Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PT Kereta Api Indonesia (KAI) persero memastikan melakukan seleksi ketat dalam proses perekrutan pegawainya.
Penyebaran paham radikalisme lebih mudah menggunakan media sosial.
PT KAI menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melakukan bersih-bersih di lingkungan kerja perusahaan.
JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (KAI) persero memastikan telah melakukan seleksi ketat dalam proses perekrutan pegawainya. Tertangkapnya Dananjaya Erbening, pegawai KAI yang ditengarai terlibat terorisme, menjadi alarm sekaligus momentum bagi perusahaan untuk melakukan bersih-bersih dari paham radikalisme dan terorisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vice President Public Relations KAI, Joni Martinus, mengatakan seleksi ketat selama proses perekrutan untuk mendapatkan pegawai profesional di perusahaan pelat merah kereta api itu sudah dilakukan sejak awal. Dari tahap pendaftaran, administrasi, tes kesehatan, hingga tes psikologi. “Saat seleksi wawancara, kami mendalami pertanyaan soal keluarga, aktivitas, nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, akhlak, serta pengetahuan tentang radikalisme,” ujar Joni saat dihubungi pada Selasa, 15 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wajah terduga teroris berinisial DE, seorang pegawai KAI, saat rilis perkara di Mabes Polri, Jakarta Selatan, 15 Agustus 2023. Humas.polri.go.id
Joni menegaskan bahwa PT KAI tidak akan menoleransi para pegawainya yang terlibat kegiatan terorisme. Menurut dia, ditangkapnya Dananjaya menegaskan bahwa praktik terorisme sangat nyata dan dekat dengan lingkungan sehari-hari. PT KAI, Joni melanjutkan, akan menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk melakukan bersih-bersih di lingkungan kerja perusahaan dari paham radikalisme. “Kami akan tingkatkan ceramah keagamaan tentang bahaya radikalisme,” ujarnya.
Upaya untuk memperketat seleksi perekrutan para pegawai bermula dari ditangkapnya Dananjaya Erbening, pegawai PT KAI. Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror menetapkan Dananjaya sebagai tersangka terorisme. Juru bicara tim Detasemen Antiteror, Komisaris Besar Aswin Siregar, menyebutkan DE (Dananjaya Erbening) ditengarai pertama kali berbaiat ke kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 2014. “Terduga DE baru bergabung di PT KAI pada 2016,” ujar Aswin pada Selasa kemarin.
Artinya, saat menjalani proses rekrutmen di PT KAI, Dananjaya ditengarai telah terpapar paham radikalisme dan terorisme. Aswin menyebutkan Dananjaya juga diduga bergabung dengan kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Mujahidin Indonesia Barat merupakan kelompok milisi yang beroperasi di Indonesia sejak 2012. Mujahidin memiliki ideologi mempersatukan kelompok-kelompok jihad di Indonesia untuk menegakkan syariat Islam dan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. MIB memiliki hubungan kuat dengan kelompok lain, seperti Mujahidin Indonesia Timur.
Sejumlah anggota Densus 88 menunjukkan barang bukti senjata api dan barang bukti lainnya milik terduga teroris berinisial DE yang ditangkap di Bekasi, Jawa Barat, 14 Agustus 2023. ANTARA/Fakhri Hermansyah
Tim Detasemen Mabes Polri menangkap Dananjaya, 28 tahun, saat penggerebekan di rumah kontrakannya di Perum Pesona Anggrek, Harapan Jaya, Bekasi. Polisi menemukan barang bukti antara lain 2 bendera ISIS, 1 bendera tauhid, dan 12 buku jihad. Tim Detasemen juga menemukan 5 senjata api laras panjang, 5 pistol, 3 pen guns, 1 sangkur, 9 pistol airsoft gun, 600 butir amunisi berukuran 5,56 milimeter, 400 butir amunisi berukuran 9 mm, rompi antipeluru, komputer jinjing atau laptop 2 unit, gawai 10 unit, kamera digital 1 unit, dan 30 magasin.
Dananjaya dalam aktivitas sehari-hari merupakan petugas langsir di Stasiun Jakarta Kota. Aswin menyebutkan Dananjaya dinilai aktif terlibat aksi propaganda di media sosial dengan memberikan motivasi untuk melakukan jihad. Caranya, dia mengunggah seruan bahwa berbaiat kepada pemimpin kelompok ISIS bukan sekadar diucapkan, tapi juga harus diwujudkan dengan menegakkan daulah islamiyah serta meneror orang-orang yang dianggap musyrik. “Ia juga berperan dalam mengunggah poster digital ke media sosial berupa teks pembaruan baiat,” ujarnya.
Selain aktif di media sosial, Dananjaya disebut-sebut memiliki akun marketplace yang digunakan untuk aksi jual-beli senjata api. Di marketplace atau lokapasar tersebut, Dananjaya diduga menjual sejumlah mainan yang berhubungan dengan alat militer. Namun keberadaan marketplace tersebut diduga hanya kamuflase terjadinya perdagangan senjata api ilegal.
Aswin belum bisa memastikan adanya keterlibatan orang lain di lingkungan kerja dan tempat tinggal Dananjaya. Ihwal komplotan lain yang diduga terlibat, kata dia, polisi masih mendalami kasus tersebut. Atas kejadian ini, Aswin melanjutkan, tim Detasemen meningkatkan kerja sama dengan sejumlah kalangan guna menangkal paham radikalisme, termasuk mencegah peredaran senjata api ilegal.
Penyebaran Radikalisme Menggunakan Media Sosial
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Jenderal Yayasan DeBintal, Hendro Fernando, mengatakan kecil kemungkinan pelaku menyebarkan paham radikalisme secara langsung. “Saat ini pola penyebaran cenderung menggunakan aplikasi media sosial,” ujarnya. Yayasan DeBintal merupakan yayasan yang bergerak dalam pemberdayaan eks narapidana terorisme (napiter) se-Jabodetabek di bidang ekonomi, birokrasi, dan literasi.
Meski telah menjadi mantan teroris, Hendro mengaku masih aktif memantau aktivitas gerakan kelompok paham terorisme, khususnya di Indonesia. Berdasarkan informasi dari orang yang dikenalnya di Bandung, menurut Hendro, Dananjaya bukanlah orang baru di lingkungan ISIS. Dananjaya juga sudah lama tergabung dalam MIB. Dari grup Telegram yang diketahui, Dananjaya merupakan salah satu pendonor tetap Ansor Peduli Muhajir (APM) yang diduga terafiliasi ke Suriah. “Nanti uang dan dananya dikirim ke Suriah,” ujarnya.
Survei BNPT pada 2022 menunjukkan indeks potensi radikalisme Indonesia adalah 10 persen. Angka ini turun 2,22 persen ketimbang pada 2020. Dalam keterangan resmi BNPT di website mereka, perempuan dan generasi muda lebih berpotensi terpapar paham radikalisme.
Untuk mencegah paham radikalisme menyebar, Hendro menilai, hal penting yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi, toleransi, nasionalisme, dan keberagaman. Dari sejumlah pengamatan yang dilakukan, kata Hendro, mereka yang memiliki paham terorisme berawal dari mereka yang memiliki sifat intoleran dan radikal. Meski begitu, kata Hendro, bukan berarti mereka yang intoleran dan radikal berpaham terorisme.
Menurut Hendro, konten-konten di media sosial sehubungan dengan pemahaman dan kegiatan ISIS seperti di Suriah hampir setiap hari masuk ke Indonesia dan sudah diterjemahkan. Hal yang menyedihkan, kata dia, ada orang yang tertarik bergabung karena diiming-imingi surga dan mati syahid sebagai doktrin mereka.
JIHAN RISTIYANTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo