Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke-4, Abraham Samad berharap Presiden Joko Widodo atau Jokowi segera membentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan. "Tidak ada jalan lain mengungkap pelaku penyiraman Novel selain dengan membentuk TGPF," kata Abraham Samad di gedung KPK Merah Putih, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari ini, sudah 10 bulan 11 hari terhitung sejak peristiwa penyerangan terhadap Novel. Penyidik KPK itu disiram air keras saat berjalan pulang seusai menunaikan salat Subuh berjamaah di Masjid Al-Ikhsan, tak jauh dari rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sekitar 90 persen kornea mata kiri Novel terbakar setelah disiram air keras pada 11 April 2017.
Baca:
Novel Baswedan: Alhamdulillah, Saya Bisa Kembali ke KPK ...
Tiba di KPK, Novel Baswedan Bersemangat Kerja Lagi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga saat ini, Polda Metro Jaya belum menangkap pelaku penyerangan Novel meski telah merilis dua sketsa wajah terduga pelaku pada 24 November 2017.
Menurut Abraham, waktu 10 bulan sudah terbilang yang cukup lama untuk menangkap penyerang Novel yang masih berkeliaran. "Pimpinan KPK harus mendorong Presiden segera membentuk TGPF," kata Abraham.
Baca:
Penyambutan Novel Baswedan di KPK, Baju Putih dan #NovelKembali
Kasus Novel Baswedan Belum Terungkap, Din Syamsuddin Curiga ...
Sejumlah komunitas, lembaga swadaya masyarakat anti-korupsi juga menyampaikan hal yang sama saat menyambut Novel di gedung KPK, sepulang dari operasi di Singapura, pukul 13.10 tadi. Perwakilan Change.org misalnya, menggalang petisi pembentukan TGPF untuk Novel Baswedan dan berhasil mengumpulkan dukungan 65 ribu masyarakat yang meminta Presiden Jokowi segera membentuk TGPF.
Dalam sambutannya saat tiba di KPK, Novel Baswedan bersyukur bisa kembali ke KPK. "Alhamdulillah saya bisa kembali.” Ia mengatakan penyerangan yang dialaminya tak akan pernah sedikit pun menyurutkannya untuk terus memberantas korupsi. “Penyerangan kepada saya tidak akan pernah menjadi kelemahan. Tapi jadi penyemangat."