Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

2 Mei 2024 | 16.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 60 tahun lalu, Cut Nyak Dhien ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan nasional. Kisahnya yang heroik, bertahun-tahun melawan penjajah menjadi dasar penetapan gelar tersebut. Meski telah berusia senja dan sakit-sakitan, ia masih tetap merepotkan penjajah. Hingga akhirnya kondisi kesehatan tak memungkinkan lagi berjuang, ia pun ditangkap Belanda.

Khawatir bisa mempengaruhi dan membangkitkan perlawanan rakyat Aceh, Belanda akhirnya mengasingkan Cut Nyak Dhien ke luar tanah rencong. Tepatnya di Sumedang, Jawa Barat. Di tanah Pasundan, Cut Nyak Dhien tak lagi angkat senjata. Masyarakat pun tak mengetahui bahwa perempuan renta dari tanah yang jauh itu seorang pejuang. Sebab, Belanda merahasiakan identitas tersebut karena khawatir terjadi pergolakan. 

Dilansir dari buku berjudul Cut Nyak Dhien: Ibu Perbu dari Tanah Rencong, karya Anita Retno Winarsih, saat tiba di Sumedang, Cut Nyak Dhien punya penampilan khas. Tasbih yang membantunya berzikir tak lepas dari tangannya. 

Meski seorang tawanan perang, Cut Nyak Dhien tak ditempatkan di penjara. Bupati Sumedang  menempatkan pahlawan wanita itu di rumah Haji Ilyas, seorang pemuka agama. Di sana Cut Nyak Dhien kerap berinteraksi dengan masyarakat.

Ia begitu dihormati masyarakat karena kerap memberikan pengajian dan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat. Ia pun dijuluki Ibu Perbu atau ibu suci. Masyarakat pun tak tahu jika yang mengajarinya Alquran adalah seorang panglima perang.

1. Dimakamkan di tempat terhormat keluarga Sumedang

Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal dunia karena usia tua, dan jenazahnya disemayamkan di wilayah tempat pengasingannya. Hingga wafat, Cut Nyak Dhien tak pernah kembali ke tanah rencong. Ia tetap berada di tanah Pasundan. 

Meski bukan berasal dari Sumedang, para pemimpin Sumedang begitu menghormati Cut Nyak Dhien, bahkan menempatkan jenazah pahlawan itu di pemakaman leluhur Sumedang, tepatnya di Gunung Puyuh. Kompleks pemakaman itu merupakan tempat pemakaman para leluhur sekaligus keluarga Sumedang. 

2. Baru diidentifikasi pada 1959

Awalnya, makam Cut Nyak Dien tidak dikenal oleh masyarakat karena identitasnya serta lokasi makamnya dirahasiakan oleh penjajah Belanda pada masa itu. Penemuan makamnya baru terjadi pada tahun 1959 setelah pencarian dilakukan selama Gubernur Aceh menjabat oleh Ali Hasan. Lokasi makam tersebut diidentifikasi berdasarkan data-data yang ditemukan di Belanda.

3. Makamnya menjadi tempat wisata representatif

Dilansir dari laman sumedang.kab.go.id, makam Cut Nyak Dhien di Kompleks Gunung Puyuh Desa Sukajaya Kecamatan Sumedang Selatan akan dijadikan sebuah destinasi wisata yang mewakili nilai-nilai religius.

Untuk mencapai hal ini, Pemerintah Kabupaten Sumedang berencana melakukan penataan infrastruktur sehingga tempat tersebut menjadi objek wisata yang nyaman dan layak dikunjungi.

Langkah ini merupakan bentuk penghormatan terhadap Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional, serta diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap pariwisata Sumedang, khususnya dalam bidang wisata religi. Selain itu, upaya penataan ini juga mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Itulah sejumlah fakta menarik yang terkuak dari makam pahlawan nasional asal Aceh, Cut Nyak Dhien, di Sumedang, Jawa Barat. Namun, lebih dari sekadar batu nisan dan peringatan, makam ini menjadi saksi bisu perjalanan heroik seorang wanita yang tidak kenal lelah dalam membela bangsa dan memperjuangkan kemerdekaan.

Cut Nyak Dhien, dengan penuh semangat dan keberanian, melawan penjajah Belanda di masa-masa sulit, memimpin perlawanan rakyat Aceh melawan penindasan kolonial. Jasanya dalam mempertahankan tanah air telah meninggalkan jejak yang dalam dan membangkitkan semangat perjuangan di kalangan rakyat Indonesia.

Dalam kisah kepahlawanannya, Cut Nyak Dhien tidak hanya dikenal sebagai pejuang wanita yang tangguh, tetapi juga sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan keadilan. Dedikasinya yang luar biasa dalam melawan penjajah harus selalu dikenang dan diteladani oleh generasi masa depan.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | S. DIAN ANDRYANTO

Pilihan Editor: Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Masyarakat Aceh Menunggu 8 Tahun 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus