Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berbalas tuduhan ihwal isu rencana kudeta Partai Demokrat. Demokrat menyebut Moeldoko hendak menggalang kekuatan untuk mendongkel Agus Harimurti Yudhoyono dari kursi ketua umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moeldoko membantah. Dia menyebut isu yang dilontarkan Demokrat itu adalah masalah internal partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut poin-poin tuduhan Demokrat dan bantahan Moeldoko:
1. Lokasi pertemuan
Demokrat menyebut Moeldoko bertemu DPC Demokrat di Hotel Aston, Rasuna Said, Jakarta pada 27 Januari 2021.
Moeldoko mengakui beberapa kali bertemu orang-orang yang mengeluhkan kondisi internal Demokrat. Pertemuan itu diakui berlangsung di rumah. Belakangan dia menyebut pertemuan juga berlangsung di hotel.
2. Soal Jhoni Allen dan Nazaruddin
Demokrat menyebut Moeldoko bersama Jhoni Allen Marbun dan Nazaruddin dalam pertemuan di Hotel Aston.
Moeldoko tak merinci siapa yang menemuinya. Ia mengaku tak peduli lantaran hanya mendatangi undangan untuk mengobrol.
3. Kudeta untuk pencapresan
Demokrat menyebut Moeldoko ingin mengambil alih partai untuk kendaraan mencalonkan diri di Pilpres 2024.
Moeldoko mengatakan selama ini tak pernah membicarakan pencapresan. Namun ia mengaku akan bersyukur jika Demokrat mengorbitkan dirinya.
4. Membentuk posko
Demokrat menyebut Moeldoko sudah membentuk posko untuk mengambil alih Demokrat.
Moeldoko membantah adanya posko tersebut. Ia meminta Demokrat menghentikan fitnah dan tuduhan ke berbagai pihak.
5. Pernah ajukan Marzuki Alie
Demokrat menyebut Moeldoko pernah menemui Susilo Bambang Yudhoyono menjelang kongres partai 2015 dan mengajukan nama Marzuki Alie sebagai calon sekretaris jenderal.
Moeldoko mengatakan tak mengingat peristiwa 2015 itu.
6. Jenderal tak berbudi
Demokrat menyebut Moeldoko jenderal tak berbudi.
Moeldoko mengatakan sangat menghormati Susilo Bambang Yudhoyono, seniornya di Akademi Militer sekaligus presiden yang melantiknya sebagai Panglima TNI.