Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Ada Atlet Difabel Pembawa Obor Olimpade 2012 di Asian Para Games

Dia adalah atlet renang pertama Indonesia yang dapat medali emas di Special Olympics World Summer Games 2011 di Athena, Yunani.

13 Oktober 2018 | 09.00 WIB

Atlet renang difabel Indonesia yang pernah membawa api obor Olimpiade London 2012 Stephanie Handojo bersama ibunya Maria Yustina Tjandrasi menyaksikan pertandingan renang Asian Para Games 2018 di GBK Aquatic Center, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Oktober 2018. TEMPO | Khory
Perbesar
Atlet renang difabel Indonesia yang pernah membawa api obor Olimpiade London 2012 Stephanie Handojo bersama ibunya Maria Yustina Tjandrasi menyaksikan pertandingan renang Asian Para Games 2018 di GBK Aquatic Center, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Oktober 2018. TEMPO | Khory

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Stephanie Handojo atau biasa disapa Fani adalah atlet difabel Indonesia yang pernah membawa api obor di Olimpiade 2012 di London, Inggris. Fani merupakan atlet renang yang sekarang menggeluti cabang olahraga bowling.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya atlet renang pertama Indonesia yang dapat medali emas di Special Olympics World Summer Games 2011 di Athena, Yunani. Juga saya pembawa obor di Olimpiade 2012 di London," ujar Fani kepada Tempo di GBK Aquatic Center, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Oktober 2018.

Fani menyaksikan pertandingan renang Asian Para Games 2018 didamping oleh ibunya Maria Yustina Tjandrasari. Menurut Maria, apa yang dilakukan Fani adalah kehendak dia sendiri dan tidak diarahkan. Awalnya, kata ibunya, hanya untuk stimulasi motoriknya karena Fani merupakan penyandang tunagrahita atau dengan IQ di bawah 70 dan down syndrome.

"Kemudian dia tertarik ke renang. Saya ingin supaya dia lebih bagus sisi motoriknya dan ternyata waktu dilombakan, menang," kata Maria yang duduk di sebelah Fani. Selain meraih emas di Athena dan membawa api obor Olimpiade di London, anak pertama dari tiga bersaudara itu juga meraih penghargaan sebagai atlet berprestasi nasional 2018 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Tahun ini juga, Fani menyabet satu emas dan perak di Asia Ten Pin Bowling Championship 2018 di Manila, Filipina. Menurut Maria, Fani tidak mengerti apa-apa. Maria yang turun langsung memberikan terapi terhadap Fani. Setelah berusia 8 tahun, Maria memanggilkan pelatih renang untuk Fani.

Sekarang Fani juga menekuni cabang olahraga bowling. "Mulai latihan terus supaya lebih bagus dan konsisten. Selain itu, Fani juga tergabung di Special Olympics Indonesia untuk memberikan semangat kepada penyandang tunagrahita lainnya," ucap Maria seraya menyatakan putri sulungnya adalah duta internasional di bawah organisasi International Global Messenger (IGM) yang berpusat di Amerika.

Tak hanya olah raga, Fani juga jago bermain piano. Bahkan pada 2009, wanita 26 tahun itu mendapat penghargaan Rekor MURI anak berkebutuhan khusus yang memainkan 22 lagu non-stop dengan piano di Semarang, Jawa tengah.

Sederet prestasi Fani lainnya, misalnya mendapat penghargaan dari Menteri Sosial pada 2015 atas komitmen dan kepedulian dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas di Istana Negara, Jakarta dan anugerah pahlawan untuk Indonesia kategori olahraga 2016.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus