Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=brown>Kepala Staf Angkatan Darat</font><br />Karpet Merah Adik Ipar

Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo akan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Hanya bersaing dengan Budiman.

13 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Resminya ada tujuh jenderal yang berpeluang menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Tapi hanya dua yang berada di anak tangga tertinggi menggantikan Jenderal George Toisutta. Keduanya adalah Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo dan Letnan Jenderal Budiman. Satu calon “pendamping” adalah Letnan Jenderal Johanes Suryo Prabowo.

Panglima Tentara Nasional Indonesia Laksamana Agus Suhartono mengatakan rapat Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi bulan lalu memutuskan tiga calon. “Sebulan sebelum KSAD pensiun kan harus diajukan usul ke Presiden,” kata Agus kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Tak bersedia menyebutkan nama, ia memastikan telah mengajukan para calon itu ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pekan lalu.

Pramono, kini Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, adalah putra mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat Sarwo Edhie Wibowo. Alumnus Akademi Militer 1980 ini adik Ani Yudhoyono. Budiman, alumnus 1978, kini merupakan wakil Kepala Staf Angkatan Darat. Adapun Suryo Prabowo, yang lulus Akademi Militer 1976, menjabat Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia. Mereka “bersaing” menggantikan Jenderal George, yang pensiun akhir bulan ini.

Dari kepangkatan, ada empat perwira tinggi lain yang secara normatif bisa menjadi calon. Mereka adalah Inspektur Jenderal Tentara Nasional Indonesia Letjen Noer Moeis, Sekretaris Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan Letjen Hotmangaradja Pandjaitan, dan Rektor Universitas Pertahanan Letjen Syarifudin Tippe. Ketiganya berusia 57 tahun. Satu lagi Letjen Marciano Norman, Komandan Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat.

Peluang keempat perwira sangat kecil menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat. Noer Moeis menyadari hal itu. “Saya 57 tahun lebih. Biarlah yang muda dan memenuhi kriteria memimpin Angkatan Darat. Saya akan pensiun alami,” katanya.

Dari segi usia, Budiman yang termuda. Lahir pada 25 September 1956, ia alumnus terbaik di angkatannya. Meski lulus dua tahun lebih dulu, usianya lebih muda daripada Pramono. Tapi, dari segi pengalaman, Pramono dinilai unggul. Menghabiskan sebagian kariernya di Komando Pasukan Khusus, termasuk menjadi komandan jenderal kesatuan ini, ia kemudian menjadi Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi sebelum menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis.

Budiman banyak bekerja di “belakang layar”, termasuk ketika menjadi Sekretaris Militer Presiden. Ia kemudian menjabat Panglima Komando Daerah Militer Diponegoro, Komandan Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat, lalu Wakil Kepala Staf Angkatan Darat.

Sejumlah perwira tinggi di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia yakin Pramono akan terpilih. Selain pengalaman karier, faktor keluarga dianggap paling berpengaruh. Faktor ayah plus Presiden, kakak iparnya, dianggap sebagai jaminan. Hal yang mungkin bisa menghambat adalah soal kesehatan.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wiryantoro menyatakan tidak tahu jika Pramono memiliki masalah kesehatan. Ia mengatakan Pramono pernah memimpin Kopassus, menjadi Panglima Kodam Si­liwangi, dan kini Panglima Komando Cadangan Strategis. Menurut dia, jabatan-jabatan itu menuntut kemampuan fisik prima. “Bisa enggak pengidap lever jadi Komandan Jenderal Kopassus?” Wiryantoro balik bertanya.

Beberapa perwira tinggi lain memiliki informasi berbeda. Menurut seorang jenderal, Yudhoyono lebih nyaman dengan Budiman, yang dianggap lebih aman dari serangan politik. Tapi, menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat T.B. Hasanuddin, terlalu cepat jika Budiman dipromosikan. “Baru bulan kemarin jadi Wakil KSAD,” ujarnya.

Hasanuddin menilai Pramono pantas memimpin Angkatan Darat. Ia tak mempersoalkan hubungan kekerabatan Pramono dengan Presiden. “Presiden harus berani, tidak usah takut dianggap nepotis,” kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Fanny Febiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus