Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Panitia Pengarah Simposium 1965 Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo buka suara soal aksi massa yang berujung kerusuhan di kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Minggu malam-Senin dinihari, 16-17 September 2017. Agus mengatakan masyarakat, baik korban dan yang pro-korban G30S 1965 maupun yang anti-Partai Komunis Indonesia, hingga saat ini belum sembuh dari tragedi tersebut.
"Peristiwa itu begitu besar dan traumatis, sehingga masing-masing jika mendengar yang dikaitkan dengan peristiwa itu akan cepat untuk mengasosiasikan dan menempatkan diri seperti tahun 1965. Padahal ini tahun 2017," ucap Agus ketika dihubungi via telepon, Selasa, 19 September 2017.
Baca juga: Peneliti Korban 1965 Sebut Nobar Film G 30 S PKI Bagus Diputar, Asal…
Karena belum mampu menyintas dari tragedi tersebut, ucap Agus, potensi untuk reaktif cukup tinggi. Setiap kata-kata dan perilaku yang keluar ibarat posisi setiap pihak ketika tahun 1965. "Setiap kelompok berada dalam posisi berlawanan yang sangat tajam," ujar Agus.
Sejumlah organisasi masyarakat mengepung dan menyerang kantor LBH Jakarta pada Minggu malam-Senin dinihari lalu. Massa memprotes acara Asik Asik Aksi yang mereka duga berkaitan dengan kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Asik Asik Aksi adalah acara seni yang diikuti sekelompok aktivis dan seniman untuk merespons pelarangan seminar sejarah 1965 yang sedianya digelar di tempat yang sama sehari sebelumnya.
Acara menyoal peristiwa G30S 1965 bukan pertama kali ini digelar di Jakarta. April tahun lalu, pemerintah menggelar simposium 1965 dengan tujuan rekonsiliasi. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo menjadi ketua pengarah dalam acara tersebut.
BUDIARTI UTAMI PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini