Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=2 color=#FF0000>Pan</font><br />Tak Boleh Dua di Bawah Ketiak

Hatta Rajasa terpilih sebagai Ketua Umum PAN. Peserta kongres terbelah.

11 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAPAT paripurna itu mendadak senyap, Jumat malam pekan lalu. Itulah saatnya Kong­res III Partai Amanat Nasional mendengarkan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pe­mandangan umum pengurus wilayah. Semua perhatian tertuju pada Amien Rais. Dari podium, Ketua Majelis Pertimbangan PAN itu menyampaikan tausiyah politiknya.

Ada dua isu penting yang membuat peserta kongres berdebar. Amien mengusulkan ide radikal tentang perlunya perubahan bentuk formatur, yang akan menyusun kepengurusan PAN 2010-2015. Ia minta formatur cukup ketua umum terpilih, dibantu oleh Ketua Majelis Pertimbangan Partai. Selama ini ada sebelas formatur yang dipilih langsung oleh peserta kongres.

Amien yakin formatur tunggal akan lebih efektif, lebih kompak, dan menghindari penumpang gelap yang karena punya uang masuk jadi formatur dan menguasai kepengurusan. ”Saya khawatir pemilihan formatur ongkos politiknya terlalu tinggi,” kata Amien di Hotel Planet Holiday, Batam.

Ia lalu menyinggung ihwal pemimpin partai yang menjabat menteri. Tak jadi masalah, katanya. Cuma, ”Saya lihat kok ada dua menteri menjadi calon di pucuk pimpinan PAN,” kata Amien, merujuk pada Hatta Rajasa dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Isyarat ini jelas: Amien tak berkenan Zul jadi wakil ketua umum. ”Dua-duanya di ketiak SBY, apa Anda rela?” katanya menggoda peserta kongres. ”Tolong itu direnungkan.”

Zul, yang malam itu duduk di meja pimpinan sidang, tampak berusaha menutupi rasa kecewanya. Tapi, di depan wartawan, pria asal Lampung itu tampil legawa. ”Tugas di kabinet itu tidak ringan,” katanya, ketika diminta berkomentar.

Dalam beberapa kesempatan, Amien menyatakan agar posisi wakil ketu­a umum diberikan kepada calon ketua­ umum yang kalah. Artinya, kalau Hatta­ menang, Dradjad Wibowo menjadi wakilnya. Begitu pula sebaliknya. ”Mereka kader terbaik PAN, keduanya bagi saya seperti pinang dibelah dua,” kata Amien pada pembukaan kongres di Sport Hall Temenggung Abdul Jamal, malam sebelumnya.

Sumber Tempo mengatakan, sejak­ awal, Amien tahu Hatta tak terben­dung.­ Karena itu, ia menampilkan Dra­djad,­ agar PAN tak monokrom. ”Meski­ berkoalisi, tetap kritis,” katanya. Tapi sejatinya pertarungan ini adalah anta­ra Hatta Rajasa dan Amien Rais. Dra­djad disebut-sebut hanya ”boneka” Amien Rais.

Hatta dan Amien—sebagai ketua umum dan Ketua MPP—akan menyusun kepengurusan. Tak ada yang menggantikan posisi Amien di MPP. Apalagi draf Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PAN memastikan, Amien ditunjuk lagi menjadi Ketua MPP. Posisi ini biasanya diisi oleh mantan ketua umum, tapi Soetrisno Bachir seperti­nya tak berminat.

Menurut sumber Tempo, ada empat skenario susunan pengurus. Pertama, ”Hatta-Amien-Hatta”, yakni Hatta ketua umum, Dradjad (orangnya Amien) wakil ketua umum, dan orangnya Hatta­ sebagai sekretaris jenderal. Kedua, ”Hatta-Amien-Amien”, yakni­ Hatta­ ke­tua umum, Dradjad wakil ketua umum, dan sekretaris jenderal orangnya Amien. Ketiga dan keempat, ada dua wakil ketua, masing-masing mewakili kubu Hatta dan Amien.

Bagaimanapun, pernyataan Amien mengundang pro-kontra. ”Memang wa­­kil ketua umum itu membantu ketua umum yang sibuk di kabinet,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PAN Putra Jaya Husein, yang juga koordinator tim sukses Hatta. ”Kalau wakilnya menteri juga, sama saja tidak bisa penuh waktu di partai.”

Perdebatan seru terjadi ketika peserta Komisi A (perubahan AD/ART) kong­res membahas bentuk formatur di draf perubahan anggaran dasar. Sikap ka­der terbelah antara sepakat formatur ­sederhana dan formatur banyak. Sidang tertutup itu berlangsung riuh. ”Kalau ada ketua formatur, tentu ada anggota-anggotanya,” kata peserta dari Rokan Hi­lir, Riau. ”Kalau tidak, lebih baik hapuskan saja formatur.”

Yang lain mengatakan, ”Kalau formaturnya cuma dua orang, siapa yang menengahi kalau kedua orang itu tak mencapai kata sepakat?” Wakil Ketua Panitia Kongres Viva Yoga Mauladi mengatakan perdebatan soal ini memang sa­ngat cair. ”Teman-teman masih meng­inginkan formatur banyak,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PAN yang dikenal dekat dengan Zulkifli Hasan itu. Tapi, diakuinya, sebagian besar peserta ­kongres masih menghormati dan menghargai Amien.

Akhirnya, sidang yang berlangsung sejak pukul sembilan malam sampai pagi itu dimenangkan Amien. ”Akan ada perubahan anggaran dasar partai,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Aceh Azwar Abubakar kepada Tempo, Sabtu pagi pekan lalu.

l l l

TEMPIK sorak membahana di Sport Hall Temenggung Abdul Jamal, meng­elu-elukan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. ”Tepuk tangannya jangan terlalu bersemangat, nanti saya kepi­ngin maju lagi,” kata Soetrisno, memberikan sambutan di pembukaan Kong­res PAN III. Kata-kata itu disambut teriakan makin gemuruh, ”Hidup SB! Hidup SB!”

Tapi Soetrisno, pria asal Pekalongan, sudah berbulat tekad pensiun dari politik. ”Sekarang saya hanya ingin meng­akhiri ini semua dengan husnulkhatimah,” katanya. Karena Soetrisno tak mencalonkan diri lagi, Hatta Rajasa seperti jadi calon tunggal.

Kader lain tak ada yang berani tam­pil. ”Mungkin tak punya uang, atau ada alasan lain,” kata Soetrisno Bachir. Lalu muncullah Dradjad H. Wibowo. Disebut-sebut, munculnya Dradjad tak lepas dari dorongan Amien Rais. Kepada Tempo, beberapa waktu lalu, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu merasa mendapat tugas dari Amien, yang dianggapnya sebagai bapak ideo­logisnya.

Tapi Hatta memang sudah di atas angin. Ia populer, punya jaringan luas, mapan, dan matang di kancah politik. Tentu juga punya sumber dana yang makmur. Dapat dukungan SBY? ”Itu tersirat dari peranan FoxIndonesia sebagai konsultannya,” kata sumber Tempo. Fox adalah konsultan politik yang ikut andil memenangkan SBY-Boediono dan mengantar Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar.

Dradjad, pada mulanya, agak merepotkan Hatta juga. Ekonom yang dikenal kritis itu menyinggung juga isu korupsi dan skandal Bank Century dalam konsolidasinya. Ada kekhawatiran, kalau PAN di bawah bayang-bayang pemerintah, partai ini akan kehilangan jati dirinya sebagai partai reformis.

Buku Membongkar Gurita Cikeas kar­ya George Aditjondro, entah bagaimana, diperjualbelikan di arena kong­res. Dalam buku itu, Hatta disebut-sebut terlibat dugaan korupsi di PT KAI, ketika menjabat Menteri Perhubungan. Sebagai Ketua Tim Sukses SBY-Boediono, Hatta juga diisukan ikut kecipratan aliran dana Bank Century. Hatta tentu membantah, bahkan melaporkan ke polisi pihak yang ditudingnya menyebar fitnah.

Tak bisa dibantah, politik uang, meski kecil-kecilan, tetap terjadi di perhe­latan lima tahunan PAN itu. Abdul Hadi, bukan nama sebenarnya, peng­urus daerah asal Gorontalo, mengungkapkan kepada Tempo menerima Rp 5 juta dari salah satu tim sukses kandidat. Itu di luar tiket pesawat, akomodasi, dan uang makan.

Kalau sang kandidat menang, ia di­jan­jikan tambahan dana. ”Tak diberi tahu jumlahnya, tapi katanya memuaskan,” kata Hadi, yang mengenakan baju dengan gambar Hatta Rajasa di atas dadanya. Ada lagi, kata dia, janji jalan-jalan ke Singapura, yang hanya berjarak 30-45 menit lewat laut dari Batam. ”Tapi saya tidak punya paspor,” kata Hadi.

Anggota tim sukses Hatta, Yandire Soesanto, membantah soal janji-janji­ hadiah buat pendukung Hatta. ”Pak Hatta hadiahnya... ya bagaimana membawa PAN lebih baik,” katanya. Jalan-jalan ke Singapura? ”Namanya juga dekat Batam, mau lihat Singapura kan enggak apa-apa?”

Kongres berakhir dengan kemenang­an Hatta Rajasa secara aklamasi. Drajad Wibowo mengundurkan diri dari pencalonan. ”Saudara Hatta Rajasa resmi menjadi Ketua Umum PAN secara aklamasi,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat PAN Zul­kifli Hasan.

Tim sukses Dradjad, Zulhendri, mengatakan Dradjad terpaksa mengundurkan diri karena permintaan Amien Rais. Ketua Steering Committee Kong­res Ahmad Farhan Hamid mengungkapkan soal pemilihan secara akla­masi itu sudah diperkirakan sejak awal. Hatta­ akan memberikan kursi wakil ketua umum kepada Dradjad Wibowo.

Agus Supriyanto, Rumbadi Dalle (Batam), Irmawati (Makassar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus