Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LOWONGAN untuk jadi guru SMP, kini terbuka lebar. Maklum,
semakin luas kesempatan belajar di tingkat SD, kian bertambah
pula populasi murid SMP bahkan kebutuhan guru untuk tingkat
sekolah itu meningkat pula. Pada akhir Pelita II (dimana
pemerintah sudah mentargetkan 85% anka usia sekolah SD sudah
harus tertampung), untuk pertambahan murid SMP yang diperkirakan
akan mencapai 520 ribu orang, dibutuhkan sebanyak 15 ribu guru
baru. Jumlah guru dari seluruh SMP yang berjumlah 1472 buah itu,
kini sudah berjumlah 26 ribu lebih.
Berkejaran antara waktu yang sempit dan kebutuhan yang mendesak
itu, Departemen P & K nampak agak kepepet juga. Apa lagi
dihadapkan dengan kenyataan bahwa jumlah guru SMP yang memiliki
kewenangan mengajar sangat sedikit. Banyak guru SMP yang
mengajar tidak sesuai dengan ijazahnya, misalnya bidang studi
IPA diajarkan oleh guru yang berijazah sejarah atau Ilmu Bumi.
Kemudian jurusan-jurusan pada Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP) -- sebagai sekolah yang memproduksi guru-guru
SMP -- sebagian besar tidak relevan dengan keperluan, seperti
jurusa Tata Niaga dan Sejarah. sehingga untuk menyiapkan 4 ribu
orang guru SMP yang sudah diperlukan tahun ini juga, terpaksa
dilakukan melalui crash program melalui PGSLP Yang Disempurnakan
dengan masa pendidikan satu tahun. "Produksi IKIP belum memadai,
jadi apa tak mungkin menyempurnakan PGSLP yang ada", ujar Prof
Makagiansar memberikan alasan.
Alasan Dirjen Pendidikan Tinggi mempergunakan PGSLP
Disempurnakan untuk mencetek guru-guru SMP itu tentu ada PGSLP
biasa, lembaga pendidika guru yang sifatnya darurat itu, (dan
masih dipertahankan eksistensinya hingga kini) selain hanya
berfungsi sebagai lembaga penataran saja -- biasanya
dimanfaatkan oleh guru-guru SD yang kepingin jadi guru SMP, atau
oleh guru-guru SMP yang belum memiliki ijazah -- juga tidak
memiliki efek akademis yang memungkinkan mahasiswanya bisa
melanjutkan ke IKIP. Itulah sebabnya di dalam surat jawaban
kepada Prof. Santosa Hamidjojo, Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Makagiansar yang menyetujui crash-program itu membuat
beberapa catatan. Antara lain, kurikulum PGSLP Yang
Disempurnakan itu hendaknya dintegrasikan dengan kurikulum
terminal non-degree IKIP. Lama belajar PGSLP yang satu tahun
tersebut diakui sama dengan dua semester pertama IKIP, sehingga
tamatan PGSLP dapat melanjutkan semester III prpgram non-degree
IKIP itu menurut jurusan yang relevan. Dan setelah mengajar
selama dua tahun, tamatan PGSLP dapat melanjutkan ke IKIP dengan
rekomendasi Kepala Sekolah atau pejabat yang berwenang. Jadi
PGSLP Yang Disempurnakan itu," cuma pinjam nama saja dari PGSLP
biasa yang memang sudah ada", ujar Anwar Jassin M. Ed, Direktur
Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. Tentu saja dengan sifatnya
yang sementara, kehadiran PGSLP Yang Disempurnakan tidak akn
dipertahankan lama-lama. "Barangkali sampai akhir Pelita II
nanti, PGSLP itu akan dihilangkan", ujar Makagiansar.
Perkara Hasilnya
Ada sebab mengapa pemerintah tidak mentolerir kehadiran
pendidikan satu tahun itu lama-lama. Crash-Program itu hanya
salah satu alternatif dari dua langkah lainnya yang akan
ditempuh untuk memenuhi kebutuhan guru SMP. Jadi kebutuhan guru
SMP itu, selain dilakukan lewat PGSLP Yang Disempurnakan sebagai
cara jangka pendek, juga akan ditempuh lewat IKIP atau
Universitas secara normal tiga tahun dengan jurusan yang relevan
sebagai cara jangka panjang, dan terminal program non-degree
IKIP dengan lama pendidikan dua tahun (proyek perintisnya
diusulkan IKIP Bandung yang kemudian akan dikembangkan ke semua
IKIP) sebagai cara jangka menengah.
Apa perbedaan antara PGSLP biasa dan PGSLP Yang Disempurnakan?
Direncanakan pendidikan yang sudah akan dimulai 1 April
mendatang ini selain jam efektifnya akan lebih banyak dari PGSLP
biasa, kurikulum yang disusun bisa menunjang kemampuan
mengajarkan kurikulum SMP '75 (kurikulum baru). Sementara
pembagian kurikulum satu tahun itu akan terdiri dari 30 prosen
pelajaran umum, 30 prosen tentang keguruan dan selebihnya
merupakan pelajaran khusus(jurusan). Tentang mata pelajaran
khusus itu, sesuai dengan kebutuhan terutama hanya akan
ditekankan untuk mencetak-guru-guru: Matematika, IPA, Bahasa
Inggeris dan Bahasa Indonesia. Jelas, dengan berlakunya
kurikulum '75 di sekolah-sekolah, guru-guru SMP yang bisa
menunjangnya, tidak dapat diharap datang dari sekitar 50 PGSLP
Negeri yang ada sekarang. Sebab, "kwalitas dan kwantitasnya
sudah kurang sesuai lagi dengan program pendidikan di SMP
sekarang", ujar Anwar Jasin. Maka ditunjuklah sembilan IKIP
(Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Malang dan Ujung Pandang) untuk menyelenggarakan PGSLP
Yang Disempurnakan itu. Dari sana diharapkan, para tamatan SMP
yang belum menikah dan belum pernah menjadi pegawai negeri,
bisa menjadi guru SMP. Perkara hasilnya -- menjadi guru yang
baik dan bermutu -- lihat nanti. Dipertanyakan, apakah lulusan
SMA dengan kwalitas seperti sekarang (misalnya untuk jurusan
bahasa Inggeris -- walaupun sudah dipelajari selama enam tahun,
tapi hasilnya, secara umum minim sekali) dengan hanya tambahan
pendidikan satu tahun mampu memindahkan kepandaiannya kepada
murid-murid SMP? Untunglah ini program sementara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo