 2000 awal, Pasar Klitikan atau Pasar Pakuncen Yogya sempat dikenal sebagai sentra barang gelap atau hasil curian atau pasar maling. Terutama untuk barang seperti onderdil kendaraan bermotor, helm hingga telepon genggam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sampai sejumlah pedagang merugi jutaan dan berurusan dengan polisi, atau jadi saksi persidangan, karena diduga sebagai penadah barang curian. "Mulai tahun 2013 kami deklarasikan bersama bahwa Pasar Klitikan bukan Pasar Maling," ujar pengurus paguyuban Pasar Klitikan Joko Kristianto alias Antok saat ditemui Tempo Sabtu 27 Januari 2018.

Baca: Harga Motor di Pasar Klitikan Lebih Murah Masih Bisa Ditawar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Antok menuturkan, seluruh pedagang pasar sejak saat itu diminta untuk meminta fotokopi identitas para penjual yang menawarkan barang barang yang disinyalir hasil curian. "Kami tak mau merugi lagi dan berurusan dengan hukum," ujarnya.

Lantas, bagaimana cara menandai barang itu hasil curian atau bukan? Sujamta, 41 tahun, pemilik lapak onderdil motor Jaguar Motor yang sudah 20 tahun berjualan di Pasar Klitikan itu mengaku memiliki trik khusus guna menandai apakah onderdil yang ditawarkan padanya hasil curian atau bukan.

"Yang paling mudah ditandai dari cara jualnya, biasanya onderdil brodolan (ketengan) hasil curian itu akan dijual sepaket," ujar Sujamta.

Misalnya saja jika orang itu tak hanya menjual shock, tapi sekaligus cakram dan stangnya. Atau bagian komponen lain yang lebih dari satu tapi masih berkaitan. Seperti bodi dengan lampu dan kap. "Barang curian itu juga ditawar berapapun akan diberikan secara gampang, prinsip mereka asal laku cepat," ujarnya.

Onderdil curian juga disebut kondisinya relatif lebih mulus dari barang bukan curian. "Kalau penjual barang bukan curiab kebanyakan jual ada lecet lecet pemakaian," ujarnya.

Baca: Serunya Berburu Motor Bekas di Pasar Klitikan Yogya, Bisa Kredit

Sujamta juga mengaku paham dengan gerak gerik orang yang biasa membrodoli kendaraan. "Orang yang jual onderdil malingan cara bicara dan menjualnya beda, misalnya saat ditanya kondisi barang, dia jawabnya seadanya," ujarnya.

Eko Ari Wibowo

Eko Ari Wibowo

Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret. Bergabung dengan Tempo sejak 2005. Kini menulis tentang isu politik, kesra dan pendidikan. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus